Dulu Merusak, Kini Nelayan Malang Bergiat Pulihkan Terumbu Karang

Dulu Merusak, Kini Nelayan Malang Bergiat Pulihkan Terumbu Karang
info gambar utama
  • Nelayan di Malang Selatan, banyak tangkap ikan pakai bom. Kala permintaan ikan hias tinggi, nelayan gunakan potasium. Ada permintaan terumbu karang untuk aquascape, nelayan mendongkel karang. Terumbu karang rusak
  • Sahabat Alam (Salam) Indonesia, dekati warga, mengajak diskusi manfaat terumbu karang terjaga hingga bagaimana lakukan pemulihan. Salam merangkul para pemuda, terbentuk banyak komunitas
  • Hantaman ombak kuat dan arus deras di pantai Malang Selatan, membuat mereka berpikir cara efektif pulihkan karang. Mereka pernah coba buat balok, sampai rumah karang berbentuk rak tetapi gagal. Akhirnya, mereka bikin bola karang sebagai media mencangkok terumbu karang
  • Nelayan bikin bola karang, mereka membuat anyaman kurungan ayam lantas dicor semen. Setelah kering, bola karang siap pakai. Nelayan-nelayan yang dulu ikut merusak, kini terlibat pemulihan terumbu karang.

Sekitar 100-an pemuda, tentara, mahasiswa dan pegiat lingkungan berdiri meriung di Pantai Kondangmerak, Desa Sumberbening, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang, Jawa Timur, pagi itu. Mereka bergotong royong mengangkat bola karang (reef ball), berupa cor semen berbentuk bola. Bola karang ini sebagai media transplantasi (mencangkok) terumbu karang.

Andik Syaifudin, Ketua Sahabat Alam (Salam) Indonesia, sedang jelaskan teknik mencangkok karang. Seorang relawan bertugas memotong sebagian terumbu karang untuk bibit, ditempel di bola karang. Dengan hati-hati, para pemuda itu menempelkan potongan karang dengan dempul besi.

Bola karang ditempel potongan karang, setelah merekat sempurna langsung diletakkan di dasar laut. Karang tak boleh terlalu lama di permukaan. “Jika lama bisa stres, kemungkinan hidup rendah,” katanya.

Para nelayan yang bikin bola karang, mereka membuat anyaman kurungan ayam lantas dicor semen. Setelah kering, bola karang siap pakai. Bola karang dipilih karena murah dan mudah serta paling cocok dengan karakter pantai di Malang Selatan, yang berarus deras dan bergelombang tinggi. Bola karang tahan gelombang tinggi dan arus deras, termasuk terbebas dari sedimentasi di dasar laut.

Salam Indonesia sempat menggunakan berbagai metode mulai berbentuk balok, sampai rumah karang berbentuk rak. “Karakeristik ombak besar dan arus deras semua gagal. Hanya bertahan enam bulan,” katanya.

Selain itu, juga bisa gunakan metode menempelkan karang langsung dengan lem di bawah air. Waktu dan tenaga berat, harus gunakan peralatan selam dan hanya beberapa tenaga yang ahli selam. Metode karang bola dipilih untuk mencangkok karang.

Andik bilang, pertumbuhan karang lambat, saban tahun hanya tumbuh antara satu sampai delapan sentimeter. Proses pengembalian terumbu karang panjang, perlu kesabaran dan ketekunan seperti yang dilakukan mereka. Terumbu karang di Malang Selatan, tumbuh antara 0-4 mil dari bibir pantai. “Maksimal 30 mil,” kata Andik.

Selain proses pencangkokan, pemulihan alami juga bisa dilakukan tetapi proses lama meski terumbu karang yang tumbuh lebih kuat dan tahan terjangan arus maupun gelombang.

Pemulihan terumbu karang di Pantai Kondangmerak, juga mengalami tantangan. Pada 2016, dampak pemanasan global, suhu air laut naik mencapai 36 derajat celsius. Sedangkan terumbu karang hanya bisa hidup antara 20-30 derajat celsius. Dampaknya, terumbu karang hasil pencangkokan mati.

“Istilahnya ,mass coral bleaching. Terumbu karang memutih dan mati.” Kejadian itu fenomena global di berbagai penjuru dunia.

Para pemuda diajak menjaga dan pemulihan karang | Foto: Eko Widianto/ Mongabay Indonesia
info gambar

Nelayan jaga terumbu karang

Panjang garis pantai di Kabupaten Malang, sekitar 102 kilometer, sedangkan kerusakan tutupan karang sekitar 30%. Dulu, terumbu karang di pesisir selatan Kabupaten Malang, masih bagus.

Aktivitas masyarakat dan nelayan di Kondangmerak mulai sejak 1987. Mereka menangkap ikan dengan cara alami, memancing dan menjaring pakai perahu. Sejak akhir 2000-an terjadi pergeseran.

“Nelayan memakai bom ikan,” katanya.

Permintaan ikan hias tinggi, nelayan menggunakan potasium. Terumbu karang pun makin rusak. Diperparah lagi permintaan terumbu karang untuk aquascape,nelayan mendongkel karang.

“Setiap bongkahan karang dijual antara Rp3.000-Rp.10.000,” katanya.

Puncaknya, karena penambangan terumbu karang, tiga nelayan dihukum lima bulan penjara di Pengadilan Negeri Kepanjen pada 2013. Andik bilang, menyeret pelaku penjarah terumbu karang ke pengadilan baru kasus pertama di Indonesia.

Sejak 2012, Salam Indonesia mendekati para nelayan untuk meninggalkan cara penangkapan merusak dan terlibat memperbaiki ekosistem terumbu karang agar lestari. Kalau terumbu karang bagus, katanya, ikan melimpah dan pendapatan nelayan meningkat.

Para nelayan mulai merasakan hasil tangkapan menurun, buntutnya, pendapatan menyusut. Subagyo, nelayan asal Kondang Merak, dulu dikenal sebagai perusak terumbu karang. Dia pernah gunakan bom ikan, menambang karang dan menangkap aneka ikan hias dengan potasium.

Setelah didekati Andik, dia memilih bergabung dengan Salam Indonesia dan jadi pahlawan bagi alam dan diri sendiri.

Kini, dia bersama nelayan lain mulai menggerakkan wisata alternatif, jadi pemandu wisata mancanegara yang tertarik mengamati lumba-lumba dan paus. Dia juga memandu wisatawan menyelam untuk melihat keindahan terumbu karang dan aneka ikan hias di Malang Selatan.

Wisatawan mancanegara biasa dari Rusia, Jepang, Singapura, dan Thailand. Subagyo juga memberikan pendidikan lingkungan kepada wisatawan agar tak menginjak dan merusak terumbu karang saat menyelam.

Beramai-ramai mereka berupaya pulihkan terumbu karang yang rusak | Foto: Eko Widianto/ Mongabay Indonesia
info gambar

Pemulihan terumbu karang

Wahyu Pratomo, pegiat Salam Indonesia, ikut menggerakkan para pemuda, pegiat lingkungan dan tentara terlibat transplantasi terumbu karang.

Anak muda, katanya, jangan hanya memikirkan gaya hidup tetapi perhatian terhadap lingkungan kurang. Mereka, katanya, memiliki potensi besar menjaga dan melestarikan terumbu karang.

Untuk itu, dia tertantang menggerakkan pemuda. Meski tak banyak, sekitar 100-an pemuda berkumpul mendirikan tenda di pantai. Malam mereka berdiskusi dan menumbuhkan kesadaran agar lebih mencintai lingkungan.

“Berharap makin banyak pemuda aktif dalam gerakan konservasi,” katanya. Mereka bersinergi melibatkan komunitas, karangtaruna, mahasiswa, studi saswa liar, pelajar dan militer. Terkumpul sekitar 18 komunitas. Mereka kumpul atas biaya sendiri tanpa ada bantuan dana maupun donasi luar.

“Setelah transplantasi akan monitoring selama delapan bulan ke depan. Pemantauan sepekan sekali, juga pemeliharaan.”

Dia bilang, sampah plastik di lautan jadi maslaah utama. Plastik menutup terumbu karang hasil pencangkokan atau transplantasi, mengganggu pertumbuhan.

“Lumut dan sedimen juga memicu kematian. Jika ada yang mati ganti dengan bibit baru,” kata Pratomo.

Purnawan D. Negara, Dekan Fakultas Hukum Universitas Widyagama Malang melibatkan mahasiswa dalam gerakan transplantasi terumbu karang.

Para mahasiswa diajak membaca tata ruang melalui hukum. “Membaca pesisir, memahami pentingnya tata ruang dan kawasan lindung,” kata Purnawan, juga Dewan Daerah Walhi Jawa Timur.

Pesisir Selatan, katanya, merupakan kawasan perlindungan terumbu karang, mulai Kondangiwak, Kondangmerak, Clungup, hingga timur Cagar Alam Pulau Sempu. Pulau Sempu, katanya, jadi kawasan sentral yang secara ekologi harus didukung.

“Penegakan hukum, penjarahan terumbu karang dan illegal fishing harus dilakukan,” katanya.

Dinas Kelautan setempat harus berolaborasi melibatkan TNI Angkatan Laut, dan Polisi Air seperti dilakukan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Di Malang, penegakan hukum melibatkan aparat penegak hukum.

“Lemahnya penegakan hukum bukan karena peraturan perundang-undangan tetapi birokrat tak berjalan,” kata Purnawan.

***

Hingga siang, para pemuda ini berkutat dengan karang di tepi pantai. Mereka berbagi tugas, ada yang menempelkan, ada yang memotong. Sebagian memilih mencampur adonan dempul untuk mencangkok karang.

Musnadil Firdaus, jauh-jauh dari Tulungagung, datang belajar metode transplantasi terumbu karang. “Ini hal baru bagi kami. Di Tulungagung, banyak terumbu karang rusak,” katanya.

Dia tekun pelajari metode dan monitoring transplantasi karang, soal teknis tranplantasi karang dan menjaga agar efektif hidup di perairan.

Musnadil bertekad mengajak teman-temannya untuk peduli terumbu karang, tak hanya menikmati keindahan, juga ikut menjaga dan melestarikan.


Sumber:

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini