Minapadi Dari Indonesia yang Mendunia

Minapadi Dari Indonesia yang Mendunia
info gambar utama
  • Sistem minapadi yang menggabungkan pertanian dan perikanan telah lama dikembangkan di Indonesia dengan berbagai keunggulan seperti padi yang organik dan panen ikan yang melimpah
  • Kesuksesan metode minapadi tersebut telah diakui dunia sehingga FAO menunjuk Indonesia sebagai rujukan model pengembangan minapadi di Asia Pasifik untuk ketahanan pangan global sesuai SDGs.
  • Sejak 2018, ada 13 negara Asia Pasifik yang belajar minapadi ke Indonesia, yaitu Bangladesh, Kamboja, Laos, Myanmar, Nepal, Pakistan, Sri Lanka, Thailand, Filipina, Timor Leste, dan Vietnam.
  • Pada 2018, KKP bersama Kementerian Pertanian telah mengembangkan percontohan minapadi seluas 580 hektare yang tersebar di 26 kabupaten di Indonesia. Pada 2019, KKP menargetkan penambahan lahan minapadi seluas 400 ha.

***

Sistem minapadi yang telah dikembangkan di Indonesia sejak 2015, semakin mendapat perhatian dari banyak negara. Sistem yang menggabungkan perikanan budidaya dan pertanian itu, diminati oleh oleh 13 negara yang masuk kawasan Asia Pasifik. Seluruh negara tersebut, secara khusus belajar minapadi ke Indonesia dan langsung datang ke lokasi yang dijadikan percontohan oleh Pemerintah Indonesia.

Ke-13 negara yang tertarik mengembangkan minapadi di negaranya masing-masing itu, adalah Bangladesh, Kamboja, Laos, Myanmar, Nepal, Pakistan, Sri Lanka, Thailand, Filipina, Timor Leste, dan Vietnam. Mereka sengaja datang ke Yogyakarta untuk mempelajari lebih dalam tentang metode minapadi yang menjadi pertama di dunia.

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Slamet Soebjakto mengatakan, sejak Indonesia ditetapkan oleh badan pangan dunia PBB (FAO) sebagai rujukan model pengembangan minapadi untuk Asia Pasifik, dunia internasional mulai mengamati metode tersebut.

“Indonesia dinilai berhasil dalam pengembangan minapadi. Oleh Pemerintah, program tersebut menjadi program prioritas untuk mendukung ketahanan pangan,” ucapnya pekan lalu di Jakarta.

Sistem pertanian mina padi, memberi keuntungan berupa padi dan ikan bagi petani di Bantul, Yogyakarta | Foto: Tommy Apriando/Mongabay Indonesia
info gambar

Penunjukkan yang dilakukan FAO tersebut, menurut Slamet, berdampak positif bagi Indonesia di dunia internasional. Indonesia menjadi sangat diperhitungkan sebagai negara yang berkontribusi positif secara internasional untuk pemenuhan kebutuhan pangan global melalui inovasi pengembangan minapadi.

Slamet mengungkapkan, inovasi minapadi yang dilakukan Indonesia, sejalan dengan program dunia yaitu tujuan pembangunan berkelanjutan (sustainable development goals/SDGs). Program SDGs tersebut, adalah program yang sudah disepakati oleh dunia dan tujuan utamanya adalah pengentasan kemiskinan dan pemenuhan kebutuhan pangan global.

Untuk itu, Slamet mengatakan, apa yang sudah dilakukan Indonesia melalui minapadi, akan menjadi solusi untuk dunia dalam pemenuhan kebutuhan pangan. Melalui sistem penggabungan perikanan budidaya dan pertanian itu, dunia bisa menopang ketahanan pangan di tengah penurunan kualitas dan perubahan iklim secara global.

“Kita tentu sangat bangga atas apresiasi dunia terhadap keberhasilan program minapadi nasional,” tuturnya.

Banyak Manfaat

Selain minapadi yang sudah dikembangkan sejak empat tahun terakhir, Slamet menyebutkan, Indonesia juga fokus mengembangkan perikanan budidaya untuk mendongkrak pendapatan masyarakat pembudidaya ikan secara nasional. Pada 2017, pendapatan rerata per pembudidaya ikan skala kecil mencapai Rp3,29 juta dan kemudian naik menjadi Rp3,38 juta pada 2018.

Meningkatkan pendapatan pembudidaya ikan, menurut Slamet, selain karena ada inovasi sistem minapadi, juga karena ada kegiatan prioritas lain seperti program pakan mandiri, pengembangan budidaya ikan sistem bioflok, pengembangan induk dan benih unggul dan berkualitas, dan pengembagan teknologi recirculation aeration system (RAS).

“Dengan adanya negara-negara dari Asia Pasifik, nantinya sistem ini bisa disebarluaskan ke seluruh dunia,” tambahnya.

Delegasi negara-negara anggota FAO melepaskan benih ikan saat mempelajari sistem minapadi di Sukoharjo, Jawa Tengah. Foto : Ditjen Perikanan Budidaya KKP/Mongabay Indonesia
info gambar

Sistem minapadi bisa menekan terjadinya alih fungsi lahan dan urbanisasi, sehingga mampu menyerap tenaga kerja yang banyak. Kemudian, minapadi juga mampu menambah lahan produksi ikan sehingga mendukung capaian target produksi ikan secara nasional, dan juga, pada akhirnya itu mampu meningkatkan produksi ikan.

“Pada akhirnya, itu akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan mendukung kedaulatan pangan serta ramah lingkungan,” tuturnya.

Perwakilan FAO untuk Asia Pasifik Weimen Miao menjelaskan, keputusan FAO untuk mengampanyekan sistem minapadi ke seluruh dunia, memang dilatarbelakangi keberhasilan Indonesia mengembangkan inovasi tersebut. Keberhasilan itu menjadikan Indonesia sebagai negara tujuan utama untuk acuan konsep minapadi, terutama negara di Asia Pasifik.

Atas keberhasilan Indonesia, Weimen atas nama FAO memberikan apresiasia. Dia memuji komitmen Indonesia untuk terus mengembangkan sistem minapadi, hingga mendapatkan metode yang tepat dan ideal untukn diterapkan di setiap kondisi tanah dan udara. Kemampuan itu menjadi contoh terbaik untuk negara-negara lain yang tertarik mengembangkannya.

“Indonesia bisa jadi best practicebagi negara lain,” tambah Slamet.

Sementara, Perwakilan FAO untuk Indonesia Stephen Rudgrad mengatakan, inovasi yang dibuat Indonesia melalui sistem minapadi, diharapkan bisa menjadi salah satu strategi bagi duna untuk meningkatkan ketahanan pangan secara global. Oleh itu, walau sistem tersebut baru pertama di dunia, tapi ternyata sangat cocok diterapkan di 193 negara yang ada di dunia.

“Minapadi ini juga melibatkan peranan wanita dalam kegiatannya, sehingga ikut mendukung kegiatan gender,” tegasnya.

Delegasi negara-negara anggota FAO melepaskan benih ikan saat mempelajari sistem minapadi di Sukoharjo, Jawa Tengah | Foto: Ditjen Perikanan Budidaya KKP/Mongabay Indonesia
info gambar

Mudah Diterapkan

Hingga 2018 telah dikembangkan percontohan minapadi seluas 580 hektare yang tersebar di 26 kabupaten di Indonesia. Kemudian pada 2019, KKP menargetkan penambahan luas lahan minapadi seluas 400 ha. Disamping itu, KKP juga menggandeng Kementerian Pertanian untuk menjadikan minapadi sebagai program prioritas.

Sebelum menggelar presentasi di Yogyakarta, Indonesia juga melakukan hal serupa pada November 2018 di Sukoharjo, Jawa Tengah. Saat itu, hadir negara Asia Pasifik seperti Nigeria, Algeria, Thailand, Norwegia, Chili, Yordania, Amerika Serikat, dan Australia. Kedatangan negara-negara tersebut, juga untuk mempelajari sistem minapadi di Indonesia.

Direktur Produksi dan Usaha Budidaya KKP Umi Windriani menjelaskan kenapa sistem minapadi dikampanyekan ke seluruh dunia. Menurut dia, selain sistem tersebut bisa dengan mudah diterapkan oleh petani, juga karena bisa memberikan tambahan pendapatan hingga 40 persen lebih. Kelebihan itu, diharapkan bisa menjadi nilai plus untuk dikembangkan di negara lain.

Selain keunggulan tersebut, Umi menjelaskan, sistem minapadi juga memberikan keuntungan karena bisa menghasilkan padi organik dan itu bisa terjadi karena proses produksi tidak menggunakan bahan pestisida ataupun pupuk. Dalam satu hektare lahan dengan menggunakan minapadi, bisa dihasilkan minimal 1 ton ikan dan padi rerata 8-10 ton.

Jumlah tersebut, menurut Umi, sangatlah banyak karena melebihi sistem konvensional yang biasa digunakan petani. Biasanya, dalam satu ha lahan yang menggunakan konvensional, padi yang didapat rerata 6-7 ton. Hasil tersebut bisa menjadi penegasan bahwa minapadi sangat layak untuk digunakan untuk pertanian padi dan perikanan budidaya sekaligus.

“Indonesia sekarang menjadi percontohan di dunia untuk sistem minapadi dan kita menjadi rujukan FAO untuk negara kelompok Asia Pasifik. Sekarang, kita sudah mengenalkan sistem minapadi ini ke seluruh dunia,” tuturnya.

Toto Wiharto di sawahnya yang menggunakan sistem mina padi | Foto: Tommy Apriando
info gambar

Umi mengatakan, dalam melaksanakan minapadi, Indonesia sudah mendapatkan dukungan penuh dari FAO sejak 2016 lalu. Adapun, lokasi yang menjadi percontohan ada di Kabupaten Sleman, Yogyakarta, dan Kabupaten 50 Kota, Sumatera Barat. Di masing-masing daerah tersebut, dibuka lahan seluas 25 ha untuk sistem minapadi.

Diketahui, pada 2015 Indonesia mulai mengembangkan sistem minapadi dengan menggunakan sistem kluster dan pola tanam padi jajar legowo. Sistem tersebut digunakan, untuk meningkatkan populasi tanaman dengan cara mengatur jarak tanam dan memanipulasi lokasi dari tanaman yang seolah-olah tanaman padi berada di pinggir (tanaman pinggir) atau seolah-olah tanaman lebih banyak berada di pinggir.

Sistem pola tanam padi jajar legowo juga diketahui bisa menambah penghasilan petani hingga mencapai USD1.700 per hektar per musim tanam. Jumlah tersebut sangat besar, karena jika lahan ditanami padi saja, maka keuntungan per hektare mencapai Rp10 juta saja. Dengan sistem tersebut, tanaman padi yang berada di pinggir akan menghasilkan produksi padi lebih tinggi dan kualitas gabah lebih baik.

Dengan demikian, sistem minapadi merupakan cara yang efektif untuk keberlanjutan usaha pertanian dan perikanan, meningkatkan kesejahteraan dan mewujudkan kedaulatan pangan. Selain itu, memungkinkan terciptanya pertanian organik yang ramah lingkungan dan produknya sehat untuk dikonsumsi.


Sumber: Diposting ulang dari Mongabay Indonesia ditulis oleh M Ambari atas kerjasama dengan GNFI

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini