Yuk Kenali Perbedaan Orangutan Tapanuli dengan Orangutan Lainnya!

Yuk Kenali Perbedaan Orangutan Tapanuli dengan Orangutan Lainnya!
info gambar utama

Sekilas tampak sama, tapi jika diamati lebih dekat ada perbedaan yang mencolok. Inilah mengapa orangutan Tapanuli dibedakan dengan dua jenis orangutan lainnya di Indonesia, yakni orangutan Kalimantan dan orangutan Sumatera yang habitatnya di Aceh.

Perbedaan ini bahkan sudah terjadi secara genetika sejak jutaan tahun yang lalu. Data dari buku terbitan YEL/SOCP (Yayasan Ekosistem Lestari/Sumateran Orangutan Conservation Program) menyebutkan, pemisahan genetika orangutan Tapanuli dari orangutan Sumatera terjadi sekitar 3,38 juta tahun silam, sedangkan pemisahan dari orangutan Kalimantan terjadi sekitar 670 ribu tahun yang lalu.

Oleh karena itu pula nama latin mereka dibedakan. Orangutan Tapanuli dengan nama latin Pongo tapanuliensis, orangutan Sumatera dengan sebutan Pongo abelii, dan orangutan Kalimantan dengan nama Pongo Pygmaeus.

Itu sebabnya penelitian juga mengindikasikan orangutan Tapanuli sebagai “moyang” dari ketiga kera besar tersebut. Namun demikian, orangutan Tapanuli secara taksonomi lebih dekat dekat dengan orangutan Kalimantan

Selain nama dan faktor genetika, perbedaan juga meliputi bentuk fisik. Dari bulu misalnya, orangutan Tapanuli bulunya lebih tebal dan keriting. Kemudian, hewan primata yang habitat alaminya di hutan Batang Toru ini juga memiliki tengkorak dan tulang rahang lebih halus daripada orangutan Sumatera dan Kalimantan.

Kumis dan jenggot orangutan Tapanuli juga berbeda. Orangutan Tapanuli jantan memiliki kumis dan jenggot yang menonjol, dengan bantalan pipi berbentuk datar yang dipenuhi oleh rambut halus berwarna pirang.

Lalu panggilan jarak jauh (long call) orangutan Tapanuli jantan dewasa juga berbeda dengan pamggilan dari kedua jenis orangutan jantan lainnya. Pun dengan makanan, jenis tumbuhan yang dikonsumsi orangutan Tapanuli uniknya belum pernah tercatat sebagai jenis pakan, seperti biji Aturmangan (Casuarinaceae) buah Sampinur Tali/Bunga (Podocarpaceae), dan Agatis (Araucariaceae).

Orangutan Tapanuli dan anaknya | Foto: Mongabay
info gambar

Dilindungi di hutan lindung

Sangat disayangkan, dengan sejumlah kekhasan yang dimiliki orangutan Tapanuli, ternyata salah satu jenis mamalia ini termasuk hewan langka. Jumlahnya hanya tersisa sekitar 800 ekor, dan untuk sesama jenis kera besar ia lebih langka dari gorilla gunung di Afrika, yang merupakan sub-spesies dari Gorilla beringei.

Di ekosistem hutan Batang Toru, orangutan Tapanuli sudah berstatus “Terancam Kritis” bersama harimau Sumatera dan trenggiling. Kemudian di International Union for Conservation of Nature (IUCN), satwa yang sebagian besar habitatnya berada di atas 850 meter ini sudah masuk daftar merah dengan keterangan sangat terancam punah (critically endangered).

Salah satu sebabnya adalah perkembangbiakan orangutan Tapanuli yang sangat lambat. Orangutan Tapanuli betina biasanya baru punya anak pertama di usia 15 tahun, dengan jarak antar-melahirkan sekitar 8-9 tahun.

Meskipun orangutan bisa hidup selama 50-60 tahun, tapi kehilangan 1% saja dari populasi setiap tahun dapat berakibat fatal bagi kelangsungan populasi orangutan Tapanuli di masa depan.

Sebab lainnya adalah populasinya yang terpecah ke dua kawasan utama hutan Batang Toru (blok barat dan blok timur) oleh lembah patahan Sumatera. Untuk mengatasi hal ini, tim YEL/SOCP kemudian berinisiatif membangun koridor untuk menghubungkan kedua blok tersebut, agar tidak terjadi kawin silang (inbreeding).

Orangutan Tapanuli di hutan Batang Toru | Foto: Tim Laman via Wikimedia Commons (CC BY 4.0)
info gambar

Peluang bertahan masih ada

Orangutan Tapanuli memang sudah tergolong satwa langka yang dilindungi, tapi tetap ada peluang untuk menyelamatkannya dari kepunahan. Selain rencana pembuatan koridor yang menghubungkan dua blok habitat, area tempat tinggalnya yang terjal juga tidak memungkinkan dijamah lahan pertanian dan perkebunan.

Hutan lindung Batang Toru memang menjadi benteng terakhir bagi orangutan Tapanuli untuk mempertahankan eksistensi. Dengan 85% area hutan merupakan cagar alam yang dilindungi pemerintah, orangutan Tapanuli bisa terbantu untuk mengembangkan populasinya.

Yuk Kawan GNFI, bersama kita bantu orangutan Tapanuli dari kepunahan!***

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini