RS Apung dan Misi Mulia di Pelosok Indonesia

RS Apung dan Misi Mulia di Pelosok Indonesia
info gambar utama

Ribuan kilometer ditempuh oleh kapal-kapal ini demi misi mulia di pelosok Indonesia. Kapal-kapal ini bukan kapal sembarangan, karena mereka membawa misi kemanusian dan dihuni oleh para tenaga medis berpengalaman.

Rumah sakit Apung (RSA) namanya, dan selama tahun 2018 telah berlayar ke sembilan pulau berbeda di pelosok Indonesia. RS yang diinisiasi oleh doctorSHARE ini memiliki tiga kapal untuk RS Apung, yakni RSA Nusa Waluya I, RSA Nusa Waluya II, dan RSA dr. Lie Dharmawan. Dua kapal yang disebut terakhir adalah yang dipakai di tahun 2018.

Perjalanan di tahun 2018 dimulai dengan menyambangi pulau Kisar, kabupaten Maluku Barat Daya, provinsi Maluku. Pulau Kisar merupakan salah satu pulau terluar di Indonesia yang berhadapan langsung dengan Timor Leste. RSA dr. Lie Dharmawan mendapat kesempatan berlayar ke sana pada 12-17 April 2018.

Sebanyak 15 relawan yang terdiri dari 13 relawan medis dan 2 relawan non-medis diterjunkan ke misi mulia ini. Kedatangan mereka dibagi ke dua kelompok, satu kelompok dari Kupang dan tim lainnya dari Ambon. Ini dikarenakan akses menuju pulau Kisar yang sangat terbatas, bahkan pesawat saja hanya bisa mengangkut maksimal 11 orang.

Selama di pulau Kisar, RSA dr. Lie Dharmawan menerima 178 pasien pengobatan umum. Dalam tiga hari berikutnya selama menetap di sana, mereka melakukan bedah minor untuk 18 pasien.

Ada cerita menarik selama masa singgah para relawan RSA di pulau Kisar. Ternyata di pulau ini banyak terjadi akulturasi pernikahan antara orang Kisar dengan orang asing yang datang. Pernikahan ini menghasilkan keturunan Indo-Eropa, dan ada 11 marga di sana yakni Lerrick, Caffin, Wout-huizein, Belder, Lander, Joostenz, Ruff, Peelman, Belmin, Coenrady, dan Bakker.

Dilansir dari buletin doctorSHARE, keturunan Indo-Eropa masih ada yang menetap di pulau Kisar sampai saat ini. Salah satunya adalah Terasia Ruff, yang merupakan keturunan keenam dari serdadu VOC, John Backer.

Destinasi berikutnya yang dituju RSA dr. Lie Dharmawan adalah kabupaten Asmat dan Mimika di Papua, pada 30 April – 14 Mei 2018. Selama kurun waktu tersebut, para relawan melayani 1.088 pasien yang terdiri dari 980 pasieng pengobatan umum , 78 pasien bedah minor, dan 30 pasien bedah mayor.

Banyaknya pasien yang dilayani lantaran mereka tidak hanya datang dari Asmat dan Mimika saja, tapi juga dari luar daerah seperti Kwamki Narama, pulau Karaka, distrik Mimika Timur Tengah, dan distrik Mimika Timur Jauh.

Usai singgah di Papua, RSA dr. Lie Dharmawan kemudian melanjutkan perjalanan di kawasan Indonesia Timur. Daerah-daerah yang dituju adalah: Kei Besar, Maluku (29 Juni – 6 Juli 2018), Batui, Sulawesi Tengah (5-11 Agustus 2018), Muna Barat, Sulawesi Tenggara (2-8 September 2018), dan Sumbara Barat (29 September – 5 Oktober 2018).

Selain RSA dr. Lie Dharmawan, di tahun 2018 berlayar pula RSA Nusa Waluya II untuk pertama kalinya. Debut RSA ini dilakukan di Muara Kaman, Kalimantan Timur, pada 29 April – 9 Mei 2018.

Tercatat ada 70 pasien pengobatan umum di sana, disertai 30 pasien pemeriksaan gigi, dan 25 pasien pengecekan kehamilan. Selain memberi pengobatan, para relawan juga memberikan penyuluhan tentang bahaya seks bebas dan narkoba di SMA Muara Kaman yang diikuti sekitar 400 siswa.

Data sampai Oktober 2018 mencatat RS Apung melayani 4.848 pasien pengobatan umum, 439 pasien bedah minor, 139 pasien bedah mayor, 2 pasien operasi Sesar, 60 pemeriksaan kehamilan, dan 176 pasien gigi.

Dalam menjalankan misi mulianya, doctorSHARE tidak hanya mengandalkan RS Apung, tapi juga membuka pelayanan medis darar, pelayanan medis di Panti Rawat Gizi Kei, program Tanggap Bencana, layanan Flying Doctors.


Sumber: buletin doctorSHARE

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini