Begini Cara Orang Asli Bali Menghargai Alam Sekitarnya

Begini Cara Orang Asli Bali Menghargai Alam Sekitarnya
info gambar utama

Bali memang tidak pernah berhenti membuat orang takjub. Mulai dari budayanya, sampai keindahan sumber alamnya yang luar biasa. Bali selalu membuat orang rindu untuk kembali kepadanya.

Dalam kepercayaan Hindu Bali dikenal falsafah Tri Hita Karana atau tiga hal penyebab kebahagiaan, yaitu hubungan dengan sesama, hubungan dengan alam, dan hubungan dengan Sang Pencipta.

Singkatnya, selain menghormati dan bersyukur terhadap Sang Pencipta, agar mencapai kebahagiaan, manusia harus saling menyayangi dan menghargai dengan sesama manusia dan alam sekitarnya.

Karena itu tak heran, di Bali banyak sekali seni budaya dan adat istiadat berdasarkan falsafah Tri Hita Karana ini. Salah satunya adalah upacara adat metekruk.

Seorang bapak mendandani anaknya sebelum mengikuti upacara adat matekruk di Tenganan Daud Tukad, Karangasem, Bali. Matekruk merupakan upacara adat prosesi kedewasaan bagi remaja Tenganan. Foto: Anton Wisuda/Mongabay Indonesia
info gambar
Sebuah keluarga mengantarkan anaknya untuk mengikuti upacara adat matekruk di Tenganan Daud Tukad, Karangasem, Bali. Matekruk merupakan upacara adat prosesi kedewasaan bagi remaja Tenganan. Foto: Anton Wisuda/Mongabay Indonesia
info gambar

Metekruk dilakukan oleh orang-orang Bali Aga, atau orang asli Bali –bukan keturunan Majapahit– yang bertempat tinggal di Tenganan, dalam hal ini Tenganan Dauh Tukad. Menurut Putu Ardana, anggota Prajuru, sekaligus mantan kepala adat Tenganan Dauh Tukad, salah satu prosesi matekruk bertujuan untuk pelepasan para remaja putra yang telah melewati masa akil balik menuju dewasa, setelah melalui prosesi kedewasaan, seperti memanjat pohon kelapa, mengupas kelapa dan beberapa hal lainnya.

Dalam matekruk, para pemuda desa diwajibkan untuk menyisihkan hasil panen keluarganya untuk diletakkan dan ditanam secara simbolik di lokasi upacara. Itu sebagai perwujudan terimakasih terhadap Sang Kuasa, atas keberhasilan panen hasil kebun mereka. Buah-buahan yang ditanam dan digantung itu, kemudian akan diberikan kepada anak-anak untuk diperebutkan, namanya menjurak.

Selain itu di dalam upacara matekruk juga dipanjatkan doa kepada Sang Kuasa, agar hasil panen berikutnya berhasil tanpa halangan, sekaligus juga wujud rasa syukur terhadap alam semesta, karena telah memberikan hasil bumi yang melimpah.

Sesepuh desa Tenganan Daud Tukad, Karangasem, Bali berjalan melewati simbol hasil bumi sebagai bagian dari upacara adat matekruk di Tenganan Daud Tukad, Karangasem, Bali. Matekruk juga merupakan upacara rasa syukur kepada Sang Pencipta atas hasil panen warga. Foto: Anton Wisuda/Mongabay Indonesia
info gambar

Tetua adat menerima rombongan peserta upacara adat matekruk di Tenganan Daud Tukad, Karangasem, Bali. Foto: Anton Wisuda/Mongabay Indonesia
info gambar

Matekruk merupakan upacara proses kedewasaan laki-laki dan bukannya perempuan, lanjut Putu, karena para remaja putra lah yang akan meneruskan para laki-laki dewasa Tenganan untuk bertani dan menggarap tanah Tenganan Dauh Tukad.

Para remaja akil balik peserta upacara adat matekruk di Tenganan Daud Tukad, Karangasem, Bali. Matekruk merupakan upacara adat prosesi kedewasaan bagi remaja Tenganan. Foto: Anton Wisuda/Mongabay Indonesia
info gambar
Para remaja yang sudah dewasa peserta upacara adat matekruk di Tenganan Daud Tukad, Karangasem, Bali. Matekruk merupakan upacara adat prosesi kedewasaan bagi remaja Tenganan. Foto: Anton Wisuda/Mongabay Indonesia
info gambar

Sebelum menjurak, para taruna, atau semua remaja desa, baik yang baru akil balik maupun yang sudah dewasa, berjalan mengelilingi tempat buah-buahan yang akan diperebutkan.

Biasanya anak-anak kecil sudah mengincar buah mana yang akan diambilnya beberapa jam sebelum menjurak. Mereka berbondong-bondong membawa tas, berjongkok di bawah tanaman hasil panen sambil melihat-lihat. Para ibu juga ikut memeriahkan acara menjurak ini.

Para remaja dan orang dewasa mengelilingi hasil panen dari warga setempat dalam upacara adat matekruk di Tenganan Daud Tukad, Karangasem, Bali. Foto: Anton Wisuda/Mongabay Indonesia
info gambar
Warga mengambil dan memperebutkan hasil panen dalam upacara adat matekruk di Tenganan Daud Tukad, Karangasem, Bali. Foto: Anton Wisuda/Mongabay Indonesia
info gambar

Upacara adat metekruk juga bagian dari prosesi upacara adat perang pandan. Rangkaian kegiatan ini sudah menjadi agenda wajib kunjung para wisatawan domestik maupun mancanegara. Biasanya kegiatan ini dilakukan antara bulan Mei sampai Juli setiap tahunnya.

Dan akhirnya, upacara ini pun ditutup dengan makan bersama, sekaliguskan menunjukkan kebersamaan setelah melakukan kegiatan sepanjang hari yang cukup melelahkan.

Warga makan bersama usai upacara adat matekruk di Tenganan Daud Tukad, Karangasem, Bali. Foto: Anton Wisuda/Mongabay Indonesia
info gambar


Sumber: Diposting ulang dari Mongabay Indonesia atas kerjasama dengan GNFI

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini