Alat Pendeteksi Kematangan Buah Buatan Mahasiswa Malang

Alat Pendeteksi Kematangan Buah Buatan Mahasiswa Malang
info gambar utama

Mahasiswa sebagai adalah agen perubahan. Kehadirannya harus memberi dampak bagi masyarakat. seperti yang dilakukan mahasiswa Universitas Brawijaya Malang. Mereka memberi manfaat kepada masyarakat atas ilmu yang telah mereka dapat di kampus. Mahasiswa – mahasiswi UB ini membuat sebuah inovasi untuk membantu petani di Kediri. Kelompok tani jambu biji di Kampung Inggris mendapati panen yang kurang maksimal karena banyaknya buah yang busuk.

Buah yang busuk disebabkan oleh serangan hama. Para petani ini tidak menggunakan pestisida. Kelompok tani ini hanya membungkus buah dengan plastik secara manual. Rata – rata petani hanya mampu membungkus ± 1000 buah per orang dalam satu hari. Dengan luas lahan 562,5 meter persegi dengan jumlah 522 pohon produktif tentu menjadi satu masalah.

Banyak buah yang terserang hama sebelum sempat dibungkus. Selain itu pengecekan buah yang telah dibungkus juga menyulitkan. Tak dapat dihindari banyak buah yang terlalu matang yang kemudian busuk sebelum dipanen.

Inovasi yang dibawa oleh mahasiswa UB adalah Fast Wrapper and Positioning Marker Fruit Cover atau Faster Frover. Alat ini dibuat untuk memudahkan petani melakukan pembungkusan buah dengan plastik saat berumur dua minggu.

Alat ini akan mengunci plastik agar kuat dan erat ketika diaplikasikan pada buah. Sistem penguncian menggunakan kawat pemanas yang diletakkan di jari telunjuk. Ketika jari telunjuk ditempelkan dengan ibu jari yang telah diberi pengaman, alat akan bekerja memanaskan plastik.

Waktu pemanasan yang diprogram dalam alat ini yaitu 400 ms. Setelah mencapai waktu yang ditentukan, alat akan menghentikan pemanasan dengan sendirinya.

Alat ini dibuat oleh M. Rizka Maulana, Adin Okta Triqadafi, Satrio Wiradinta Riadu Boer, Venny Seftiani dan Firdausi yang berasal dari Fakultas MIPA dan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang.

Fast Frover mampu mencatat waktu dan lokasi pemasangan plastik ketika pembungkusan yang diinput. Data yang diperoleh akan disimpan di memori. Sehingga data bisa digunakan untuk analisa pada smartphone petani.

Alat buatan lima mahasiswa UB ini juga mampu mendeteksi waktu panen buah. Petani juga dapat mengetahui jumlah buah yang telah dibungkus sehingga petani dapat memperhitungkan keuntungan yang akan diperoleh nantinya.


Sumber: ub.ac.id

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini