Kemenangan Fitriani, Apakah Ini Titik Awal Kebangkitan Bulutangkis Putri Indonesia?

Kemenangan Fitriani, Apakah Ini Titik Awal Kebangkitan Bulutangkis Putri Indonesia?
info gambar utama

Dua jam sebelum pebulutangkis Indonesia Fitriani menguasai lapangan pada final Thailand Masters 2019 pada hari Minggu (13/01/19), legenda bulutangkis Susy Susanti memposting foto mereka berdua dengan tulisan yang berbunyi: “Ayo, Fitri. Terus semangat dan berjuang untuk Indonesia."

Beberapa jam kemudian, Fitriani, 20, menjawab panggilan itu dengan kejutan dengan kemenangan telak 21-12, 21-14 atas Busanan Ongbamrungphan dari Thailand.

Setelah pertandingan, Susy memposting foto dirinya yang lain bersama, Fitriani, pebulutangkis Gregoria Mariska Tunjung, dan pelatih Minarti Timur untuk merayakan momen itu.

A post shared by Susy Susanti (@susysusantiofficial) on

Kemenangan Fitriani memberi harapan baru bagi bulutangkis Indonesia, khususnya dalam kategori tunggal putri. Dimana Susy mendorong para pebadminton wanita untuk tidak pernah menyerah.

Selama beberapa dekade, para pebadminton tunggal putri mengalami kesulitan untuk berkomperisi di acara internasional dibandingkan dengan kategori lain seperti ganda putra, ganda campuran, ganda putri dan tunggal putra.

Susy merupakan wanita terakhir di kategori tunggal putri untuk Indonesia di acara-acara besar seperti Kejuaraan Dunia (1993), dan turnamen papan atas yang mencakup All England (1993 dan 1994), dan Indonesia Open (1994 hingga 1997).

Rekan asal Indonesia, Mia Audina, Lidya Djaelawijaya, dan Ellen Angelina juga masing-masing memenangkan Indonesian Open pada tahun 1998, 1999, dan 2001.

Orang Indonesia terakhir yang memenangkan medali di Kejuaraan Dunia adalah Lindaweni Fanetri yang mengantongi perunggu pada tahun 2015.

Pada tahun 2017, Gregoria membuat awal yang menjanjikan dengan memenangkan gelar Kejuaraan Junior Dunia BWF dan membantu Tim Indonesia merebut medali perunggu di Asian Games 2018 dan Kejuaraan Tim Asia. Dia juga mencapai semifinal beberapa turnamen papan atas tahun lalu.

Sementara itu, Fitriani hanya mencapai perempat final dari beberapa turnamen tingkat kedua tahun lalu.

Untuk menyambut Tahun Baru, dia lebih dari menebus kekecewaan tahun lalu dengan memenangkan Thailand Masters, lima tahun setelah Adrianti Firdasari memenangkan Grand Prix Gold Indonesia, yang merupakan turnamen tingkat kedua.

Fitriani sering dikritik karena berkinerja buruk. Salah satu kritik utamanya adalah Susy yang mengepalai divisi pengembangan dan pencapaian olahraga di Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI). Dia mengecam Fitriani karena tersesat dalam pikirannya sendiri dan ragu-ragu tentang gaya bermainnya.

Minarti, yang menonton dari sisi lapangan, berulang kali mengingatkan Fitriani untuk tetap tenang, yang terbukti menjadi strategi yang berguna. “Saya meyakinkan Fitri untuk tetap positif dan menikmati setiap pertandingan. Kunci kemenangannya adalah dia lebih berani dan terus berjuang,” katanya.

Menggaungkan pelatihnya, Fitri mengungkapkan bahwa tujuan pribadinya untuk tahun baru adalah tetap santai selama pertandingan, sambil mempertahankan fokusnya. “Saya harus menikmati waktu saya di lapangan. Saya juga harus tetap fokus untuk mendapatkan hasil yang lebih baik daripada tahun-tahun sebelumnya,” katanya.


Sumber: Jakarta Post

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini