Nasionalisme ala Nelson Mandela: Dukungan Indonesia dalam Asian Games 2018 Sebagai Upaya Menyatukan Bangsa Indonesia

Nasionalisme ala Nelson Mandela: Dukungan Indonesia dalam Asian Games 2018 Sebagai Upaya Menyatukan Bangsa Indonesia
info gambar utama

Indonesia terkenal dengan budayanya yang unik dan bermacam-macam. Faktanya, keberagaman Indonesia ini tidak serta merta menjadi basis dialetis untuk saling menghormati perbedaan. Seringkali ditemukan konflik-konflik yang berakar dari dalih keberagaman yang dinisbatkan sebagai sebuah perbedaan. Keberagaman lambat laun menjadi alasan munculnya sebuah pertikaian. Pada dasarnya, perbedaan adalah suatu keniscayaan bagi bangsa yang majemuk. Namun demikian, perbedaan bukan menjadi alasan terjadinya perpecahan. Di antara berbagai konflik yang menuju arah perpecahan, ternyata ada hal yang dapat menyatukan bangsa Indonesia. Tidak lain tidak bukan, hal itu adalah adanya rasa cinta terhadap tanah air. Terlepas dari perbedaan etnis, corak budaya, agama, dan pendapat, nyatanya rakyat Indonesia masih disatukan oleh cinta tanah air atau rasa nasionalisme. Fenomena ini terlihat jelas dalam pagelaran olahraga Asian Games 2018 yang melibatkan seluruh negara di Asia. Asian Games 2018 menyelenggarakan 40 jenis olahraga, mulai dari jenis olahraga tradisional hingga olahraga modern. Riuh rendah dukungan masyarakat Indonesia tersebar dari Sabang sampai Merauke kendati acara dihelat di Jakarta dan Palembang. Baliho Asian Games 2018 kerap terlihat di sepanjang jalan, baik jalan utama maupun jalan-jalan perkampungan. Semaraknya dukungan terhadap pelaksanaan Asian Games 2018 menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia mempunyai animo yang tinggi dalam mendukung perjuangan para wakil bangsa ini, meskipun wakil-wakil yang mereka dukung berbeda suku, agama, maupun ras.

Ada hal yang unik dari perhelatan akbar olahraga se-Asia tersebut yang mana semua elemen rakyat Indonesia saling bahu-membahu mendukung Indonesia dalam menghadapi lawan-lawan di perlombaan Asian Games 2018. Dimulai dari unsur pemuda, lebih dari 2000 pemuda dan pelajar bersatu mengumumkan dukungan terhadap Asian Games 2018. Dari kalangan akademisi, lembaga Institut Seni Yogyakarta mengajak masyarakat untuk turut serta mendukung kesuksesan Asian Games 2018. Dari kalangan negarawan, Kepala Polisi Republik Indonesia juga telah mengultimatum seluruh rakyat Indonesia untuk senantiasa menjaga sportivitas dan persatuan demi menjaga kelancaran acara tersebut. Acara Asian Games 2018 memang digaung-gaungkan menjadi sebuah ‘pendingin’ di tengah polemik perpolitikan negeri yang sedang dalam masa hangat-hangatnya. Masa pengumuman calon presiden dan calon wakil presiden setidaknya menjadi tantangan tersendiri bagi persatuan di Indonesia, terlepas dari proses tersebut yang bersifat normal sebagai upaya pencerdasan masyarakat pra-pemilu tahun 2019 mendatang. Ketika para penyelancar media sosial dibuat panas oleh isu kampret dan cebong dalam pertarungan pemilihan presiden dan wakil presiden, Asian Games 2018 hadir bagai angin segar yang menyatukan kubu-kubu yang tengah berseteru.

Kondisi Indonesia seolah mengingatkan kembali kepada pengalaman perpolitikan Afrika Selatan pada tahun 1990. Kala itu, politik di Afrika didominasi oleh bangsa kulit putih yang kehadirannya ditujukan untuk marginalisasi keberadaan suku pribumi yang notabene berkulit hitam. Bangsa kulit hitam memiliki otoritas yang sangat terbatas dalam akses terhadap publik hingga pada akhirnya seorang tokoh bernama Nelson Mandela mengungkapkan gagasan-gagasannya terkait dekonstruksi politik Apartheid. Pada saat itu bertepatan dengan diadakannya kejuaraan rugbi di tingkat internasional yang bertempat di Afrika Selatan, Nelson Mandela memanfaatkan momentum tersebut untuk mentransformasikan wajah perpolitikan Afrika Selatan dengan melibatkan bangsa berkulit putih dan bangsa berkulit gelap dalam satu pertandingan. Untuk mencapai hal tersebut, Nelson Mandela perlu berkoordinasi dengan berbagai pihak otoritas setempat. Rupanya apa yang dilakukan Nelson Mandela ini mendapat respon positif. Kebijakan tersebut menjadi salah satu batu loncatan bagi Nelson Mandela untuk mereduksi politik rasial yang kala itu sedang marak di Afrika Selatan. Nelson Mandela sendiri memiliki pandangan bahwa olahraga adalah senjata yang ampuh untuk melawan rasisme.

Strategi yang dilakukan oleh Nelson Mandela dalam usahanya mendekonstruksi pemikiran politik apartheid dalam ajang World Rugby Cup1995 dapat menjadi pembelajaran bagi pemerintah Indonesia. Pemerintah perlu memanfaatkan Asian Games 2018 sebagai upaya untuk mempersatukan bangsa melalui usaha mewadahi semangat dan dukungan kepada tim-tim Indonesia yang berlaga di berbagai kancah perlombaan. Ke depannya, momentum ini diharapkan dapat menyatukan masyarakat Indonesia dan menekan eskalasi konflik SARA serta polarisasi masyarakat yang kerap terjadi di Indonesia.


Sumber:

‘2000 Indonesian Youth And Students are United to Announce Commitment to Support The Asian Games 2018,’ AsiaOne (daring) , 2018, , Diakses pada 26 Agustus 2018.

‘Dukung GElaran Asian Games 2018,ISI Solo Ajak Warga CFD Bersatu,’ Detik (daring), 2018, , Diakses pada 26 Agustus 2018.

‘Asian Games momen Bersatu ; Jangan TErlalu Larut Politik,’ Detik (daring), 2018, , diakses pada 26 Agustus 2018.

‘How Nelson Mandela Used sport to transform South Africa’s Images,’ BBC (daring), 2013, , diakses pada 26 Juni 2018

‘For Nelson Mandela, sports were major weapon againts racism,’ CNN (daring), 2013, , diakses pada 26 Agustus

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini