Bagaimana Agar Karya Sastra Indonesia Mendunia?

Bagaimana Agar Karya Sastra Indonesia Mendunia?
info gambar utama

Indonesia pernah punya Pramoedya Ananta Toer, seorang penulis, sastrawan hebat yang karya-karyanya abadi hingga sekarang. Dunia pun mengakuinya. Lebih dari 50 karya telah dihasilkan Pram, dan diterjemahkan ke dalam ke dalam lebih dari 41 bahasa asing. Sejak 1980an hingga awal tahun 2000an, Pram dan karya-karyanya banyak mendapat penghargaan kelas dunia. New York Foundation for the Arts Award, Fukuoka Cultural Grand Prize, Jepang, The Norwegian Authors Union, dan Centenario Pablo Neruda, Chili, adalah beberapa di antara sekian banyak penghargaan untuk Pram.

Penulis, sastrawan Indonesia yang bisa mengikuti jejak Pram di kancah dunia, bisa dibilang tidak terlalu banyak. Setelah lama tidak terdengar karya-karya penulis Indonesia yang bisa menembus pasar internasional, beberapa nama mulai muncul ke permukaan. Ada Ayu Utami, novelnya yang berjudul Saman telah diterjemahkan ke dalam tujuh bahasa asing. Ada Andrea Hirata, novelnya Laskar Pelangi telah diterjemahkan ke dalam 21 bahasa asing. Dan Eka Kurniawan, yang disebut-sebut sebagai penerus Pram, beberapa karyanya juga telah diterjemahkan ke dalam bahasa asing dan diterima pasar luar negeri.

Harus diakui, dari sekian banyak sastrawan dan penulis Indonesia, hanya beberapa saja yang bisa mendunia. Lalu, bagaimana cara agar karya-karya sastra penulis Indonesia bisa menembus pasar internasional? Clarissa Goenawan, penulis asal Singapura berdarah Indonesia, dalam acara Ubud Writers & Readers Festival (UWRF) Satellite Events di Universitas Negeri Surabaya (Unesa) memberikan beberapa tips dan saran.

Menurut Clarissa, keyakinan bahwa bisa go international itu adalah yang utama. Penulis harus percaya bahwa dia dan karyanya bisa melangkah lebih jauh, tidak hanya di dalam negeri saja. Banyak penulis yang karyanya bagus. Namun karena tidak percaya diri, Ia dan karyanya tidak terlihat.

Clarissa di UWRF
info gambar

Clarissa menulis sudah sejak usia anak-anak. Namun baru beberapa tahun terakhir menekuni profesi sebagai penulis. Ia pernah mencoba beberapa jenis pekerjaan. Namun, kecintaannya terhadap menulis, membawanya lagi ke dunia penulisan. Karir menulis Clarissa dimulai dengan menulis cerita pendek untuk majalah. Cerita-cerita pendeknya telah menerima beberapa penghargaan dan telah diterbitkan dalam beberapa majalah sastra dan antologi di Singapura, Australia, Inggris, Amerika Serikat seperti Esquire, Monsoon Book, Writing the City, dan masih banyak lagi.

“Modalnya adalah kerja keras”, kata Clarissa. Ia menambahkan bahwa memang ada elemen keberuntungan untuk menjadi penulis yang sukses. Namun, keberuntungan akan datang dan makin terasa hasilnya ketika kita siap menerimanya yaitu dengan kerja keras.

Buku Rainbirds
info gambar

Di hadapan para peserta workshop menulis dalam UWRF Satellite Events yang diselenggarakan UWRF dan Departemen Bahasa Inggris Unesa, Clarissa mengatakan, menulislah sesuai passion, kesenangan, dan apa yang dikuasai. Rasa dan hasilnya akan lain, ketika menulis hanya sekedar ingin beken dibandingkan dengan menulis adalah sebagai upaya menyampaikan apa yang dirasakan dari hati.

Terakhir, menurut Clarissa, jika ingin menembus pasar internasional, manfaatkanlah kemajuan teknologi. Carilah agen penulis yang bisa menerbitkan dan mempromosikan karya ke luar negeri. Agen penulis Clarissa, yang juga adalah agen Eka Kurniawan, awalnya berkontak dari dunia maya. “Saya mencari agen memanfaatkan internet, berkirim email, berkenalan dengan mereka”, papar Clarissa. Ia juga sering datang ke pameran-pameran buku, karena banyak agen penulis yang juga hadir di sana.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Good News From Indonesia lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Good News From Indonesia.

Terima kasih telah membaca sampai di sini