"Belambangan, Belambangan
Tanah Jawa pucuk wetan
Sing arep bosen sing arep bosen
Isun nyebut-nyebut aran ira
Belambangan, Belambangan
Membat mayun Paman
Suwarane gendhing Belambangan
Nyerambahi nusantara
Banyuwangi… kulon gunung wetan segara
Lor lan kidul alas angker
keliwat-liwat
Belambangan.. Belambangan "
Di atas adalah potongan lirik lagu daerah khas Banyuwangi, "Umbul-umbul Belambangan". Lagu tersebut banyak sekali dinyanyikan oleh masyarakat, khususnya orang Banyuwangi pada acara-acara besar di kotanya. Terkadang lagu ini diiringi oleh alat musik gamelan yang lengkap. Walaupun di Jawa, namun alunan musik khas Banyuwangi sedikit berbeda dengan alunan musik khas Jawa lainnya (solo ataupun yogyakarta)
Dikutip dari Radar Banyuwangi, Andang Subaharianto, seorang Rektor Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi mengungkapkan, lagu Umbul-umbul Blambangan yang diciptakan oleh Mbah Andang Chatib Yusuf ini memiliki makna yang luar biasa bagi Banyuwangi. "Umbul-Umbul Blambangan menawarkan identitas Banyuwangi. Pantang menyerah, bersatu atau rukun, dan gotong royong, untuk keadilan dan kemakmuran"
Hingga hari ini, masyarakat Banyuwangi tidak pernah merasa asing dengan syair tersebut. Lagu ini bagaikan "lagu wajib" yang harus dinyanyikan, bahkan pada acara wisuda sarjana.
Dalam benak masyarakat Banyuwangi, lagu yang ditulis pada tahun 1970an ini sangat membangkitkan semangat. "Banyuwangi bagian dari Indonesia yang pada waktu itu sedang memulai proyek modernisasi ala rezim Orde Baru: Suwarane gendhing Belambangan//Nyerambahi nusantara. Mbah Andang sengaja menggunakan nama Blambangan – bukan Banyuwangi – saya kira untuk menegaskan konsep lokalitas dalam perubahan sosial. Sama pula dengan nama Nusantara dalam Umbul-Umbul Blambangan, bukan nama Indonesia." tulisnya yang dikutip dari Radar Banyuwangi.
--
Sumber : Radar Banyuwangi
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News