Ubud Writers and Readers Festival memang telah sukses digelar beberapa waktu lalu di Ubud, Bali. Kegiatan yang telah berlangsung hingga memasuki tahun ke-15 ini memang selalu mendulang banyak cerita sejak sukses diadakan pertama kali di tahun 2004.
Tahun ini, dengan hadirnya lebih dari 200 program dan lebih dari 180 pembicara dari berbagai negara, membuat Ubud Writers and Readers Festival muncul sebagai salah satu festival literasi terbesar yang rutin diadakan di Indonesia.
Dari Indonesia sendiri, selain penyair Sapardi Djoko Damono yang menerima penghargaan Lifetime Achievement Award, Menteri Kelautan dan Perikanan yakni Susi Pudjiastuti turut hadir untuk membicarakan isu-isu kelautan yang sedang marak diperbincangkan. Selain itu, Susi juga membahas motonya yang terkenal di kalangan berbagai lapisan yakni ‘tenggelamkan!”.
Diketahui melalui CNN Indonesia, bahwa UWRF mulanya hadir berkat inisiasi dari Janet DeNeefe, sebagai healing project pasca Bom Bali 1 yang meluluhlantakkan Bali. Disebut oleh Janet bahwa UWRF merupakan wadah yang menenangkan untuk memulihkan komunitas dan mendorong semangat masyarakat.
Festival yang berakhir di tanggal 28 Oktober 2018 itu tentunya juga menjadi salah satu ruang yang bertugas mengantarkan aktivitas publikasi dan misi-misi literasi yang tentu sering digagas oleh pemerintah maupun masyarakat Indonesia.
Lebih lagi, melalui PR Market Focus Country London Book Fair 2019 yang hadir untuk mempresentasikan persiapan Indonesia dalam London Book Fair di Inggris tahun depan menyampaikan bahwa Indonesia akan menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang terpilih sebagai Market Focus Country.
Dengan demikian, hadirnya berbagai festival literasi berskala internasional tentu mampu menjadi aroma yang menggembirakan bagi seluruh lapisan untuk memberikan usaha juga upaya yang baik dalam meningkatkan kualitas minat baca masyarakat Indonesia yang terbukti masih cukup rendah.
Dalam sejumlah survei diketahui bahwa Indonesia seringkali menempati peringkat yang tidak menyenangkan. Seperti halnya pada survei UNESCO di tahun 2012 yang mencatat bahwa minat baca masyarakat Indonesia hanya sebesar 0,001 persen, yang artinya dari seribu orang hanya ada satu orang yang serius membaca.
Sementara pada riset yang dilakukan The World’s Most Literate Nations (WMLN) oleh Central Connecticut State University pada 2016, Indonesia berada di posisi ke-60 dari 61 negara yang mengikuti survei. Menyedihkan bukan?
Namun, tentunya tetap ada harapan baik bagi Indonesia untuk menunjukkan peningkatan terhadap budaya literasi. Salah satunya dengan hadirnya festival semacam UWRF atau MIWF (Makassar International Writers Festival) yang dapat menjadi wadah atau ruang untuk mempertemukan penulis juga pembaca. Dengan demikian, diharapkan mampu mengubah kondisi yang ada terkait budaya literasi itu sendiri.
Semangat menghadirkan budaya literasi!
Maju terus Indonesia!
Sumber: CNN Indonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News