Aplikasi Karya Bandung, Solusi Panduan Jalan Bagi Tunanetra

Aplikasi Karya Bandung, Solusi Panduan Jalan Bagi Tunanetra
info gambar utama
Teknologi membuka banyak kesempatan bagi semua orang. Tidak terkecuali bagi para penyandang difabel seperti Tunanetra. Ini dibuktikan oleh sebuah inisiatif bernama Tune Map yang berusaha menciptakan sebuah sistem peta yang akan memberikan informasi-informasi penting bagi masyarakat Tunanetra di Indonesia.

Tune Map yang merupakan aplikasi berbasis ponsel pintar berusaha untuk memberikan informasi tentang keadaan jalanan bagi penyandang tunanetra. Cara kerjanya adalah melalui sistem Global Positioning System (GPS), tunanetra akan mendapatkan notifikasi informasi tentang jalanan yang akan dilalui. Notifikasi terebut berisi tentang keadaan jalan, apakah terdapat lubang, maupun apakah ada penghalang jalan. Semua informasi itu disampaikan dalam bentuk notifikasi pengeras suara yang otomatis disampaikan oleh ponsel pintar.

Menariknya, semua informasi-informasi yang dibutuhkan untuk memetakan jalanan itu disediakan secara suka rela oleh para relawan. Seperti yang dilakukan oleh Komunitas Tune Map dalam rangka memperingati Hari Disabilitas Internasional dan bulan relawan nasional pada 10 Desember yang lalu di Kota Bandung, Jawa Barat.

Komunitas ini bersama dengan UN Volunteers dan Komunitas Aleut dan Esgotado melakukan "Map My Day" untuk memetakan secara berkelompok aksesbilitas fasilitas pejalan kaki dalam kota. Sebanyak 36 peserta menyusuri 4 rute dari PSBN Wyata Guna di jalan Pajajaran menuju Balai Kota Bandung. Tidak hanya melibatkan relawan, kegiatan ini juga melibatkan penyandang tunanetra untuk bersama-sama mengevaluasi kondisi fasilitas pejalan kaki yang mereka lalui. Dalam kegiatan yang berlangsung selama dua jam, sebanyak 472 laporan berhasil dikumpulkan. Mereka diberikan akses awalan untuk menggunakan Tune Map yang masih dalam tahap pengembangan untuk memetakan jalanan Bandung.

Para relawan yang berkontribusi untuk pemetaan lewat Tune Map (Foto: tunemap.org)
info gambar

Sebagaimana rilis yang diterima GNFI, kegiatan ini dilakukan sebagai bentuk advokasi penyediaan fasilitas trotoar yang nyaman bagi pejalan kaki dan juga tunanetra. Koordinator Kemitraan Tune Map, Gita Nofieka menuturkan bahwa seharusnya masyarakat sepakat bahwa trotoar saat ini tidak ramah bagi pejalan kaki. "Kita harus bersepakat bahwa bagi pejalan kaki dengan penglihatan normal pun, berjalan di trotoar menimbulkan persaaan tidak nyaman. Apalagi jika kita membayangkan teman-teman dengan gangguan penglihatan? Berjalan kaki di trotoar malah sering membahayakan," ujarnya.

Sementara itu, salah seorang relawan pemetaan, Alda mengatakan bahwa sebenarnya ada fasilitas jalan kaki khusus tunanetra berupa ubin bertekstur yang sudah terpasang di banyak kota di Indonesia, namun banyak dari jalur ini dipasang dengan kaidah yang sembarangan.

"Banyak jalur yang buntu, mengarah ke pot, berlubang, diinvasi parkir kendaraan, pedagang kaki lima, dan banyak rintangan lainnya yang mengakibatkan jalur ini tidak berfungsi dengan semestinya," jelasnya.

Karena masalah-masalah itulah kemudian aplikasi Tune Map muncul sebagai salah satu upaya advokasi bagi para pejalan kaki sehingga fasilitas pejalan kaki dapat diselerenggarakan secara sistematis dan teratur. Pemerintahan juga akhirnya akan mendapatkan masukan-masukan penting yang dibuat pejalan kaki agar dapat membangun fasilitas yang baik.

Respon atas aplikasi ini sebenarnya telah datang dari pihak pemerintahan seperti yang terjadi pada Tech In Asia 2017 Conference Jakarta yang lalu. Walikota Bogor, Arya Bima yang juga hadir dalam acara tersebut mengungkapkan bahwa pihaknya berencana untuk menggandeng Tune Map untuk mengembangkan kota Bogor menjadi kota yang ramah difabel dalam hal ini untuk penyandang tunanetra.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini