Profil PNS Inspiratif 2018: Kisah Endang Yuli Mengasuh Puluhan Bayi

Profil PNS Inspiratif 2018: Kisah Endang Yuli Mengasuh Puluhan Bayi
info gambar utama

Cerita inspiratif ini dimulai di tahun 1984. Endang Yuli Purwati, atau yang juga dikenal dengan nama Yuli Badawi mengikuti nama suaminya, saat itu mempekerjakan seorang anak perempuan lulusan SMP sebagai pengasuh anaknya.

Waktu pun berlalu. Yuli menilai pekerjaan sang pengasuh anak sangat bagus, dan yang diangkat sebagai PNS pada tahun 1985 ini menyadari ada keinginan dari pekerjanya tersebut untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA.

“Saya menilai kerjanya sangat bagus dan terlihat ada keinginan untuk melanjutkan sekolah ke SMA. Saya pun menolongnya dan membiayainya hingga lulus SMA,” tutur guru yang biasa dipanggil Bu Yuli ini.

Bu Yuli melanjutkan, setelah bisa membantu mewujudkan impian sang pengasuh anak melanjutkan sekolah ke SMA sampai lulus, beliau berinisiatif untuk menolong dan menyekolahkan lebih banyak anak-anak kurang mampu. Niat baiknya dimulai dari anak-anak tetangga, termasuk loper koran yang ingin bersekolah.

Endang Yuli dan anak asuhnya | Foto: Kementerian PANRB
info gambar

Berlanjut ke puluhan bayi

Membantu anak-anak kurang mampu di lingkungan sekitarnya menjadi langkah awal wanita kelahiran Madiun, 1 Juli 1959 ini, untuk menebar kebaikan lebih banyak. Akhirnya pada tahun 2001 beliau mendapat ilham untuk menolong bayi-bayi yang terbuang.

Ceritanya berawal dari Bu Yuli yang sedang mengandung anak keempat. Dikarenakan pada kelahiran anak ketiga beliau sempat sakit dan koma saat proses persalinan, dokter menyarankan Bu Yuli melakukan aborsi.

Namun Bu Yuli menolaknya. Ia dengan sekuat tenaga mempertahankan bayinya, sampai akhirnya bisa terlahir sempurna dalam keadaan sehat. Berkat momen itulah Bu Yuli sangat bersyukur pada Tuhan, dan kemudian mendapat ide untuk melakukan kebaikan yang tak kalah besarnya.

Di suatu hari ketika sedang menonton televisi, Bu Yuli melihat berita tentang bayi yang dibuang orang tuanya. Beliau pun berpikir, kalau rasa syukurnya atas kelahiran anak keempat bisa dilakukan dengan mengasuh bayi-bayi yang terlantar itu, sampai menyekolahkan mereka.

Niat baik ini kemudian terealisasi pada 23 Februari 2004. Bu Yuli mendapatkan bayi pertama yang dibuang orang tuanya, dan kedatangan bayi-bayi terus berlanjut di bulan-bulan berikutnya. Total selama tahun 2004 ada lima bayi yang diasuhnya.

“Kami dapat lima bayi dan itu datang sendiri. Saya juga bingung kenapa bayi-bayi itu datang sendiri,” ungkap istri Ahmad Badawi, yang pernah terpilih sebagai Guru Terbaik Jawa Barat tahun 2000 berdasarkan penilaian Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan ini.

Sampai sekarang di tahun 2018, perbuatan baik yang dilakukan Bu Yuli telah berkembang pesat. Di rumahnya yang terletak di kawasan Kopo Permain, Sukamenak, Bandung, ada 23 anak yang diasuhnya, selain 4 anak kandungnya sendiri.

Mengasuh total 27 anak di satu rumah tentu bukan pekerjaan mudah. Selain dibutuhkan tenaga ekstra, juga diperlukan luas bangunan yang mencukupi. Namun Bu Yuli tidak merasa keberatan, karena menurutnya yang terpenting adalah mengasuh anak-anak tersebut dengan sepenuh hati.

“Rumah saya sebenarnya biasa saja, tidak terlalu luas, tapi saya bisa melakukan itu semua. Yang dipentingkan itu tidak rumahnya yang diluaskan, tapi hati kita,” ujarnya.

Endang Yuli beserta suami dan anak-anaknya | Foto: Kementerian PANRB
info gambar

Inovasi untuk sang buah hati

Endang Yuli Purwati saat ini bekerja sebagai guru agama Islam di SMAN 4 Bandung. Sebagai guru, beliau sangat paham bagaimana caranya mendidik anak-anak sesuai jenjang pendidikannya.

Beliau menjelaskan, keluh kesah anak SD, SMP, dan SMA itu berbeda. Di SMA, para pelajar sudah ada rasa suka pada lawan jenis, ada rasa pemberontakan ke orang tua, dan ada pemberontakan aturan.

“Nah, saya tidak boleh ada batas dengan anak-anak, saya harus dekat dengan mereka. Beragam keluh kesah dan curhat disampaikan anak-anak ini. Ada di antara mereka yang berbuat salah, tapi saya tidak menghakimi, bahkan tidak menceritakannya ke guru-guru lain” ujarnya.

Selain terus mencoba mendekatkan jarak dengan anak-anak asuhnya, Bu Yuli juga menerapkan inovasi pada metode pembelajaran. Salah satunya dengan merancang praktek pernikahan yang dilakukan di sekolah.

“Itu agar anak-anak tahu kalau nikah itu sebenarnya tidak sulit. Juga supaya mereka terhindar dari hal-hal negatif kepada lawan jenis,” ungkapnya saat penjurian 15 besar PNS Inspiratif 2018 di Studio 5 TVRI, Jakarta.

Dalam praktek pernikahan ini, murid-murid dilibatkan sebagai Wedding Organizer (WO) yang mendekor ruang kelas jadi tempat pernikahan, menyiapkan hidangan, dan mengundang tamu. Praktek pernikahan ini bahkan dihadiri Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, Andang Segara, yang mewakili Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan, pada Februari 2018 lalu.

Praktek pernikahan massal itu kemudian dirangkai dengan Festival Gifari yang puncak acaranya dihelat 14 Februari. Festival ini diadakan untuk menangkal pengaruh negatif Hari Valentine pada anak-anak, dengan rangkaian kegiatan bernuansa Islami seperti lomba tahfiz Qur’an, lomba kaligrafi, lomba cerdas cermat, dan dongeng kepahlawanan Islam.

Ada pula inovasi pembelajaran lainnya yakni praktek manasik haji yang sudah menjadi program sekolah. Praktek melaksanakan ibadah haji ini akan terus dilakukan pihak sekolah, walaupun Bu Yuli nantinya sudah tidak mengajar di sana lagi.

Ketulusan hati dan inovasi yang dilakukan alumnus S1 Pendidikan Agama Islam di IAIN Sunan Gunung Djati ini membawanya menembus babak 5 Besar PNS Inspiratif 2018,. Kemudian di malam penganugerahan Selasa (11/12) lalu, beliau mendapat penghargaan kategori The Most Influencial.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini