Profil PNS Inspiratif 2018: Sartika Mayasari, Mengubah Kampung Ganja Jadi Ekowisata

Profil PNS Inspiratif 2018: Sartika Mayasari, Mengubah Kampung Ganja Jadi Ekowisata
info gambar utama

Citra Kampung Agusen berubah drastis sejak Sartika Mayasari menjabat sebagai Camat Blangkejeren pada 2014. Kampung yang dulunya terkenal dengan tempat pengasingan penderita lepra dan tempat penghasil ganja premium ini, kini bertransformasi jadi kampung wisata.

Buruknya citra Kampung Agusen dimulai sejak zaman penjajahan Belanda. Sekitar tahun 1920 kampung ini dijadikan lokasi pengasingan penderita lepra, dan sejak saat itu pemerintah tak pernah menyentuh tempat ini. Akibatnya, infrastruktur di kampung yang terletak di kaki Gunung Leuser ini sangat tertinggal.

Anak-anak harus berjalan sejauh empat kilometer melewati jalan yang terjal untuk sampai ke sekolah. Di sepanjang perjalanan, mereka sampai harus berpegangan di serabut akar saking curamnya tekstur jalan.

“Jika turun hujan, mereka tak bisa pergi ke sekolah. Saya sampai menangis saat melihat itu,” ungkap Sartika.

Situasi ini diperparah karena tidak ada SMA di wilayah itu, sehingga anak-anak hanya bersekolah sampai SMP. Kemudian mayoritas dari mereka juga diasuh seadanya oleh neneknya, karena kedua orang tuanya mendekam di balik jeruji besi akibat terlibat peredaran ganja. Imbasnya, angka pernikahan dini di Kampung Agusen sangat tinggi.

Bicara tentang ganja, produksi di Kampung Agusen merupakan salah satu yang terbaik di dunia. Reputasinya sudah dikenal sebagai penghasil ganja terbesar di Aceh, dan namanya sudah mendunia. Kondisi ini membuat hampir seluruh masyarakat di Kampung Agusen mencari nafkah sebagai petani ganja.

Walau letak ladang ganjanya sangat sulit diakses, itu tidak menggoyahkan semangat mereka. Bayangkan saja, untuk sampai ke ladang ganja di wilayah pegunungan Leuser dibutuhkan waktu perjalanan tiga hari tiga malam!

Sartika Mayasari (kiri) dan Cris Kuntadi di acara PNS Inspiratif 2018 | Foto: Kementerian PANRB
info gambar

Sartika datang mengubah citra

Buruknya citra Kampung Agusen ini kemudian membuat Sartika Mayasari terdorong untuk mengubahnya jadi lebih baik. Ia berniat memperbaiki kualitas SDM di sana dan menjadikan kawasannya sebagai ekowisata.

Namun upaya Sartika jauh dari kata mulus pada awalnya. Kedatangannya sempat ditolak beberapa kali, karena datang dengan pakaian biasa. Pintu ditutup, jendela ditutup, menandakan warga tidak menerima kehadiran Sartika di sana.

Sartika tidak menyerah. Di hari-hari berikutnya ia datang lagi ke Kampung Agusen memakai Pakaian Dinas Harian (PDH) resmi Camat lengkap dengan semua atributnya. Sejak saat itu dirinya mulai diterima warga, bahkan mereka merasa sangat dihargai karena Camat mau datang jauh-jauh ke desa mereka.

Langkah pertama yang dilakukan Sartika untuk memperbaiki kualitas penduduk Kampung Agusen adalah menganalisis apa saja pangkal permasalahan kehidupan di sana. Setelah didapat, ternyata di daerah itu infratsrukturnya masih sangat tertinggal. tidak ada pengajian ibu-ibu, dan pola pikir bahwa menanam ganja adalah pekerjaan terbaik.

Sartika kemudian menyusun program dan menyampaikannya di hadapan Bupati Gayo Lues. Lampu hijau pun didapat, dan salah satu lulusan terbaik STPDN 2007 itu dipersilakan menjalankan programnya.

Kampung Agusen yang jarang disentuh pemerintah, langsung diramaikan dengan beragam kegiatan Pemda dan melibatkan masyarakat. Berbagai pihak pun turut diundang, seperti Muspida dan Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID).

“Acara-acara tingkat kecamatan dan tingkat kabupaten, saya alihkan ke Agusen,” ucap Sartika.

Kemudian program-program lainnya adalah membuat kampung ekowisata, kampung KB, kampung bahasa Inggris, dan membangun sekolah yang lebih dekat dengan pemukiman penduduk.

Berkat sentuhan Sartika, perekonomian Kampung Agusen langsung berkembang pesat. Warga kini beralih profesi jadi penanam kopi, dengan jenama yang memiliki peminat tinggi di Aceh. Dua di antaranya adalah Kopi Agusen dan Kopi Bungsu.

Kemudian untuk para pemudanya, mereka bisa meraih omzet Rp 20 juta sebulan sebagai pengelola parkir dan pemandu wisata. Ini berkat ramainya pengunjung yang berdatangan ke Kampung Agusen tiap akhir pekan.

Dampak positif lainnya adalah beberapa rumah penduduk yang disulap jadi homestay ekowisata. Tidak hanya sebagai tempat, homestay ini juga bisa digunakan sebagai sarana mempelajari alam dan budaya masyarakat, sembari menikmati jernihnya air sungai dan sejuknya udara pegunungan.

Inovasi Sartika Mayasari, wanita kelahiran Blangkejeren, 23 Juli 1985 ini, sukses mengubah citra Kampung Agusen menjadi positif. Berkat programnya, kampung yang dulu terisolir ini sekarang jadi tempat wisata populer.***

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini