Jin De Yuan, Kelenteng Tertua dan Multikultural di Jakarta

Jin De Yuan, Kelenteng Tertua dan Multikultural di Jakarta
info gambar utama

Kelenteng Kim Tek Le, atau yang lebih dikenal dengan Kelenteng Jin De Yuan, sudah dibangun sejak 1650. Kelenteng yang disebut-sebut sebagai yang tertua di Jakarta ini didirikan oleh seorang Letnan Tionghoa, Kwee Hoen dan awalnya dinamakan Koan Im Teng.

Jin De Yuan juga dikenal sebagai salah satu dari empat kelenteng besar yang dikelola oleh Kong Koan atau Dewan Tionghoa. Mereka adalah Kelenteng Goenoeng Sari, Kelenteng Toa Peh Kong, Kelenteng Jin De yuan sendiri, dan Kelenteng Hian Thian Shang di Tanah Tandjoeng yang kini sudah musnah.

Kelenteng Jin De Yuan/Kim Tek Le | Foto: Wikipedia
info gambar

Bangunan kelenteng didominasi dengan warna emas dan merah, serta pilar gerbang tinggi dan besar dengan warna menyala terang. Di depan kelenteng, pengunjung akan disuguhi pemandangan sepasang singa atau bao gu shi. Mereka ini dianggap sebagai penunggu kelenteng dari abad ke-18 yang berasal dari Provinsi Kwangtung, Tiongkok Selatan.

Menuju pintu utama, terdapat dua jendela persegi yang penuh dengan ukiran motif binatang dan bunga teratai. Jendelanya berbentuk bulat dengan ukiran makhluk Qi Lin (kuda bercula satu) yang memiliki arti keberuntungan besar. Sepasang lentera bergambar naga dan burung hong juga terpajang di pintu utama.

Selain itu, di pintu utama ini juga terdapat arca Giok Hong Siong atau Dewa Pertama Alam Langit, atau Dewata Tertinggi penguasa alam yang menyambut para pengunjung maupun yang ingin sembahyang.

Di sisi kanan pintu utama sudah terdapat meja tempat jual beli hio maupun perlengkapan sembahyang, sedangkan di sisi kirinya, tampak bedug tua menggantung di atas langit-langit. Bagian dalam kelenteng juga terdapat artefak peninggalan sejarah yang sangat berharga, bahkan umur dari artefak tersebut hampir sama dengan kelenteng itu sendiri.

Bedgu tua menggantung di langit-langit kelenteng | Foto: gaedegambarist.blogspot.com
info gambar

Ke luar arah kompleks Kelenteng yang namanya memiliki arti kebajikan emas itu, terdapat tiga bangunan. Yang pertama disebut Raja Neraka. Bangunan ini sudah dibangun sejak 1824. Bangunan kedua berdiri di halaman Jin De Yuan dan dibangun tahun 1830. Sedangkan bangunan utama terletak di bagian tengah kompleks.

Jin De Yuan Juga Kelenteng Multikultural

Ada yang menarik dari Kelenteng Jin De Yuan, yaitu di sini tidak secara khusus memuja salah satu agama atau aliran. Kelenteng ini sudah dikenal sebagai kelenteng multikultur. Aliran atau agama seperti Tao, Buddha, dan Konghucu dapat sembahyang di kelenteng ini.

Umat Tao, Buddha, dan Konghucu bisa sembahyang di Kelenteng Jin De Yuan | Foto: www.indonesia.travel
info gambar

Papan Pujian (1757) yang tergantung di ruang utama dengan jelas menyatakan bahwa di kelenteng ini terdapat berbagai aliran. Di bagian kiri dan kanan pintu dalam kelenteng dipasang syair yang berarti:

Pedupaan mas mengepulkan kebahagiaan, semua tempat terbuka, demikian pula dengan alam Dharma. Gerbang kebajikan menampakkan atmosfer kejayaan yang menyebar luas di alam manusia.


Sumber: Kompas Travel, Detik Hot, Indonesia Kaya, CNN Indonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini