Cukup Sehat kah Jiwa dan Raga Bangsa Ini?

Cukup Sehat kah Jiwa dan Raga Bangsa Ini?
info gambar utama

Kebanyakan orang menduga bahwa sehat jiwa dan raga artinya cukup olah raga. Tapi bagaimana dengan bangsa yang harus sehat jiwa dan raga? Apakah itu artinya seluruh elemen bangsa wajib selalu berolahraga? Setiap pagi seluruh bangsa Indonesia ini wajib jogging? Biar selalu sehat jiwa dan raga? Mungkin bukan, atau mungkin iya? Maka dari itu sepertinya kita perlu kupas kata perkata dari “Bangsa yang Sehat Jiwa Raganya”.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia Sehat adalah kondisi baik seluruh badan dan bagian-bagian lainnya atau terbebas dari sakit atau disebut juga waras. Tapi ada juga pengertian sehat yakni baik dan normal. Sementara Jiwa adalah roh manusia atau seluruh kehidupan batin manusia. Lalu Raga sendiri dalam KBBI berarti badan atau tubuh, sementara untuk Bangsa menurut KBBI artinya sekumpulan manusia yang biasanya terikat karena kesatuan bahasa dan kebudayaan dalam arti umum, dan menempati wilayah tertentu di muka bumi.

Maka, jika bertolak dari 4 pengertian mendasar dari kata-kata tersebut, BANGSA YANG SEHAT JIWA DAN RAGA ADALAH SEKUMPULAN MANUSIA YANG TERIKAT DALAM SATU KESATUAN BAHASA DAN BUDAYA YANG BERADA DI SATU WILAYAH DAN MEMILIKI KEHIDUPAN BADAN DAN BATIN YANG BAIK, NORMAL DAN WARAS. Maka, sehat jiwa dan raga dari sebuah bangsa rupanya bukan bertolak dari seberapa sering bangsa tersebut berolah raga, tapi juga seberapa waras bangsa tersebut. Pertanyaannya sekarang, apakah bangsa ini sudah cukup waras dan pantas menyebut dirinya sehat jiwa raga? Pertanyaan ini tentunya untuk anda, saya, dan semua orang yang merasa menjadi bagian dari bangsa Indonesia.

Bangsa, sebagaimana yang anda semua tahu, terdiri dari individu-individu dengan berbagai macam latar belakang, cara pikir, dan lain sebagainya. Bangsa, tentu tidak bisa kita sama ratakan menjadi 1 sosok hingga akhirnya kita seolah-olah bisa menempatkan sosok itu sebagai satu tolak ukur bahwa bangsa ini sedang sehat atau sakit. Kita harus sepenuhnya melihat sampai pada bagian yang paling kecil.

Coba kita analogikan bangsa sebagai tubuh manusia. Ketika bangsa diibaratkan sebagai tubuh, maka harus dicek dari ujung kepala sampai ujung kaki apakah seluruh bagian tubuh tersebut benar-benar sudah sehat atau masih ada yang sakit, cacat, dan sebagainya? Begitu juga dengan jiwa, yang bentuknya lebih abstrak karena tidak bisa dilihat secara kasat mata. Tapi sebelum kita bahas soal sehat Jiwa, kita bahas yang kasat mata dulu saja.

Dalam tubuh pasti ada satu atau dua bagian tubuh yang nampaknya tidak elok dipandang di cermin atau tubuh lain (ibaratkan tubuh lain ini bangsa lain). Misalnya, di rambut anda ada pitak segede jambu, maka bagian tubuh lain, normalnya, akan berusaha menutupi bagian pitak itu agar tak terlihat oleh orang lain, sebelum kemudian pergi ke rumah, cari topi, atau beli minyak Firdaus dan oles sebanyak-banyaknya biar nggak pitak. Secara normal saja, tubuh, melindungi satu sama lain. Artinya, meskipun misalnya tubuh tidak sepenuhnya dikatakan sehat, beberapa bagian yang lain ikut melindungi bagian tubuh lainnya. Sehingga, taraf kesehatan tubuh, juga dilihat dari seberapa “perhatian” bagian tubuh lainnya pada bagian tubuh yang lain. Lalu apakah dari analogi tersebut bangsa ini sudah cukup sehat? Ini baru Raga, belum ke Jiwa.

Sekarang kita bahas secara sederhana soal sehat jiwa. Jiwa yang sehat secara sederhana artinya tidak gila atau waras. Di dalam kepalanya masih berpikir secara normal dan tidak acak, melompat-lompat, random, dan lain sebagainya. Artinya jika dia dihadapkan pada satu kondisi tertentu, misalnya, dia adalah netizen budiman yang mendukung Sinisuka Ginting dalam partai final bulu tangkis melawan pebulu tangkis China dan kalah karena kakinya kram, lalu netizen budiman itu tetap mendukung Ginting, maka jiwanya sehat. Tapi jika dia ternyata membuli Ginting yang hampir kehilangan seluruh karir bulu tangkisnya, maka netizen yang budiman itu 90% agak kurang waras jiwanya. Dia tidak gila, hanya cara dia berpikir, cara dia menjalankan perangkat di tubuh dan perasaannya, ada yang soak. Entah pada bagian empati, simpati, atau justru pada bagian paling mendasar dari kodrat manusia, yakni menghargai manusia lain.

Dari dua paragraf di atas, sepertinya bisa sedikit menyimpulkan bangsa yang sehat jiwa dan raganya. Seluruh masyarakat Indonesia, dari rakyat kecil, sampai gubernur yang ternyata korupsi buat beli action figure, adalah bagian dari bangsa ini. Bangsa ini belum sepenuhnya sehat jiwa dan raganya, itu fakta. Tapi, bukan berarti bangsa ini ada dalam kondisi sekarat. Kenapa? Karena masih sangat banyak orang baik di dalam tubuh bangsa Indonesia. Jika tidak ada, maka jadilah salah satunya.

Terus, hubungannya artikel ini sama tema besar “Indonesia Sportif” apa? Kalau anda mempertanyakan ini, berarti mungkin jiwa dan raga anda belum 100% sehat. Periksa gih!

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini