Mengenal 7 Penutup Kepala Khas Indonesia

Mengenal 7 Penutup Kepala Khas Indonesia
info gambar utama

Songkok

source : kiosdakwah

Songkok yang juga disebut sebagai peci atau kopiah merupakan penutup kepala tradisional orang melayu. Di Indonesia songkok menjadi bagian dari pakaian nasional. Songkok atau peci yang dikenal di Indonesia berwarna hitam.

Pada era sekarang, songkok identik dengan pemeluk agama islam. Songkok memilki bentuk oval dengan tinggi yang bervariasi. Peci digunakan kaum muslim untuk mencegah rambut yang menutupi dahi.

Udeng

Source : Indonesiakaya.com

Udeng adalah topi khas masyarakat Bali. Topi ini umumnya dipakai saat upacara adat, pertemuan tradisional, kegiatan keagamaan, dan terkadang juga dipakai sehari-hari. Jika berwisata ke pulau dewata, hampir semua orang menggunakan udeng.

Udeng bisa dibeli dengan mudah di Bali, di berbagai tempat wisata banyak ditemui penjual udeng. Udeng seperti menjadi oleh – oleh khas dari Bali.

Udeng sendiri memiliki makna pada lipatannya. Lipatan yang lebih tinggi di sebelah kanan menandakan bahwa manusia hendaknya selalu berusaha berbuat baik. lipatan di tengah menandakan pemusatan pikiran seseorang. sementara lipatan yang menunjuk ke atas melambangkan Tuhan Yang Maha Esa.

Blangkon

source : wikipedia

Blangkon merupakan penutup kepala yang dibuat dari batik dan digunakan oleh kaum pria. Blangkon termasuk bagian dari pakaian tradisional Jawa. Blangkon terbagi menjadi empat jenis : blangkon Ngayogyakarta, blangkon Surakarta, blangkon Kedu, dan Blangkon Banyumasan.

Pada bagian belakang Blangkon terdapat tonjolan yang disebut mondholan. Mondholan menandakan model rambut pria pada masa itu. Orang pada jaman dahulu yang berambut panjang akan mengikat rambutnya, yang membuta tonjolan saat menggunakan blangkon.

Ti’i Langga

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)

Topi yang berasal dari Pulau Rote ini bisa disebut sombreronya Indonesia. Ti’i langga memiliki tepi yang lebar dan tanduk di bagian atasnya. Topi yang berasal dari Provinsi Nusa Tenggara Timur ini dibuat dari lontar.

Tanduk di bagian atas Ti’i langga memiliki tinggi sekitar 40 sampai 60 cm. Tanduk ini sering disebut “antena” dan memiliki sembilan tingkat. Warna topi ini bisa polos maupun berwarna.

Penutup kepala ini dipakai oleh kaum pria. Meskipun pada jaman dahulu wanita juga menggunakannya. Ti’i Langga pada jaman dahulu hanya digunakan oleh para petinggi di Pulau Rote. Namun sekarang topi ini sudah menjadik pakaian tradisional, dan sering dikenakan dalam acara – acara adat.

Seraung

Pict : Raiyani Muharramah/newsantara.com

Topi berbentuk lebar ini biasa digunakan masyarakat Dayak dalam beraktifitas di luar rumah, terutama saat beraktifitas di hutan. Topi yang terbuat dari anyaman daun kering ini berfungsi untuk melindungi kepala dari terikya sinar matahari. Seraung seringkali dihiasi dengan kain bermotif atau manik – manik .

Kupiah Meukeutop

source : kerajinanindonesia.id

Topi tradisional ini berbentuk tinggi runcing. Kupiah Meukeutop dijadikan sebagai pelengkap busana adat Aceh. Topi yang umumnya digunakan kaum pria ini juga digunakan pengantin pria pada acara perkawinan tradisional.

Kupiah Meukeutop terbuat dari kain songket Aceh disertai pernak-pernik khas Aceh lainnya.

Tanjak

source : haloriau.com

Penutup kepala ini terbuat dari kaing songket. Lazimnya digunakan sultan dan pangeran, serta bangsawa kesultanan melayu. Di Palembang, topi ini biasanya dipakai oleh keluarga pengantin pria saat acara resepsi pernikahan. Tak hanya digunakan dalam acara resepsi, tetapi juga digunakan saat acara adat oleh kaum pria.


Sumber: newswantara.com | wikipedia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini