6600 Anak Muda Terlibat Pencegahan Paham Radikalisme di Universitas dan Sekolah

6600 Anak Muda Terlibat Pencegahan Paham Radikalisme di Universitas dan Sekolah
info gambar utama

Ketua Pengurus Yayasan Perdamaian Global Indonesia (GPF Indonesia), Dr. Drs. Chandra Setiawan, M. M., Ph. D yang ditemui usai lokakarya persiapan kegiatan Millennials Peace Fesival mengatakan, "Saat ini perlu ada peningkatan keterlibatan generasi muda dalam pencegahan dan penanggulangan paham radikalisme dan ekstremisme kekerasan melalui pendidikan (pengetahuan) dan teknologi. Merekalah yang jadi ujung tombak dalam upaya-upaya pencegahan radikalisma khususnya di universitas dan sekolah".

Radikalisme dan ekstremisme kekerasan di kalangan anak muda memang sudah mengkhawatirkan. Berdasarkan hasil riset dan survey yang dilakukan oleh beberapa lembaga (independen, pemerintah, institusi), terlihat jelas bahwa generasi muda menjadi sasaran empuk bagi berkembangnya sel-sel radikalisme dan ekstremisme kekerasan, menjadi ladang subur tumbuhnya benih fanatisme negatif dan teror. Survey APJII tahun 2017, sebanyak 143,26 juta masyarakat Indonesia adalah pengguna internet, dan 53% diantaranya menjadikan internet sebagai sumber berita. Sementara itu, data survey PPIM UIN Jakarta tahun 2017, sebanyak 54,87% generasi muda mencari pengetahuan agama dari internet (blog, website, media sosial). BNPT melansir data sebanyak 9.000 website mengandung konten radikalisme dan 39% mahasiswa di 15 provinsi di Indonesia yang menjadi responden dari survey yang diselenggarakan BNPT terindikasi tertarik pada paham radikal.

Tak hanya melalui internet, peran organisasi kampus maupun alumni juga berpengaruh terhadap berkembangnya paham-paham radikalisme dan ekstremisme ini. Di kalangan sekolah, peran alumni dan organisasi sekolah pun menjadi sorotan. Nilai-nilai agama menjadi bahan palinh digemari para pelaku teror sebagai propaganda dan penyebaran berita negatif serta non-fakta. Lemahnya literasi atau narasi yang menyejukkan tenyang keragaman dan perbedaan yang ada juga menjadi celah makin marak dan menyebarnya virus radikalisme dan ekstremisme kekerasan.

Diadakannya Millenials Peace Festival (MP-Fest) yang diinisiasi oleh Global Peace Foundation (GPF-Indonesia), bekerja sama dengan Convey Indonesia, PPIM UIN Jakarta dan UNDP serta mitra-mitra (pemerintah, organisasi, institusi pendidikan) adalah sebagai langkah untuk memberikan pengetahuan, menampung dan menyalurkan aspirasi generasi muda milenial sekaligus menjadi ruang bersama untuk berkolaborasi dan terlibat aktif dalam upaya pencegahan dan penanggulangan paham radikalisme dan ekstremisme kekerasan khususnya di lingkungan atau institusi pendidikan.

Project Manager Convey Indonesia 2, Dr. Fuad Jabali, M. A mengatakan bahwa pentingnya peran generasi muda dalam merayakan perdamaian bersama. Kalau mereka damai, masa depan Indonesia pun damai.

MP-Fest ini melibatkan 6.600 generasi muda khususnya mahasiswa dan anak sekolah yang ada di 6 kota di Jakarta, Bandung, Palangkaraya, Pekanbaru, Surabaya dan Makassar) dan dilaksanakan di 6 universitas (Universitas Gunadarma, Universitas Telkom Bandung, Universitas Airlangga, Universitas Hasanuddin, IAIN Palangkaraya dan UIN Sultan Syarif Kasim II serta 18 sekolah. Kegiatan dimulai sejak September 2018 di Jakarta dan berakhir pada Desember 2018 di Makassar.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini