Pentingnya Pendidikan Penanggulangan dan Darurat Bencana untuk Siswa

Pentingnya Pendidikan Penanggulangan dan Darurat Bencana untuk Siswa
info gambar utama

Oleh: Sahrul Hidayat, Kakak Cerdas asal Bandung, mengabdi di Cianjur

Tahun 2018 bisa dikatakan tahun bencana untuk Indonesia. Bagaimana tidak, berbagai jenis bencana seolah singgah di tanah air kita ini, mulai dari gempa (NTB), banjir (Bandung), banjir bandang ( Tasikmalaya), gunung meletus (Anak Gunung Krakatau), puting beliung (Cianjur) dan bencana teranyar yang memakan banyak korban yaitu likuifaksi dan tsunami (Palu dan Donggala). Bencana ini datang tanpa mengenal musim.


Data dari BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) menyebutkan bahwa sepanjang 2008-2018 tercatat 53 fasilitas pendidikan yang rusak di negeri ini, itu belum termasuk kerugian materil dan jiwa dari 238 kejadian gempa yang terjadi sepuluh tahun terkahir.


Karena Indonesia bagian dari kepulauan yang secara geografis terletak di antara tiga lempeng besar dan juga berada di ring of fire sehingga kemungkinan bencana dapat terjadi kapan saja. Menurut Wisner (wisner,2003), Bencana alam tergolong dalam bencana type rapid onset atau bisa disebut kejadian yang berlangsung cepat dan memiliki total resiko kematian sebesar 13%.


Semua faktor itu tentunya akan mengakrabkan Indonesia dengan berbagai kemungkinan bencana alam. Oleh sebab itu, diperlukan kesadaran masyarakat mengenai bencana alam, khususnya anak-anak sekolah yang sangat rentan terdampak jika bencana terjadi di saat jam sekolah.


Pada akhirnya, faktor penentu tingkat keselamatan akibat bencana alam di sekolah adalah hal kunci untuk diperhatikan mengingat bencana bisa datang kapan saja, siswa yang secara langsung merespon ketika terjadi bencana alam, semisalnya gempa bumi yang terjadi di jam sekolah, kesiapsiagaan melalui pelatihan dan edukasi menjadi hal penting dalam bagian preventif sebelum terjadinya korban di kalangan rentan di sekolah, yaitu siswa.

Pencegahan Sebelum dan Selagi Bencana
PRB (Pengurangan Risiko Bencan) adalah serangkaian upaya untuk meminimalisir kerugian saat terjadi bencana khususnya di sekolah. PRB yang sudah mencakup mitigasi dan kesiapsiagaan, adalah bagian dari penyadaran menghadapi ancaman bencana (Pasal 1 ayat 6 PP No. 21 tahun 2008 tentang penanggulangan bencana). Salah satu sub-sistem kesiapsiagaan adalah pembuatan PROTAP (Prosedur Tetap) mengenai bencana di sekolah. Hal ini mutlak adanya, mengingat ketika terjadi bencana terkadang masyarakat sekolah sangat minim pengetahuan tentang apa yang harus mereka lakukan, dan ke mana mereka harus menyelamatkan diri ketika bencana terjadi.


Sebelum membuat PROTAP, sekolah harus mengadakan kajian risiko mengenai bencana alam yang paling berdampak terhadap siswa dan bangunan sekolah, ketika bencana datang. Akan tetapi, permasalahan yang muncul adalah sangat sedikit SDM (Sumber Daya Manusia) berkompeten yang ada di sekolah atau mampu dalam penyusunan dan pengkajian PROTAP, serta kajian risiko bencana.

Dalam hal semacam ini sesungguhnya Indonesia memiliki Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang telah mengeluarkan buku saku prosedur kedaruratan bencana alam dan lainnya. Buku ini secara lengkap memaparkan prosedur menghadapi bencana bagi masyarakat. Namun, ini semua tidaklah cukup diatur melalui tulisan saja, terkhusus bagi siswa-siswi sekolah yang lebih membutuhkan bimbingan intensif terkait penanggulangan bencana.


Kita bisa menengok dan belajar dari negara Jepang yang tingkat kewaspadaan bencananya cukup tinggi. Di Jepang, pendidikan kebencanaan sudah diterapkan sejak di bangku sekolah, bahkan sudah masuk ke dalam kurikulum sekolahnya.


Mengenai pendidikan kebencanaan di Indonesia sendiri, sesungguhnya sudah ada yang peduli mengenai permasalahan ini. Contohnya adalah program Sekolah Cerdas yang di inisiasi oleh MDMC (Muhammadiyah Disaster Management Center) dan Peace Generation, yang di dukung oleh LazisMu (Lembaga amal zakat infaq dan shadaqah Muhammadiyah). Program ini membangun pengetahuan, keterampilan dan kebijakan sekolah dalam mengurangi risiko bencana alam dan bencana sosial. Sekolah Cerdas memiliki program yang terintegrasi yang menyiapkan sekolah dari bencana alam dan bencana sosial.


Dalam hal ini Sekolah Cerdas merekrut relawan generasi muda dari berbagai pelosok negeri untuk menjadi relawan Sekolah Cerdas dalam pendampingan sekolah siaga bencana yang selanjutnya di sebut sebagai Kakak Cerdas. Sekolah, siswa serta kakak cerdas, bersama-sama berkolaborasi dalam menciptakan sekolah yang Ceria, Damai dan Siaga bencana. Pada tahun 2018-2019, ditargetkan dapat
terlaksana di 100 sekolah se-Indonesia, lebih lanjut proyeksi pada tahun 2019-2029 dapat terlaksana 10.000 sekolah se-Indonesia.


Pada akhirnya program-program seperti ini akan menjadi penentu tingkat keselamatan akibat bencana alam bagi siswa. Karena kesiapsiagaan melalui pelatihan dan edukasi menjadi hal penting dalam bagian preventif sebelum terjadinya bencana. Semoga kedepannya lahir sekolah cerdas-sekolah cerdas baru di negeri ini, yang mampu mengedukasi seluruh lapisan masyarakat mengenai
bencana, agar kedepannya Indonesia menjadi negara yang siaga bencana.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini