Mengenal Bacoho Tradisi Masyarakat Gorontalo

Mengenal Bacoho Tradisi Masyarakat Gorontalo
info gambar utama

Bacoho tradisi khas Gorontalo yang memiliki arti lain yaitu keramas adalah salah satu tradisi masyarakat Gorontalo dalam menyambut bulan suci Ramadhan, tradisi ini masih dilakukan sebagian masyarakat di daerah setempat.

Dilansir dari budaya-indonesia.org, Ritual Bacoho dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara Tradisional dan Simbolisasi:

  1. Tradisional

Bahan-bahan ramuan yang digunakan adalah parutan kulit lemong nipis atau lemong bacoho (citrus limonellus), fungsinya sebagai pewangi; air lemong popontolen (citrus lemetta), fungsinya sebagai pembersih lemak kulit kepala; daun pondang (pandan) yagn ditumbuk halus, fungsinya sebagai pewangi, bunga manduru (melati hutan) atau bunga rosi (mawar) atau bunga melati yang dihancurkan dengan tangan, dan berfungsi sebagai pewangi; minyak buah kemiri untuk melemaskan rambut dicampur sedikit perasan air buah kelapa yang diparut halus. Seluruh bahan ramuan harus berjumlah sembilan jenis tanaman, untuk membasuh rambut. Sesudah itu dicuci lagi dengan air bersih lalu rambut dikeringkan.

  1. Simbolisasi

Semua bahan-bahan ramuan tersebut dimasukkan ke dalam sehelai kain berbentuk kantong, lalu dicelup ke dalam air hangat, lalu kantong tersebut diremas dan airnya ditampung dengan tangan, kemudian digosokkan kerambut.

Martin Ali warga Desa Huntu Selatan, Kecamatan Tapa, Kabupaten Bone Bolango, menjelaskan “Setiap tahun saya selalu membuat ramuan ini, kami biasa menyebutnya dengan nama Bongo Yiladu. Ramuan ini kami gunakan untuk mencuci rambut atau keramas menjelang bulan Ramadhan".

“Bongo yiladu inilah kami siapkan untuk mencuci rambut agar bersih dan harum sepanjang hari,” ujar Martin Ali. Bongo yiladu memang di khususkan untuk merawat diri sehingga dalam proses harus lebih berhati-hati sehingga proses pembuatannya agar mendapatkan aroma yang paling harum. Dilansir dari kompas.

Sedangkan beda perlakuan dengan alat-alat ibadah seperti sajadah, baju, cipu (mukenah), sarung atau bahkan sprei dan kain lainnya. Masyarakat Gorontalo menyiapkan Tradisi Langgilo, yaitu dengan merendam perlengkapan ibadah dalam ramuan khusus yang tidak beda jauh dengan Bongo Yiladu.

“Untuk langgilo, bahan yang digunakan adalah daun jeruk, kelapa parut, daun pandan, kulit jeruk, onumo, sereh, daun ulu-ulu, dan daun kunyit,” ujar Martin Ali.

Bedanya, bahan dan rempah dalam prosesi langgilo ini direbus hingga mengeluarkan aroma yang harum. Air rebusan ini kemudian digunakan untuk merendam perlengkapan agar mendapatkan bau yang wangi dan segar.


Sumber: regional.kompas, budaya-indonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini