Darah Komodo Bisa Sembuhkan Luka Lebih Cepat?

Darah Komodo Bisa Sembuhkan Luka Lebih Cepat?
info gambar utama

Komodo dengan nama latin Varanus komodoensis, merupakan spesies kadal terbesar yang diperkirakan telah hidup sejak 4 juta tahun lalu. Sang jantan dewasa, panjangnya mencapai 3 meter dengan berat sekitar 80 kilogram. Sementara si betina, panjangnya 2,4 meter dengan bobot badan 40 kilogram.

Reptil purba ini memiliki keistimewaan, mulai dari kemampuan berlarinya hingga 20 kilometer perjam hingga penciumannya super tajam. Juga, adanya sejumlah bakteri berbahaya pada mulutnya.

Penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan ada sekitar 58 bakteri di dalam mulut komodo ini. Meski belum diketahui pasti dari mana asal bakteri-bakteri tersebut, para peneliti meyakini sumbernya dari makanan dan minuman komodo yang telah terkontaminasi bakteri.

Hal luar biasa lainnya adalah komodo memiliki zat peptida dalam darahnya. Sebut saja peptida antimikroba yang dapat membantu kadal raksasa ini melawan bakteri berbahaya dan bertahan hidup di lingkungan ekstrim.

Keampuhan zat yang diyakini dapat digunakan untuk melawan resistensi antibiotik ini, telah dituliskan pada peneliti Amerika di Journal of Proteome Research, Februari 2017.

Para peneliti memeriksa bagaimana hewan ini dapat hidup di lingkungan yang tidak biasa. Lebih jelasnya, lingkungan yang penuh bakteri, tetapi dapat hidup dan berkembang hingga saat ini. Seperti halnya komodo. “Kami fokus pada peptida yang berasal dari spesies ekstrim,” kata Barney Bishop, profesor dari George Mason University of Virginia, sekaligus penulis utama penelitian ini, sebagaimana dilansir dari Motherboard.

Peptida pada dasarnya merupakan protein kecil dan peptida antimikroba adalah antibiotik tubuh. Dua zat tersebut sangat penting bagi manusia dan makhluk hidup lain, karena tanpanya tubuh akan mudah terserang bakteri dan infeksi.

Dengan teknik yang dikembangkan para peneliti di laboratorium, mereka berhasil menciptakan versi sintesis senyawa antimikroba darah komodo. Zat itu kemudian dinamakan DRGN-1. Para peneliti pun menguji DRGN-1 pada tikus yang memiliki infeksi luka kulit. Hasilnya, luka itu sembuh lebih cepat dibandingkan obat biasa.

Para peneliti mengisolasi protein tertentu dalam darah untuk membuat obat yang bersifat antimikroba | Foto: Getty Image via The Sun
info gambar

Monique van Hoek, profesor mikrobiologi yang juga terlibat dalam penelitian ini, sebagaimana dikutip dari The Sun (12/04/2017) mengatakan, penyembuhan signifikan oleh DRGN-1 pada tikus terinfeksi, dengan cara mempercepat perpindahan sel-sel kulit baru untuk menutup luka tersebut.

Temuan ini merupakan hasil menggembirakan, karena DRGN-1 bekerja dengan baik pada luka yang terinfeksi bakteri. Yaitu pada Psedomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus atau dikenal juga sebagai MRSA (Methicillin-resistant Staphylococcus aureus). Kedua bakteri ini dikenal akan sifatnya yang kuat, berkoloni dan menempel bersama atau disebut biofilm.

Hanya di Indonesia

Komodo, sejatinya hanya terdapat di Indonesia, tepatnya di Nusa Tenggara Timur. Tersebar di lima pulau, empat pulau terdapat di dalam kawasan Taman Nasional Komodo, yaitu Pulau Komodo, Rinca, Nusa Kode (Gili Dasami), dan Gili Motang. Pulau yang terakhir sekaligus merupakan pulau yang terbesar adalah Flores. Di Flores terdapat tiga kawasan cagar alam yang di dalamnya masih terdapat populasi komodo, yaitu Wae Wuul, Wolo Tadho, dan Riung.

Achmad Ariefiandy, peneliti ekologi komodo dari Komodo Survival Program, kepada Mongabay Indonesia, Jumat (21/04/2017) menuturkan, komodo memiliki sistem kekebalan tubuh atau imunitas yang sangat kuat. Kemampuan super ini membuatnya dapat bertahan dari bakteri yang bersarang di mulut maupun makanannya.

Komodo, satwa kebanggaan Indonesia | Foto: Rhett Butler
info gambar

Komodo pun memiliki kemampuan untuk sembuhkan luka dengan cepat. “Pada musim kawin, sering kali komodo jantan berkelahi dengan jantan lainnya yang mengakibatkan luka. Namun luka tersebut dapat sembuh dengan cepat, hanya meninggalkan bekas saja di sekitar leher komodo.”

Meski demikian, hingga saat ini belum diketahui secara pasti bagaimana komodo memiliki kekebalan tubuh seperti itu. “Banyak peneliti yang ingin mengetahui sekaligus membuka tabir ilmiah ini,” tandas Achmad.


Sumber: Diposting ulang dari Mongabay Indonesia ditulis oleh Reza Septan atas kerjasama dengan GNFI

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini