2019, Tahun Sibuk Bagi Angkasa Pura II

2019, Tahun Sibuk Bagi Angkasa Pura II
info gambar utama

Operator bandara milik negara Angkasa Pura (AP) II menargetkan pasar global tahun ini dengan mengelola bandara di luar Indonesia.

Wakil presiden komunikasi korporat AP II, Yado Yarismano mengatakan bahwa perusahaan, di bawah inisiatif "Go Global", sedang mencari peluang di luar negeri tahun ini, terutama di kawasan ASEAN. Perusahaan itu menargetkan negara-negara seperti Filipina, Thailand, dan Malaysia untuk ekspansi regionalnya, katanya.

"Kami masih mempelajari semua kemungkinan," kata Yado seperti dilansir dari The Jakarta Post baru-baru ini tanpa merinci lebih lanjut.

Sebelumnya, AP II, yang memimpin Konsorsium X-Droid, berpartisipasi dalam penawaran untuk operasi dan pemeliharaan Bandara Internasional Clark di Mabalacat, Filipina.

X-Droid terdiri dari APII dan beberapa perusahaan Filipina, yaitu operator pelabuhan Globalport 900, perusahaan manajemen investasi Mazy's Capital Inc. dan perusahaan layanan energi Desco Inc.

Namun, kontrak itu akhirnya diberikan kepada Konsorsium Bandara Luzon Utara (NLAC), yang terdiri dari Changi Airport Group Singapura dan perusahaan Filipina dalam perusahaan induk Filinvest Development Corp, konglomerat terdiversifikasi JG Summit Holdings Inc. dan Philippine Airport Ground Support Solutions Inc.

AP II sekarang menargetkan bandara lain di Filipina dan mencari peluang ekspansi di Thailand. "Pada dasarnya, Go Global mencerminkan keterlibatan positif Angkasa Pura II dalam mengelola bandara, tidak hanya di dalam negeri tetapi juga memanfaatkan peluang bisnis untuk mengelola bandara di negara lain," kata Yado.

Selain go global, 2019 akan menjadi tahun yang sibuk untuk AP II di dalam negeri dengan proyek pengembangan bandara yang sedang berlangsung.

AP II saat ini mengelola beberapa proyek skala besar, seperti revitalisasi terminal 1 dan 2 Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Tangerang, gerbang utama Indonesia. Dimana bandara tersebut juga mengembangkan landasan pacu ketiga di bandara dan pusat kargo. Perusahaan ini bertujuan untuk menyelesaikan desain dasar terminal keempat di bandara yang sama.

Selanjutnya, AP II memperluas Bandara Jenderal Besar Soedirman di Purbalingga, Jawa Tengah.

Direktur Utama AP II Muhammad Awaluddin mengatakan pembangunan akan berlangsung dalam beberapa tahap selama 18 hingga 20 bulan konstruksi. Fase pertama pengembangan saja akan dimulai bulan ini

Landasan pacu Bandara Jenderal Besar Soedirman di Purbalingga | Sumber: Tirto
info gambar

Konstruksi dan pengembangan meliputi pembangunan landasan pacu, terminal penumpang dan area parkir penumpang, serta pengembangan terminal kargo. "Saat ini, hanya pesawat C-212 yang dapat mendarat di sana. Di masa depan, pesawat Airbus 320 Neo dan Boeing 737 Max 8 juga dapat mendarat di sana. Mudah-mudahan jumlah penerbangan komersial yang akan terbang [ke dan dari] bandara ini akan terus berlanjut untuk tumbuh," kata Awaluddin dalam sebuah pernyataan resmi baru-baru ini.

AP II juga akan mengembangkan Bandara Internasional Kualanamu di Medan, Sumatera Utara, melalui kemitraan strategis dengan investor. Bandara ini akan menjadi hub bagi penumpang dan kargo di Indonesia bagian barat.

Awaluddin mengatakan AP II telah mendirikan anak perusahaan, PT Angkasa Pura Aviasi, untuk fokus pada pengelolaan kemitraan strategis di bandara Kualanamu.

Sepanjang 2018, Angkasa Pura II melayani 115 juta penumpang, peningkatan sebesar 9,5 persen dari 105 juta penumpang pada 2017.

Bandara Internasional Jawa Barat atau Bandara Kertajati | Sumber: Portal Berita Bisnis Wisata
info gambar

AP II juga mulai mengelola sejumlah bandara baru di seluruh Indonesia, seperti Bandara Internasional Kertajati di Jawa Barat, Bandara Tjilik Riwut di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, dan Bandara Banyuwangi di Jawa Timur.

Dengan tiga bandara tambahan, Angkasa Pura II sekarang mengelola total 16 bandara.

Pada 2019 saja, perusahaan ini diharapkan dapat melayani 126 juta penumpang. AP II juga diharapkan untuk mengelola tiga bandara baru, yaitu Bandara Raden Inten di Lampung, Bandara Fatmawati di Bengkulu, dan Bandara Tanjung Pandan di Kepulauan Bangka Belitung.


Sumber: Jakarta Post

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini