Pesona Hutan Pinus Mangunan

Pesona Hutan Pinus Mangunan
info gambar utama

Matahari belum terlalu tinggi. Serombongan pesepeda yang berolah raga pagi melewati turunan curam dekat Kantor Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Mangunan. Tak jauh, kantong parkir di area Pinus Sari terletak di Desa Mangunan, Kecamatan Dlingo, Bantul, Yogyakarta, tampak terisi puluhan sepeda motor, beberapa mobil serta bus dari luar kota.

Berjalan meninggalkan parkir sekitar 50 meter, sebuah gapura kayu bertuliskan Panggung Sekolah Hutan cukup unik menyambut para pengunjung.

Di sebelah dalam ada kios tiket. Kita cukup membayar Rp2.500 per orang untuk memasuki Panggung Sekolah Hutan. Beberapa langkah dari situ, pengunjung segera mengenali balok-balok kayu yang tertata sedemikian rupa di lereng hutan sebagai amphitheatre yang foto-fotonya wira wiri di jagad media sosial.

Atmosfer hutan pinus yang tak biasa segera menyergap. Hutan pinus ternyata tak sekadar berisi pokok-pokok pinus, humus daun, satu dua tanaman perdu. Dengan sentuhan kreativitas, hutan bisa jadi tempat wisata sangat menarik dikunjungi. Selain dibuatkan panggung kayu, ada juga titik hammock, taman bunga, dan gardu pandang.

Semua itu untuk mewadahi animo pengunjung yang gandrung berswafoto. Kebanyakan dari wisatawan ini anak-anak muda.

Yang kesengsem keindahan hutan pinus tak hanya mereka. Dalam kunjungan ke Indonesia pada 2017, Barack Obama menyempatkan jalan-jalan sebentar di hutan pinus area Puncak Becici, hanya sekitar 15 menit berkendara dari Pinus Sari. Di sini, selain hutan pinus, pengunjung juga bisa menikmati panorama perbukitan, dan gunung Merapi Merbabu di kejauhan.

Pintu masuk Mangunan, tiket Rp2.000 per orang. Foto: Nuswantoro/ Mongabay Indonesia
info gambar

Model pengelolaan

Sebelum menjadi tujuan wisata seramai sekarang, hutan pinus di RPH Mangunan hanyalah hutan pinus yang mengandalkan produksi getah pinus. Hingga suatu ketika mulai banyak anak muda suka berfoto di sana.

“Sekitar 2014, mulai ramai. Banyak datang foto-foto. Ada juga yang prewedding di sini. Pemandangan memang bagus,” kata Handoyo, waktu itu ikut membantu jadi juru parkir.

Sekarang pengunjung ramai sejak pagi hingga petang. Di akhir pekan atau hari libur panjang tak jarang jalan di Mangunan sangat padat kendaraan.

“Banyak pengunjung ingin lihat kabut,” katanya, Minggu, (23/9/18).

Saat ini, ada sembilan area andalan wisata di Blok Mangunan, yaitu Pinus Sari, Becici, Pengger, Lintang Sewu, Seribu Batu, Mojo, Pinus Asri, Mbah Romo, dan Panguk. Semua kelolaan Kelompok Tani Hutan (KTH) yang awalnya mengusahakan sadap getah pinus, lebah madu hutan. Mereka tergabung dalam wadah Koperasi Notowono.

Noto itu menata, wono itu hutan. Artinya, menata hutan. Maksudnya kami ingin ikut menjaga, merawat, melestarikan hutan untuk kesejahteraan masyarakat. Caranya, lewat pengembangan wisata,” kata Purwo Harsono, ketua koperasi, kepada Mongabay,pekan lalu.

Saat ini , anggota mencapai 295 orang. Mereka adalah operator kawasan wisata di hutan lindung milik pemerintah.

“Mereka dari KTH (kelompok tani hutan-red) penyadap getah pinus, KTH lebah madu, dan pesanggem. Sebagian masih nyambi jadi petani, lebih banyak lagi yang beralih ke jasa wisata.”

Pesanggem adalah masyarakat yang memanfaatkan lahan hutan milik pemerintah untuk bertani atau berkebun. Petani pesanggem umumnya tinggal di sekitar hutan.

Lewat koperasi ini mereka mensyaratkan pengelola harus memiliki anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. Mereka juga harus diakui pemerintah desa. Aturan main pengelola juga dibuat, misal, pemberian sanksi bagi penjual makanan yang memberi harga tak wajar kepada pengunjung.

Sejak mengembangkan wisata, pendapatan mereka pun meningkat drastis. Jika semula penyadap mendapat penghasilan Rp1 juta per bulan, lewat jasa wisata bisa Rp2 juta-Rp3 juta.

“Penghasilan mereka ada yang sampai empat kali lipat. Yang ikut merintis awal, berjuang mendapat paling besar. Kalau anggota biasa sekitar dua kali lipat,” kata Purwo.

Orang yang terlibat dalam jasa wisata di hutan lindung pun terus bertambah. Jika awalnya hanya puluhan orang, kini 544 orang, termasuk tenaga bantu.

“Pengunjung mulai konstan. Tahun 2017 mencapai 2.289.559 orang. Sampai Juli naik sedikit, Juli kita sudah setor Rp1,5 miliar ke pendapatan daerah provinsi,” katanya.

Pengjunjung bisa nikmati alam Mangunan dengan jeep wisata. Foto: Nuswantoro/ Mongabay Indonesia
info gambar

Uang sebanyak itu diperoleh dari tiket, sewa fasilitas, parkir, dan jasa lain, atau 25% dari pemasukan. Sisanya 75% jadi hak pengelola.

“Pembagian berdasar aturan gubernur dan perda.”

Sebagai pelaku jasa wisata di hutan dengan basis atraksi alam, Koperasi Notowono juga peduli dengan kelestarian hutan. Saat ini, ada program pemupukan dan penanaman kembali sebagai agenda tahunan.

“Kami menyediakan kebun bibit, di setiap operator. Belum lama ini menanam 6.000 bibit pohon. Untuk pembatas area dengan tanaman secang, beringin, pule.”

Purwo bilang, tak terlalu mendapat kesulitan berarti saat merintis dan mengembangkan koperasi ini. Kesulitan itu lebih karena sumber daya manusia (SDM) dirasa kurang.

“Pokdarwis (kelompok sadar wisata) itu mengelola bagaimana kualitas pelayanan pariwisata. Misal, dari sisi Sapta Pesona bagaimana. Itu titik fokus pokdarwis. Kalau pengelola ya hanya operator kawasan wisata,” katanya saat disinggung masih ada pokdarwis yang bertikai memperebutkan lahan wisata.

Pokdarwis, adalah organisasi nirlaba bersifat sosial, tidak mengelola aset, tetapi lebih kepada mengusahakan peningkatan kualitas pelayanan wisata. Mereka, katanya sering melupakan itu hingga di beberapa kawasan wisata justru bersaing tak sehat.

Dia katakan, masih ada kekurangan dalam pengembangan wisata di Mangunan, seperti sedikit penanda budaya khas Mataram. Padahal, dalam sejarah Mangunan dekat dengan Keraton Mataram Yogyakarta. Lokasi makam raja-raja Mataram di Imogiri tidak terlalu jauh dari Mangunan.

***

Lokasi hutan pinus Mangunan sekitar 12 km dari pusat Kota Yogyakarta. Bisa lewat jalan Imogiri Barat, maupun timur. Ada cukup papan penunjuk arah menuju ke sana. Jalan menuju Mangunan terbilang mulus. Pengendara harus berhati-hati karena melewati beberapa kelokan dan jalan menanjak.

Jika menemui jalan seperti ini segera siapkan kendaraan yang dibawa ke gigi rendah, jangan terlalu dekat di belakang bus untuk mengantisipasi tak kuat di jalan tanjakan.

Mangunan adalah salah satu dari 25 RPH di Yogyakarta, Bagian Daerah Hutan (BDH) Kulon Progo Bantul. BDH Kulon Progo Bantul ada Dlingo, Kokap, dan Sermo. Secara resmi wisata hutan pinus dibuka untuk umum Februari 2017.

Luas hutan di RPH Mangunan 573,7 hektar, yang disetujui untuk wisata hampir 30 hektar. Koperasi Notowono berdiri pada Januari 2015 dan bekerja sama dengan KPH Mangunan Januari 2017. Tahun lalu, Notowono meraup pendapatan Rp6 miliar.

Aji Sukmono, Kepala KPH Yogyakarta, menerangkan, hutan di Kulon Progo dan Bantul, adalah hutan lindung. Sesuai keputusan menteri, hutan lindung untuk wisata hanya boleh 10%.

Pada Jumat, 28 September lalu, Presiden Joko Widodo mengunjungi hutan pinus Mangunan guna membuka pameran usaha kehutanan dan Festival KPH nasional.

Keindahan pohon pinus Mangunan dan fenomena Crown Shyness. Foto: Nuswantoro/ Mongabay Indonesia
info gambar
Panggung kayu instagramable dan viral di sosial media. Foto: Nuswantoro/ Mongabay Indonesia
info gambar


Sumber: Diposting ulang dari Mongabay Indonesia atas kerjasama dengan GNFI

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini