Sensasi Berendam Air Panas di Pasir Pantai Kawaliwu

Sensasi Berendam Air Panas di Pasir Pantai Kawaliwu
info gambar utama

Jarum jam menunjukan pukul 15.00 WITA. Satu per satu masyarakat kota Larantuka dan sekitarnya terlihat berdatangan ke pantai Kawaliwu, Desa Ile Padung, Kecamatan Lewolema, Flores Timur (Flotim), NTT.

Pantai yang dipenuhi kerikil dan batu kehitaman ini terlihat ramai disambangi wisatawan lokal. Tampak rombongan remaja SMA berfoto ria di bebatuan cadas di sisi timur.

Bentangan pantainya sepanjang ± 500 meter memanjang di sisi utara ujung timur pulau Flores. Teluk Hading di depannnya menjadi tempat favorit kapal dan perahu nelayan berlindung dari hantaman gelombang saat musim barat tiba.

“Hari libur atau hari Minggu banyak sekali orang datang ke pantai ini. Mereka menikmati sensasi berendam di kolam air panas di pinggir pantai sambil menyaksikan matahari terbenam,” sebut Rikardus Lewar, warga Larantuka saat diajak berbincang Mongabay Indonesia, awal Oktober lalu.

Panorama Pantai Kawaliwu di Desa Ile Padung, kecamatan Lewolema, Flores Timur, NTT, yang dialiri air panas. Foto : Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia
info gambar

Menggali Pasir

Ada yang unik saat berada di pantai ini. Terlihat setiap orang duduk di dalam lubang yang digali di pinggir pantai yang hanya berjarak sekitar 3 meter dari air laut.

Lubang-lubang tersebut digali menggunakan tangan disesuaikan dengan kebutuhan. Ada yang menggalinya hanya untuk merendam kaki. Ada juga untuk berendam seluruh badan.

Ternyata dari lubang galian muncul air panas untuk berendam .Hampir semua areal di pesisir pantai ini bisa mengeluarkan air panas.

Rafael Ratu Aran, warga desa Lewotala kecamatan Lewolema mengatakan, jalur air panas ini hanya ada di pesisir pantai Kawaliwu sepanjang ± 500 meter. Jalur air panas satunya mengalir ke pantai selatan di Oka yang juga jadi tempat wisata pemandian air panas.

“Air panas ini mungkin berasal dari panas gunung api Ile Mandiri. Bila siang hari suhu air panasnya bisa mencapai 50 sampai 70 derajat Celcius. Kalau sore dan pagi hari suhunya hanya ± 30 derajat Celcius,” ungkapnya.

Pengunjung pantai Kawaliwu sedang menggali pasir yang akan dipergunakan sebagai lubang tempat merendam anggota tubuh. Foto : Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia
info gambar

Larangan Mandi di Tebing

Di sisi timur pantai tampak gundukan batu cadas kehitaman setinggi 3 meter berderet sepanjang 20 meter. Di tengahnya terdapat celah, lubang yang terbentuk akibat hempasan gelombang. Tempat itu pun jadi salah satu areal favorit untuk berfoto.

“Para pengunjung dilarang untuk mandi di tebing batu ini sebab takutnya akan terseret gelombang. Untuk menaiki bebatuan ini perlu berhati-hati agar tidak tergelincir,” kata Rafael.

Menurut Rafael, lokasi sekitar 200 meter sebelah timur pantai Kawaliwu airnya lebih panas. Namun tempat tersebut jarang dikunjungi karena sepi dan dipenuhi rerumputan. Jaraknya pun sekitar 50 meter dari jalan raya.

Sementara lokasi yang saat ini selalu didatangi warga sebutnya, lebih aman dan mudah dijangkau. Letaknya persis di samping jalan raya. Ada tempat rata untuk memarkir kendaraan bermotor.

“Pantai ini memang ramai dikunjungi wisatawan lokal bahkan ada juga wisatawan asing. Sejak dulu tempat ini tetap dibiarkan merana tanpa ada penataan oleh pemerintah kabupaten Flores Timur,” sebutnya.

Pengunjung pantai Kawaliwu Flores Timur sedang berendam di kolam air panas di pinggir pantai yang digali sendiri. Foto : Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia
info gambar

Wisata Berbasis Masyarakat

Pantai Kawaliwu hanya direkomendasikan oleh wisatawan yang memang pernah datang ke tempat ini. Pemkab Flotim belum melakukan penataan pantai ini.

Saat membuka Festival Budaya Nubun Tawa di Desa Bantala, Kecamatan Lewolema, Bupati Flotim Antonius Hubertus Gege Hadjon mengatakan pantai Kawaliwu merupakan aset wisata namun belum digarap secara maksimal. Tidak ada pondok untuk berteduh. Sarana MCK pun belum tersedia.

“Pantai Kawaliwu itu aset wisata sehingga pemerintah akan melakukan penataan. Tetapi masyarakat bisa memanfaatkannya untuk mendatangkan penghasilan,” katanya.

Pemerintah desa bisa memanfaatkannya menjadi aset wisata desa dan mendatangkan penghasilan bagi desa. Pemerintah kabupaten hanya memfasilitasi saja agar masyarakat desa bisa mendapatkan manfaat.

Anton bahkan menantang masyarakat didirikan kios-kios menjual aneka makanan dan minuman. Intinya, pariwisata harus berbasis masyarakat. Harus tumbuh kreatifitas dan inovasi dari masyarakat sendiri.

“Pemerintah daerah hanya memfasilitasi dan membantu saja sementara masyarakat yang harus mengelolanya. Bisa dikemas juga dengan wisata budaya yang ada di Lewolema,” tegasnya.

Intinya pemerintah kata Anton, mendukung apapun keinginan masyarakat terkait pengembangan pariwisata. Ini penting agar pariwisata bisa tumbuh dan berkembang karena ada keterlibatan masyarakat dan ada dampak nyata yang dirasakan masyarakat.

Kapankah pantai wisata Kawaliwu ditata menjadi lebih baik?


Sumber: Diposting ulang dari Mongabay Indonesia atas kerjasama dengan GNFI

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini