Uniknya Pohon Natal dari Sampah

Uniknya Pohon Natal dari Sampah
info gambar utama

Ada kreasi unik jelang peringatan Natal di Sulawesi Utara. Koperasi Celebes Energi Lestari (Cells) Manado membuat ornamen pohon natal dari tutup botol plastik. Lewat kreasi itu, mereka berharap masyarakat memperoleh pengetahuan bahwa sampah plastik bisa jadi sesuatu yang bernilai positif.

Ornamen pohon natal itu berukuran sekitar 1×2 meter. Diperkirakan 500 tutup botol yang digunakan. Pada proyek awal ini, mereka mendesain ornamen untuk digantungkan pada dinding rumah. Kedepannya, mereka berencana membuat kreasi serupa yang dapat diletakkan di lantai.

Jemmy Makasala, Manajer Teknik Koperasi Cells Manado mengatakan, ornamen pohon natal merupakan eksperimentasi awal. Setelah ini, mereka akan kembali mengkreasikan tutup botol menjadi ornamen hari besar lainnya.

“Misalnya telur paskah, dan di Idul Fitri bikin ketupat, dari tutup botol,” terang Jemmy kepada Mongabay, Kamis (13/12/2018).

Membuat ornamen pohon Natal dari tutup botol plastik, katanya, bukan pekerjaan yang sulit. Semua orang bisa melakukannya. Langkah awal yang perlu dibikin adalah mendesain pola ornamen dengan menggunakan aplikasi di komputer. Pada tahap ini, pembuat bisa mengkreasikan ukuran dan kombinasi warna ornamen.

Langkah selanjutnya adalah mencetak desain ornamen pada sebuah kertas. Tutup botol yang telah terkumpul disesuaikan dengan konsep yang sudah tercetak. Kemudian, untuk merangkainya menjadi kesatuan yang utuh, mereka melubangi tiap tutup botol dan merekatkannya dengan tali senar. Pada lubang itu pula, lampu hias akan dirangkaikan.

Ornamen Pohon Natal dari Tutup Botol Plastik di kantor Koperasi Cells Manado, Sulut. Foto : Koperasi Cells Manado/Mongabay Indonesia
info gambar

“Sangat mudah sebenarnya, tidak sulit. Semua orang bisa bikin, yang penting sabar. Kami harap, dengan kreasi ini, banyak orang mengerti bahwa sampah bisa dikreasikan jadi lebih berguna,” kata Jemmy.

Marlon Kamagi, Inisiator Koperasi Cells Manado menambahkan, pembuatan ornamen pohon natal merupakan wujud penjabaran visi memanfaatkan sampah untuk kebaikan. Alih-alih buang sampah sembarangan, masyarakat diminta untuk menjadi nasabah dan menyetorkan sampah pada Koperasi Cells Manado.

Partisipasi masyarakat diyakini merupakan wujud kontribusi mengurangi sampah ke laut, melalui pemilahan sampah dari sumbernya. Sebab, bagi Marlon, plastik terlalu mahal untuk menjadi sampah. Ia justru menjadi bernilai jika dipadukan dengan unsur seni dan kreativitas.

Selain itu, pemanfaatan sampah plastik untuk dikreasikan dapat membuka peluang pendapatan untuk menunjang ekonomi keluarga. “Contohnya, keranjang sampah dari tutup botol plastik bisa laku Rp200 hingga Rp300 ribu. Maka kami berharap, kreasi ornamen pohon Natal, bisa mengubah pola pikir masyarakat dan mengurangi permasalahan sampah.”

“Belum ada target bikin berapa (ornamen pohon natal), karena ini baru ujicoba. Tapi, baru bikin satu, sudah beberapa orang yang pesan. Nanti dilihatlah, karena di sini juga ada banyak bahan (botol plastik),” lanjut Marlon.

Ornamen Pohon Natal dari tutup botol plastik merupakan salah satu upaya untuk mengurangi sampah dari sumbernya. Foto : Koperasi Cells Manado/Mongabay Indonesia
info gambar

Minimalisir Sampah, Perkuat Ekonomi

Bagi Cells Manado, kegiatan-kegiatan yang mereka bikin bertujuan untuk mengedukasi masyarakat mengenai dampak sampah pada lingkungan, serta nilai yang didapat dari pemanfaatannya. Masyarakat tidak hanya terlibat dalam upaya meminimalisir permasalahan sampah tapi juga memperoleh keuntungan ekonomi.

“Kalau mereka nabung sampah, langsung dikonversi jadi uang. Kardus harganya Rp.800 per kilo. 10 kilo mereka punya uang Rp10ribu. Jika sampai 50ribu, batas minimum tarik uang, mereka bisa tarik uangnya, bisa jadi pulsa, jadi beras, gula, macam-macam.”

“Kalau sampai Rp.600 ribu bisa ditukar dengan emas batangan. Kalau ada kebutuhan mendadak, mereka bisa gadaikan emasnya.”

Jumlah nasabah dan sampah yang masuk kemudian dicatat dalam sebuah aplikasi manajemen bank sampah bernama Smash. Nasabah juga bisa mengakses informasi serupa dengan mengunduh aplikasi Mysmash. Sementara, pemerintah Kabupaten/ Kota menggunakan aplikasi E-Smash untuk memantau tiap bank sampah di daerahnya.

Hingga Mongabay Indonesia mewawancarai Marlon Kamagi, contohnya, sampah yang tercatat dalam aplikasi Smash milik Bank Sampah Simfoni desa Watutumou II, Minahasa Utara, berjumlah 1 ton, nasabah 53 orang dan saldo keseluruhan sebesar Rp1 juta.

Cells Manado, selain mengkreasikan sampah yang terkumpul, juga mengirimkannya pada pabrik untuk didaur ulang. “Koperasi kerja sama dengan pengepul, kerjasama dengan pabrik, sampahnya kami bawa ke pabrik, kirim ke Jawa atau pengepul daerah untuk di-recycle,” terang Marlon.

Pembuatan ornamen pohon natal merupakan wujud penjabaran visi Koperasi Cells Manado yaitu memanfaatkan sampah untuk kebaikan_Foto :Koperasi Cells Manado/Mongabay Indonesia
info gambar

Mengurangi Sampah dari Sumbernya

Cells Manado adalah koperasi bank sampah yang dibentuk pada awal tahun 2018. Koperasi ini dibentuk sebagai upaya mengurangi permasalahan sampah dari sumbernya.

Ide pembentukan Koperasi Bank Sampah tidak lepas dari Focus Group Disucussion (FGD), akhir 2012, yang dihadiri Harley Mangindaan, mantan Wakil Walikota Manado, dan Mor Bastian, Wakil Walikota Manado saat ini.

Kala itu, Mor Bastian mengusulkan pemasangan jaring di tiap sungai untuk mengurangi sampah ke Bunaken. Ketika terpilih menjadi Wakil Walikota, ia mempraktikkan ide yang pernah diusulkan beberapa tahun sebelumnya.

Marlon menilai, pemasangan kubus apung di tiap sungai punya dampak signifikan. Tapi, menurutnya, pemerintah kota Manado masih punya pekerjaan tambahan. Karena sampah tertahan, dampaknya kubus apung terputus dan sampah kembali ke laut.

Dari permasalahan itu, ia menawarkan pengembangan Bank Sampah yang dipercaya bisa mengurangi sampah dari sumbernya.

“Awal 2018 diresmikanlah 5 bank sampah di Manado. Masyarakat diajak memilah dan menabung di bank sampah,” ujar Marlon. “Lalu, di tahun yang sama, kami membentuk Koperasi Bank Sampah pertama di Sulut. Namanya Cells Manado.”

Ketika diresmikan, Cells Manado langsung mendemonstrasikan alat pembuat BBM dari plastik, alat bikin paving block dari plastik, serta alat untuk mengubah limbah plastik jadi energi dan pupuk. Selanjutnya, mereka melakukan edukasi pada masyarakat terkait upaya meminimalisir persoalan sampah di Sulut.

Hingga kini, di Sulawesi Utara terdapat sekitar 22 bank sampah yang tersebar di beberapa wilayah, seperti Manado, Minahasa Utara, Bitung dan Tomohon.

“Kami rencana tiap Kabupaten/ kota punya bank sampah. Tapi saat ini, baru 7 kabupaten/ kota yang mengajukan,” pungkas Marlon.


Sumber: Diposting ulang dari Mongabay Indonesia atas kerjasama dengan GNFI

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini