Dari Perdagangan Hingga Ditulis Dalam Al-Quran, Inilah Cerita tentang Kapur Barus

Dari Perdagangan Hingga Ditulis Dalam Al-Quran, Inilah Cerita tentang Kapur Barus
info gambar utama

Kota Barus, sebuah kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng), Provinsi Sumatera Utara (Sumut), Indonesia. Dari daerah ini, nama pengharum pakaian "kapur barus" atau orang mengenalnya dengan kamper berasal dan tersohor sejak dahulu kala. Kapur barus digunakan sebagai pengharum pakaian, pengusir rengat dan bahan pengawet non makanan oleh masyarakat. Dari dulu, kapur barus menjadi komoditas perdagangan yang penting.

Oleh pedagang dari India, Asia Tenggara dan Timur Tengah, kapur barus dibuat dari cairan yang dikeringkan hasil ekstraksi pohon kamper (cinnamomum camphora). Menurut Tapteng Hendri Susanto Tobing, kapur barus yang sekarang ada di masyarakat hanyalah tiruan (sintetis) dan aslinya berasal dari getah pohon yang umurnya beratus-ratus tahun di hutan.

Dia pun juga mengatakan Barus ini dulunya adalah bandar yang besar sehingga banyak saudagar dari Timur Tengah masuk ke sini dan juga melakukan syiar agama. Kedatangan saudagar dari Timur Tengah ini dapat dibuktikan dengan adanya situs Pemakaman Mahligai dan Papan Tinggi bertuliskan Arab kuno (Persia) yang diperkirakan pada abad VII atau sekitar tahun 661 masehi.


ia juga menambahkan, kapur barus asal Tapanuli tengah terkenal akan keharumanannya, sehingga diburu dan mengakibatkan harganya relatif tinggi. Sayangnya, eksplorasi yang berlebihan terhadap kapur barus mengakibatkan tidak ada lagi regenerasi pohon yang berusia lama ini sehingga sekarang sangat jarang ditemukan di hutan sekitar Barus.

Sumber lain mengungkapkan, Menurut para ahli, kapur barus atau kamper merupakan barang komoditas di sebagian besar dunia, dari Cina sampai kawasan Laut Tengah (meliputi Indocina, Asia Tenggara, India, Persia, Timur Tengah, bahkan Afrika). Hal itu berlangsung setidaknya sejak abad ke-4 M sampai abad ke-10 atau sesudahnya. Sumber tertua yang menyebutkan kamper berasal dari sebuah catatan seorang pedagang Cina awal abad ke-4 M, yang menelusuri jalur sutera. Di Barat, catatan tertua tentang kamper berasal dari tulisan seorang dokter Yunani yang tinggal di Mesopotamia, bernama Actius (502-578 M). Sementara itu, kronik Dinasti Liang (502-557) di Cina mengaitkan kamper dengan satu daerah yang nanti dikenal dengan Barus.

Sebuah cacatan tertua tentang Barus ditulis oleh Ptolomaeos, seorang filsur Alexandria abad pertama Masehi. Jika benar bahwa Barus yang disebut Ptolomaeos adalah daerah penghasil kapur atau kamper, bisa dipastikan bahwa kapur (dari) Barus sudah dikenal sekitar sejak abad pertama Masehi, bahkan hingga di Afrika sana. Diduga pula, kamper adalah salah satu bahan untuk memumikan jenazah para fir’aun di Mesir.

Uniknya, ketika Al-Qur’an turun pada abad ke-7, kapur (barus) adalah sebuah barang mewah di Timur Tengah. Tak heran Jika Al-Qur’an menggunakan istilah (kâfûr) tersebut untuk menggambarkan keistimewaan dan kemewahan minuman orang-orang shaleh di akhirat. Dalam konteks ini, Al-Qur’an tidak menggunakan istilah kâfûr dalam kegunaan praktisnya, melainkan dalam nilai simboliknya. Al-Qur’an menarik istilah kâfûr dari pengertiannya yang konkret ke pengertiannya yang abstrak; dari dimensi duniawi ke dimensi rohani.

Sumber : Rudraksha Ratna, medanbisnisdaily.com, https://jamaldrahman.wordpress.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini