Membuat Kesenian Populer Lewat Tari Kontemporer

Membuat Kesenian Populer Lewat Tari Kontemporer
info gambar utama

Melestarikan kesenian lokal bisa dilakukan dengan beragam cara. Salah satunya seperti jalan yang ditempuh oleh Loka Art Studio di Gunung Kidul. Sanggar tari yang didirikan Scholastica Wahyu Pribadi ini memopulerkan seni tari dengan memberi nuansa kontemporer.

Aspek kontemporer sengaja disisipkan oleh Scholastica, agar memberi warna baru di seni tari lokal, dan bisa menjadi tren baru di masa mendatang. Ia mencontohkan Tayub yang berawal dari seni kontemporer, tapi kini sudah menjadi pertunjukan yang populer.

“Dengan membuat seni kontemporer, diharapkan bisa menjadi tradisi di masa depan. Contohnya Tayub, karena banyak peminatnya seni itu sekarang jadi kesenian paten,” terangnya saat dihubungi GNFI.

Scholastica juga menjelaskan, Loka Art Studio sengaja dibawa ke Gunung Kidul karena ada alasan tertentu. Sanggar ini awalnya didirikan di Kota Yogyakarta dan bertahan di sana selama lima tahun, tapi dipindah ke Gunung Kidul untuk memopulerkan budaya seni kontemporer di wilayah tersebut.

Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)
info gambar

“Di Gunung Kidul ini kebanyakan masyarakat membuat tari kerakyatan klasik atau ketoprak. Banyak juga yang jadi penyanyi dangdut atau campursari, tapi imej-nya kurang bagus. Jadi saya membawa Loka ke sini (Gunung Kidul) untuk menjadi semacam festival out of the box berupa senik klasik yang digarap ulang,” imbuhnya.

Perjuangan Scholastica untuk mendirikan sanggar tari kontemporer di Gunung Kidul layak mendapat apresiasi tersendiri. Di tengah keterbatasan fasilitas, ia bisa membuat sanggar dengan kelas rutin setiap harinya.

Perempuan lulusan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) jurusan seni tari ini juga kerap mengadakan workshop baik lokal maupun internasional, berprofit ataupun tidak, untuk berdiskusi dan mengundang beberapa koreografer tari yang dipanggil dari beragam daerah.

Beberapa hasil karya Loka Art Studio ada yang sudah menembus luar negeri. Di antaranya adalah inovasi Jathilan yang dipentaskan di Malaysia, Cina, Indonesia, dan Hong Kong pada 2016. Kemudian di tahun yang sama, inovasi Tari Kalimantan dipertunjukkan juga di empat negara tersebut.

Berlanjut ke tahun 2017, giliran inovasi Tari Makassar yang dipertontonkan di Malaysia, Indonesia, dan Taiwan, disusul inovasi Tari Kontemporer di Malaysia, Indonesia, dan Swiss. Ada pula inovasi Tari Balet dan Banyuwangen yang dipentaskan di Malaysia, Indonesia, dan Cina pada 2017.

Bahkan tak hanya mementaskan tarian kontemporer di pertunjukan internasional, Loka Art Studio juga menggarap tarian pesanan institusi tertentu, seperti inovasi Tari Klasik Surakarta yang merupakan tarian pesanan Bank Indonesia.

Ke depannya, Scholastica sangat berharap pertunjukan seni ini bisa digelar rutin. Tahun lalu menjadi pagelaran pertama Festival Seni Kontemporer di Gunung Kidul, yang dihadiri 350 penonton di Gedung Serba Guna Desa Kepek, Kecamatan Wonosari.

Ada delapan kelompok dari Lampung hingga Bali, yang tampil dalam total durasi 120 menit. Salah satu tari kontemporer yang dipentaskan adalah Tari Patih Alengka, dengan kostum tradisional tapi gerakannya diracik lagi dari imajinasi koreografernya.

Pentas tari kontemporer | Foto: Dok. Scholastica Wahyu Pribadi
info gambar

“Tari Patih Alengka tetap menengakan busana wayang, hanya saja seluruh gerak adalah hasil imajinasi dan improvisasi penata tari atau koreografer,” terang perempuan yang akrab disapa Tica ini, pada infogunungkidul.com.

Pertunjukan tari kontemporer juga memicu perkembangan bidang kesenian lainnya. Di acara tahun lalu misalnya, ada pula pameran seni rupa dan fesyen di luar ruangan tari.


Sumber: Dokumentasi Loka Art Studio

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini