Inilah Seniman yang Sukses Ubah Plastik Jadi Karya Seni!

Inilah Seniman yang Sukses Ubah Plastik Jadi Karya Seni!
info gambar utama

Ialah lelaki bernama Eko Nugroho, yang menyadari betul bahwa Indonesia merupakan negara plastik, sejak Sungai Code yang dicintainya di kampung halaman tak lagi seindah ingatan masa kecilnya dulu.

Sebagai warga asli Kota Yogyakarta, ia justru terkejut mendapati perkembangan kotanya yang, katanya, makin maju justru terlihat mematikan sungai dan ekosistem di sekitarnya.

Berawal dari kekecewaannya itu ia kemudian terobsesi ingin mengubah keadaan menjadi lebih bermanfaat, yakni melalui karya seni. Namun, cita-citu itu sempat tersendat. Eko pada era 90-an justru lebih banyak berkutat dengan pengembangan komik dan zine yang kini legendaris, yakni Daging Tumbuh.

Lambat laun, ia juga melebarkan sayap pada medium seni lain. Ia membangun reputasi dengan pameran di Singapura ataupun Jerman, bahkan memperoleh julukan ‘artistic genius’. Sampai di 2017, cita-cita lama itu terkenang kembali. Ia ingin mengubah plastik menjadi karya seni, demi memberikan pemahaman masyarakat terkait plastik.

Eko Nugroho Bersama Karyanya | Sumber dok: lewat tenggat - WordPress.com
info gambar

Eko Nugroho kemudian merancang dan membuat instalasi besar-besaran yang dinamai Bouquet of Love di Bali. Ia juga berkolaborasi dengan Potato Head Club untuk menyusun 300 kilogram sampah plastik yang dibentuk seperti Colosseum.

Karya hasil besutannya itu ternyata berhasil memicu perhatian publik. Karyanya pula lah yang membuat audien tersadar, betapa negara ini, mungkin, hampir bisa disebut mustahil untuk menghindari penggunaan plastik. Apalagi berdasarkan data Jambeck, yang tercantum dalam Vice Indonesia, disebut bahwa lebih dari satu juta kantong plastik digunakan di Indonesia setiap menitnya.

Bouquet of Love | Sumber dok: Discover The Bali Island
info gambar

Tak hanya itu, penggunaan plastik yang berlebihan ini ternyata turut dibarengi dengan pengolahan sampah yang jauh dari ideal. Hanya tujuh persen dari sampah plastik yang dikelola dengan baik, sedangkan sebagian besarnya hanya ditimbun di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Untuk itu karya Eko kemudian hadir di momentum yang tepat. Seni yang ia hasilkan tak hanya indah, tapi sekaligus mampu menggugah publik untuk segera bertindak.

Di sisi lain Eko menyebut bahwa plastik akan tetap menjadi masalah jika terus saja dibiarkan sendirian dan tidak direkonstruksi ulang untuk menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat, entah itu dari segi ekonomisnya, kesenian, nilai desain, atau nilai apapun.

Baginya, ini merupakan langkah kecil yang tidak seberapa, namun uniknya ia menggunakan seni untuk mengangkat sampah plastik menjadi sesuatu yang khas, yang kemudian menjadi berbeda.

Tentunya, Eko berharap ini menjadi awal yang baik guna memberikan kesadaran tepat bagi masyarakat terkait sampah plastik. Tak hanya itu, ia pun turut berharap jika generasi muda mampu memberikan dorongan dan semangatnya terkait penggunaan plastik.

Wah hebat sekali, Eko!

Maju terus Anak Bangsa, demi Indonesia yang sejahtera!


Sumber: Vice Indonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini