Suku Asli Indonesia Sang Manusia Ikan

Suku Asli Indonesia Sang Manusia Ikan
info gambar utama

Kawan-kawan ada yang sudah menonton film luar negeri garapan DC Comics berjudul Aquaman? Sang protagonis di dalam film tersebut digambarkan sebagai seorang superhero yang memiliki kemampuan untuk tinggal di bawah laut, seperti namanya Aquaman.

Meskipun karakter dalam film tersebut merupakan karakter fiksi, tahukah kawan bahwa di Indonesia terdapat sebuah suku yang memiliki kemampuan mirip seperti Aquaman?

Jason Momoa sebagai Aquaman | Sumber: 943thedrive.ca
info gambar

Mereka memang tidak tinggal di bawah laut, tapi mereka memiliki kemampuan luar biasa perihal menyelam di laut. Tidak, bukan menyelam menggunakan peralatan menyelam lengkap dengan goggles, tabung oksigen, dan kaki katak. Melainkan tanpa dengan alat apapun.

Suku tersebut ialah suku Bajo yang kabarnya bisa ditemui di daerah pesisir Pulau Sulawesi dan Kalimantan. Namun beberapa sumber menyebutkan bahwa suku ini hidup nomaden berpindah-pindah. Suku Bajo dikenal sebagai pengembara laut yang mengarungi laut asia selatan dengan menggunakan perahu untuk menangkap ikan dan menyelam bebas dengan tombak.

Menurut sejarah, orang-orang suku Bajo berasal dari Kepulauan Sulu di wilayah Filipina Selatan yang hidup nomaden di lautan lepas. Perjalanan di laut lepas membawa mereka masuk ke wilayah Indonesia, salah satunya di sekitar Pulau Sulawesi ratusan tahun lalu.

Suku Bajo menyelam bersama ikan laut | Sumber: Science Mag
info gambar

Apa pernah kawan GNFI iseng menghitung kemampuan menyelam kawan-kawan? Berapa lama kawan dapat menahan nafas di dalam air? Rata-rata manusia hanya bisa menahan napas sekitar 30-60 detik. Hal tersebut berlaku karena saat menahan nafas, akan terjadi penumpukan karbon dioksida pada paru-paru.

Menurut National Geographic, orang Bajo mampu bertahan di dalam air hingga 13 menit dan mencapai kedalam yang cukup ekstrem, yaitu 60 meter. Kemampuan mereka untuk berenang dalam waktu lama tanpa bantuan alat pernapasan dan alat selam modern sempat membuat ilmuwan bingung dan kagum atas kemampuan istimewa suku Bajo tersebut.

Terdapat sebuah film dokumenter yang meliput seorang kakek dari suku Bajo yang disandingkan dengan seorang penyelam asal Swedia untuk menyelam berbarengan di dasar laut penuh batu karang tanpa alat bantu pernafasan. Pada film dokumenter tersebut sang penyelam asal Swedia menyerah dan kembali ke permukaan karena tidak tahan menahan nafas sebelum sang kakek dari suku Bajo. Bahkan, sang kakek justru terlihat asik di dasar laut dan bergaya santai layaknya sedang melakukan sunbathing di pantai.

Tak ayal beberapa penelitian pun dilakukan untuk mengetahui alasan dari kelebihan luar biasa orang-orang suku Bajo tersebut.

Sebuah tim ilmuwan termasuk Melissa Ilardo dari Copenhagen University melakukan sebuah penelitian yang diterbitkan di jurnal Cell menunjukkan rahasia dari para pengembara laut tersebut dan bagaimana mereka bisa menyelam tanpa memerlukan bantuan dari alat selam. Dari jurnal tersebut, didapatkan bukti bahwa berkat adaptasi, orang Bajo memiliki organ yang yang membuat mereka mampu untuk menahan nafas cukup lama di dalam air. Orang Bajo ternyata memiliki limpa yang lebih besar daripada ukuran normal yang dimiliki manusia. Limpa mereka kemudian bertindak sebagai "tabung oksigen" dengan menyimpan lebih banyak oksigen untuk darah mereka.

Potret anak suku Bajau | Sumber: Seasiaig
info gambar

Dr Ilardo membawa mesin ultrasonografi portabel ke wilayah tempat tinggal suku Bajo di Indonesia dan meminta izin untuk memeriksa limpa mereka.

Hasilnya menunjukkan baik itu penyelam maupun orang yang bukan penyelam dari suku Bajo memiliki limpa berukuran yang sama. Hal ini menunjukkan kalau perubahan ukuran limpa bukan hanya terjadi pada para penyelam.

Dan ketika limpa orang Bajau dibandingkan dengan suku tetangga mereka, Saluan, terlihat kalau limpa orang Bajo rata-rata lebih besar 50 persen. Orang Saluan sendiri bertahan hidup dengan cara bertani.


Sumber: Indonesia Kaya | Kumparan | BBC

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini