Dari Pulau Dewata, Berjuang Jadi Pengajar Muda di Maluku Utara

Dari Pulau Dewata, Berjuang Jadi Pengajar Muda di Maluku Utara
info gambar utama

Kenangan indah baru saja diukir Ni Wayan Purnami Rusadi. Gadis kelahiran Bali, 21 Desember 1991 ini baru saja pulang dari pengabdiannya di bidang pendidikan, sebagai pengajar muda di Maluku Utara. Selama masa tinggalnya di sana, ia mendapat banyak sekali cerita unik.

Dilansir dari Tribun Bali yang berbincang langsung dengan Ni Wayan Purnami, gadis yang biasa dipanggil Emick ini mengikuti program Pengajar Muda angkatan XV dari Indonesia Mengajar. Selama setahun, ia menjalankan tugasnya sebagai pengajar di SD Negeri 1 Buya, kabupaten Kepulauan Sula, provinsi Maluku Utara.

Cerita berawal saat teman Emick yang berasal dari Nusa Tenggara Timur (NTT), melakukan penelitian di daerahnya dan meminta bantuan Emick. Ia diminta untuk mewawancarai beberapa petani, karena sangat sulit bagi temannya jika harus melakukan wawancara ke semua petani seorang diri.

Di lokasi wawancara itulah yang membuat hati Emick terenyuh. Di sebuah tempat dengan hamparan pemandangan yang indah, ia menemukan sebuah sekolah yang anak-anaknya sedang bermain di jam pelajaran. Ternyata, di sekolah itu sedang tidak ada guru dan itu sudah sering terjadi.

Ni Wayan Purnami Rusadi | Foto: Tribun Bali
info gambar

“Wah pemandangannya bagus, tapi pemandangan pendidikannya kasihan masih seminim itu kan,” tutur Emick.

Emick yang saat itu masih bekerja di Green School langsung merasa iba. Ia sempat menyempatkan diri untuk membantu mengajar anak-anak, tapi tidak lama karena tujuan utamanya datang ke daerah tersebut bukan sebagai pengajar.

Ibarat mendapat restu dari dunia, tak lama kemudian Emick memperoleh informasi tentang kegiatan Indonesia Mengajar dari seorang rekan kerjanya. Kebetulan rekannya tersebut juga baru selesai menjadi pengajar di Indonesia Mengajar.

Gadis lulusan magister program studi Agribisnis Universitas Udayana (Unud) ini pun langsung bergegas mencari informasi tentang Indonesia Mengajar. Ia dulu pernah mendengar nama gerakan ini, tapi tidak terlalu mengikutinya.

Kebetulan ia juga sedang jenuh bekerja dan membutuhkan tantangan baru. Tak butuh waktu lama bagi Emick untuk mendapatkan semua informasi yang ia butuhkan, melalui situsweb dan Instagram Indonesia Mengajar.

Meski sangat antusias, tapi awalnya Emick juga sempat ragu. Ini karena di tempatnya bekerja, terdapat larangan bagi karyawannya untuk apply keluar apabila masih terikat kontrak. Ia khawatir tidak diizinkan keluar oleh atasannya. Akan tetapi karena tekad yang sudah bulat, ia pun mencoba melakukan negosiasi ke atasannya.

Tak disangka, ternyata tanggapan atasannya sangat positif. Emick yang belum genap dua tahun bekerja di sana dipersilakan mengikuti program Indonesia Mengajar, dan resign walau kontrak kerjanya belum berakhir.

Ia pun langsung mengajukan pendaftaran ke program Pengajar Muda angkatan XV dan tes di Surabaya. Dari 21.367 yang mendaftar, Emick terpilih sebagai satu dari 40 orang yang lolos dan maju untuk mengikuti pelatihan di Jatiluhur, Jawa Barat.

Sumber: Tribun Bali

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini