Dalam sebuah adu pernyataan dengan salah satu calon presiden Indonesia periode 2019-2024, Menteri Keuangan Sri Mulyani menekankan bahwa Indonesia bukan negara miskin. Salah satu indikatornya adalah daya beli masyarakat yang meningkat.
Sri Mulyani membeberkan fakta bahwa selama 2018, Indonesia dapat bertahan dari berbagai tekanan eksternal seperti kenaikan suku bunga bank Amerika Serikat (AS), perang dagang AS dengan negara mitra, hingga meroketnya harga minya dunia. Meski begitu, Indonesia tetap bisa mengatasinya di tengah banyaknya negara yang menderita krisis.
“Kalau dalam guncangan kita harus pilih, maju atau stabil. Kita memilih stabil, maka menaikkan suku bunga tujuh kali,” terangnya, dikutip dari Kompas.com.
Kemudian Sri Mulyani juga menjelaskan bahwa daya beli masyarakat Indonesia meningkat, dengan angka konsumsi di atas 5%. Wanita asal Lampung berusia 56 tahun ini kemudian menambahkan, dengan meningkatnya daya beli masyarakat, juga akan meningkatkan kepercayaan diri para pelaku usaha maupun investor.
Pendapat ini juga diamini oleh ekonom Chatib Basri. Ia bahkan memberi contoh unik, yaitu tingginya animo masyarakat Indonesia menyaksikan langsung konser Phil Collins awal tahun ini di Australia dan Selandia Baru.
“Kalau dia (orang Indonesia) tahu akan ekonominya nyungsep, dia tidak akan pergi ke luar negeri untuk nonton Phil Collins,” ujar Chatib Basri, yang merupakan mantan direktur Bank Dunia.
Faktanya tahun lalu perekonomian Indonesia memang mengalami kemajuan. Melalui beragam kebijakan yang diterapkan, seperti menaikkan suku bunga hingga menekan angka impor, tahun 2018 ditutup dengan pertumbuhan ekonomi yang diprediksi sebesar 5,1% dan inflasi di level 3%. Defisit APBN 2018 juga mengecil dibanding tahun 2017.
Sumber: Kompas.com
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
