Listrik dari Hidrogen Dikembangkan Peneliti Indonesia

Listrik dari Hidrogen Dikembangkan Peneliti Indonesia
info gambar utama

Green Lifestyle kini tengah digalakkan oleh banyak negara di dunia. Bumi yang semakin panas sebagai dampak dari efek rumah kaca. Polusi udara menjadi sebab utamanya. Polusi yang berasal dari kendaran berbahan bakar fosil menjadi perhatian.

Penggunaan bahan bakar fosil menghasilkan karbondioksida yang dapat melubangi ozon. Sehingga penggunaan bahan bakar fosil perlu ditekan seminim mungkin. Setidaknya ada beberapa alternatif untuk pengurangan penggunaan bahan bakar fosil.

Pengalihan konsumsi dari bahan bakar fosil ke sumber energi berbasis energi terbarukan. Alternatif inilah yang kini tengah diseriusi oleh banyak orang. Salah satunya adalah Eniya Listiani Dewi.

Wanita yang menjadi penerima penghargaan Bacharuddin Jusuf Habibie Technology Award 2018 ini berhasil mewujudkan rekayasa teknologi sel bahan bakar. Dia berhasil merekayasa oksigen dan hidrogen agar menghasilkan listrik.

Tak hanya menghasilkan listrik, rekayasanya juga menghasilkan panas dan air murni sekaligus. Proses yang berjalan juga tanpa suara, tanpa emisi, dan fleksibel sesuai dengan berbagai macam kebutuhan.

Pengembangan energi yang berasal dari hidrogen juga harus diikuti dengan pengembangan media penyimpanannya. Karena menurut wanita lulusan Jepang ini, ke depan produksi listrik sudah sampai ribuan megawatt hingga gigawatt. Maka untuk menyimpan energi listrik yang besar itu dibutuhkan media penyimpanan yang mumpuni.

Eniya bercita – cita untuk mewujudkan hydrogen city. Yakni konsep kota yang seluruh sumber daya energinya berasal dari hidrogen. Baik itu sumber daya energi untuk pasokan listrik maupun sebagai bahan transportasinya.

Impiannya itu dibarengi dengan usahanya dalam melakukan riset yang memanfaatkan hidrogen. Di antaranya material polimer dan katalis untuk oksigen baterai, fuel cell, produksi biohidrogen, dan elektrolisis.

Menurut Eniya, penyimpanan energi berbahan hidrogen lebih menguntungkan ketimbang baterai. Kekuatan penyimpanan energi berbasis hidrogen lebih kuat sepuluh kali lipat daripada lithium baterai.

Lulusan Waseda University, Jepang, itu menjelaskan banyak negara yang sekarang ini meningkatkan konsumsi energi berbasis sumber energi terbarukan.

"Ada negara yang memasang target konsumsi (energi baru dan terbarukan, Red) 40 persen, bahkan ada yang sampai 90 persen," ungkapnya kepada jawapos.com.

Sumber : jawapos.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini