Untuk Mengasah Analisa Siswa, Guru Ini Punya Tipsnya!

Untuk Mengasah Analisa Siswa, Guru Ini Punya Tipsnya!
info gambar utama

Model pembelajaran dengan metode ceramah di beberapa sekolah mulai dipinggirkan, lantaran dianggap kurang efektif. Sebagai gantinya, para murid yang digerakkan agar lebih aktif, seperti inovasi yang dilakukan oleh seorang guru di SDN 003 Tenggarong, Kutai Kartanegara ini.

Ibu Kurnia Astuti namanya, dan ia mengajar di kelas IV. Beliau mengaplikasikan pendekatan MIKIR (Mengalami, Interaksi, Komunikasi, dan Refleksi), yang diciptakan oleh Tanoto Foundation bersama Dinas Pendidikan dan Kemenag.

Dalam metode pembelajarannya, bu Kurnia membagi murid kelasnya ke 8 kelompok, dengan setiap kelompok berisi 4-5 orang. Beliau kemudian membagi dadu ke setiap kelompok, dengan tiap nomor dadu berisi jenis pertanyaan yang berbeda-beda.

Jika dadu menunjukkan angka 1 maka kelompok harus menyusun pertanyaan dengan awalan “apa”. Kemudian di angka 2 adalah “siapa”, angka 3 yakni “di mana”, angka 4 yaitu “kapan”, angka lima berarti “mengapa”, dan angka 6 yang merupakan pertanyaan berawalan “bagaimana”.

Pertanyaan-pertanyaan ini harus disusun dan berdasarkan bacaan yang sudah dibaca, yang kemudian dilempar ke murid lain untuk dijawab. Di kegiatan ini, bu Kurnia berfungsi untuk menguatkan jawaban yang dikemukakan muridnya.

“Kemampuan bertanya mereka menjadi makin terasah karena sering saya lakukan seperti ini. Mereka bermain sambil menyusun kalimat untuk menanyakan lebih jauh, kadang bahkan di luar teks,” ujar bu Kurnia, dikutip dari siaran pers yang diterima GNFI.

Murid-murid bu Kurnia mengikuti metode belajarnya dengan sangat antusias | Foto: Tanoto Foundation
info gambar

Selain merancang metode pembelajaran dengan menggunakan dadu, bu Kurnia juga menciptakan inovasi dengan mengajak para murid melakukan observasi langsung. Contohnya saat mempelajari daur hewan, bu Kurnia meminta murid-muridnya untuk membawa jentik nyamuk dan ikan. Anak-anak diajak untuk membedakan antara hewan yang tidak bermetamorfosis dan bermetamorfosis.

Kemudian para murid juga diajari untuk menggambar hewan-hewan tersebut, dan melaporkan hasil penelitiannya di depan kelas. Metode ini dapat membentuk kepercayaan diri siswa/siswa sembari meningkatkan daya analisis.

“Idealnya penelitian ini dilakukan beberapa hari, namun dengan cara membuat siswa mengamati, membuat pertanyaan dan mencoba menjawab sendiri, anak-anak dikondisikan untuk suka meneliti semenjak dini, Anak-anak saya biasakan juga tampil ke depan, karakter percaya diri penting untuk menghadapi persaingan hidup ke depan,” terangnya.

Dengan membuat siswa lebih aktif dalam belajar, diharapkan dapat menelurkan pelajar-pelajar yang kreatif dan inovatif. Sebab, tak ada penemuan besar yang tidak dihasilkan dari penelitian-penelitian.

“Anak-anak yang semenjak dini dikondisikan untuk suka meneliti, besarnya akan lebih kreatif dan inovatif. Guru juga harus mampu membuat siswa berpikir secara logis selama mengamati dengan membuat pertanyaan-pertanyaan panduan yang mendorong siswa melakukan pengamatan lebih detail dan menemukan pengetahuan sendiri,” ungkap Spesialis Komunikasi Tanoto Foundation Kaltim, Mustajib.**

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini