Satwa Rumahan, Komodo Tidak Ingin Hidup Selain di Indonesia

Satwa Rumahan, Komodo Tidak Ingin Hidup Selain di Indonesia
info gambar utama
  • Komodo [Varanus komodoensis] merupakan spesies kadal raksasa yang telah hidup sejak 4 juta tahun silam
  • Komodo hanya ditemukan di Indonesia, tepatnya di Nusa Tenggara Timur. Mereka tersebar di lima pulau, empat pulau terdapat di dalam kawasan Taman Nasional Komodo, yaitu Pulau Komodo, Rinca, Nusa Kode [Gili Dasami], dan Gili Motang. Pulau terakhir sekaligus pulau terbesarnya adalah Flores
  • Komodo merupakan satwa istimewa yang memiliki cara unik bertahan hidup. Komodo remaja memiliki kebiasaan memanjat pohon untuk menghindari kanibalisme komodo dewasa
  • Penelitian di Proceeding of the Royal Society B edisi November 2018 menunjukkan, komodo memiliki sifat alami sebagai satwa rumahan. Komodo tidak ingin pergi dari tempat kelahirannya sepanjang hidupnya, Nusa Tenggara Timur, Indonesia

Komodo, siapa yang tak mengenalnya. Kadal raksasa ini diperkirakan hidup di Bumi sejak 4 juta tahun silam. Reptil purba yang memilik penciuman super tajam tersebut, selain memiliki keistimewaan berupa bakteri berbahaya di mulutnya, juga merupakan ‘satwa rumahan’ yang tidak ingin menjelajah keluar Indonesia. Bagaimana bisa?

Sebuah studi yang diterbitkan di Proceeding of the Royal Society B November 2018 oleh sekelompok peneliti gabungan Indonesia, Australia, Italia dan Denmark mengungkap sifat alami ‘rumahan’ komodo tersebut. Ini berdasarkan pengamatan perilaku dan jelajah komodo selama satu dekade di pulau-pulau tempat tinggalnya di Nusa Tenggara Timur. Berdasarkan pengamatan awal, komodo benar-benar tidak pernah ingin meninggalkan tempat kelahirannya, sepanjang hidupnya.

Tim S. Jessop, profesor ekologi dari Deakins University, Australia sekaligus kepala studi ini mengatakan, komodo bukannya tidak bisa menjelajah daerah lain, tapi memang tidak ingin melakukannya. Padahal jika mau, komodo [Varanus komodoensis] bisa menempuh jarak puluhan kilometer, menyusuri medan berat, bahkan berenang ke daerah lain. Namun, sepertinya semua itu tidak perlu dilakukan.

“Lebih tepatnya, komodo sudah merasa aman dan nyaman berada di rumahnya, sehingga tidak menginginkan apapun lagi. Di rumah sendiri, manfaat dan jaminan akan kelangsungan hidup jauh lebih besar karena tahu betul tempat menemukan mangsa,” ujar Jessop, dilansir dari New York Times, belum lama ini.

Komodo, satwa kebanggaan Indonesia yang hidup di Nusa Tenggara Timur | Foto: Rhett Butler/Mongabay.com
info gambar

Lebih lanjut, studi berjudul Exploring mechanisms and origins of reduced dispersal in island Komodo dragons ini membuka wawasan kita lebih memahami apa yang menyebabkan spesies-spesies endemik jarang berpencar yang berujung penyusutan populasi.

“Selain komodo, banyak spesies pulau yang cenderung lebih suka menetap di suatu daerah. Apabila menjajah sebuah pulau, terlepas dari kemampuan luar biasa yang dimiliki, mereka memutuskan untuk lebih memilih tinggal di rumah,” tambah Jessop.

Hal yang mengkhawatirkan para peneliti ini adalah jika hewan berada di suatu daerah selama beberapa generasi, akan ada sejumlah risiko yang terjadi. Sebut saja, perkawinan sedarah, kelangkaan sumber daya alam, serta bahaya lain yang mungkin bisa dihindari jika mereka bergerak ke tempat lain.

Apakah Komodo tidak bisa melakukan navigasi ke tempat lain?

Untuk menjawabnya, para peneliti melakukan dua jenis eksperimen. Eksperimen pertama, memindahkan tujuh komodo dewasa dari wilayah asal sejauh 13,7 mil [22 kilometer], tetapi masih dalam pulau yang sama. Eksperimen kedua, memindahkan komodo ke pulau lain yang terpisah lautan berjarak tidak lebih 1,6 kilometer.

“Dalam waktu empat bulan, walau jauh, semua komodo yang dipindahkan ke lokasi berbeda di pulau yang sama kembali ke rumahnya. Ini menunjukkan, komodo dapat melakukan perjalanan melewati medan berat tanpa hambatan dengan kemampuan navigasinya,” ungkap Jessop.

Anak komodo yang berada di atas pohon | Foto: Rhett Butler/Mongabay.com
info gambar

Sementara, untuk komodo yang berada di pulau berbeda, ada satu ekor yang pulang. Selebihnya, memilih berdiam di pulau baru tempat mereka dipindahkan. “Perilaku tersebut menunjukkan, meski komodo punya kemampuan berenang, usaha pulang dianggap tidak sepadan dengan risiko yang akan didapat.”

Berdasarkan eksperimen, para peneliti menemukan fakta lain. Seekor komodo yang berada di pulau baru ternyata mengalami sedikit masalah, tidak dapat kawin dengan salah satu penghuni di rumah barunya itu. Juga, kesulitan mencari mangsa.

Konsep adaptasi persebaran komodo. Sumber: Proceeding of the Royal Society B: Biological Sciences, November 2018
info gambar

“Berdiam diri dan enggan pergi sebenarnya tidak menguntungkan. Justru berisiko kekurangan pangan karena persaingan antar-kelompok dan faktor eksternal lain seperti bencana alam dan aktivitas manusia yang berpengaruh pada keberlangsungan hidupnya,” tambahnya.

Bagi para peneliti, komodo merupakan mahkluk istimewa yang memiliki cara unik untuk bertahan hidup. “Komodo remaja memiliki kebiasaan memanjat pohon untuk menghindari kanibalisme komodo dewasa. Mereka mungkin terlihat seperti predator tingkat atas yang kejam, tetapi tujuannya menjadi makhluk pulau lebih sederhana dari yang kita kira,” ujar Jessop.

Karakteristik pergerakan komodo di Taman Nasional Komodo. Sumber: Proceeding of the Royal Society: Biological Sciences, November 2018
info gambar

Seperti diketahui, komodo hanya ditemukan di Indonesia, tepatnya di Nusa Tenggara Timur. Mereka tersebar di lima pulau, empat pulau terdapat di dalam kawasan Taman Nasional Komodo, yaitu Pulau Komodo, Rinca, Nusa Kode (Gili Dasami), dan Gili Motang. Pulau terakhir sekaligus pulau terbesarnya adalah Flores. Di Flores terdapat tiga kawasan cagar alam yang di dalamnya masih terdapat populasi komodo, yaitu Wae Wuul, Wolo Tadho, dan Riung.

Komodo jantan dewasa, panjangnya mencapai 3 meter dengan berat sekitar 80 kilogram. Sementara betina, panjangnya 2,4 meter dengan bobot badan 40 kilogram. Satwa kebanggaan Indonesia ini memiliki keistimewaan, mulai dari kemampuannya berlari mencapai 20 kilometer per jam hingga penciumannya yang super tajam. [Berbagai sumber]


Sumber: Diposting ulang dari Mongabay Indonesia ditulis oleh Reza Septian atas kerjasama dengan GNFI

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini