Kreasi Batik Lampung, Ada Badak Sumateranya!

Kreasi Batik Lampung, Ada Badak Sumateranya!
info gambar utama
  • Badak sumatera merupakan jenis terkecil dibandingkan badak jawa [Rhinoceros sondaicus], badak india [Rhinoceros unicornis], badak hitam [Diceros bicornis], dan badak putih [Ceratotherium simum] di Afrika. Tingginya sekitar 120 cm-135 cm dengan panjang tubuh 240-270 cm. Berat rata-rata sekitar 900-an kilogram.
  • Satwa bercula dua ini tersebar di Taman Nasional Gunung Leuser, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Taman Nasional Way Kambas, dan Kutai Barat, Kalimantan Timur
  • Badak sumatera dalam motif batik Lampung, coba diperkenalkan pengrajin batik kepada masyarakat luas sebagai wujud kepedulian lingkungan
  • Batik merupakan kreasi seni yang bisa diakses semua lapisan masyarakat, sehingga memasukkan unsur edukasi lingkungan yang dipadu dengan nilai-nilai budaya akan lebih mudah diterima khalayak luas

Motif badak sumatera dikelilingi dedaunan memenuhi kain berukuran 2.2 x 1.2 meter. Gambar tak biasa ini menjadi ide brilian pengrajin batik di Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung.

“Awalnya, agak sulit sehingga tidak sesuai harapan. Tidak terlihat sebagaimana badak sumatera,” terang Hidayatullah [31], pemilik Andanan Batik Lampung, di Perum Negri Sakti Persada Blok D No 17 Pesawaran, Senin [28/1/2019].

Mencanting badak melalui seni batik memang terasa rumit. Beberapa kali membuat, menurut Hidayat, hasilnya justru jadi lukisan badak jawa. Namun seiring waktu, jemari lelaki ini mulai lincah menggambar satwa bercula dua tersebut beserta 20 jenis pakan favoritnya.

Motivasi Hidayat mengabadikan badak [Dicerorhinus sumatrensis] di kain batik, berawal dari keinginannya mengenalkan satwa tersebut kepada masyarakat. Sebagai pengembang batik, biasanya dia hanya berkutat pada guratan siger yakni mahkota pengantin perempuan dalam pernikahan adat Lampung. Atau tapis khas Lampung, bentuk keselarasan hidup masyarakat dengan lingkungan dan sang pencipta, sebagai identitas Provinsi Ruwa Jurai ini.

adak sumatera yang berada di di SRS Way Kambas, Lampung | Foto: Rhett Butler/Mongabay.com
info gambar

Hingga akhirnya, Hidayat menyadari, di Lampung ada ikon satwa melegenda, terkenal di dunia. Badak sumatera yang jumlahnya sekitar 100 individu, baru disadarinya. Satu habitat pentingnya berada di Taman Nasional Way Kambas. “Awalnya saya sendiri tidak mengetahui di Lampung ada badak. Bahkan, anak saya juga bertanya ini gambar apa,” katanya.

Pertanyaan-pertanyaan kritis sang anak membuat Hidayat tertantang untuk mengenal lebih jauh satwa langka dilindungi ini. Tak sekadar katanya, dia melihat langsung satwa berjuluk hairy rhinoceros, karena permukaan tubuhnya ditutupi rambut pendek dan kaku, di penangkaran Suaka Rhino Sumatera, Taman Nasional Way Kambas.

“Bahkan, saya ikut menanam satu jenis pakannya di sana. Ada kebanggaan tersendiri bagi saya mengenalkannya badak ke dunia luas melalui batik.”

Hidayat memastikan, motif batik badak sumatera beserta jenis pakannya itu baru dirinya yang mengembangkan. Tepatnya, tiga tahun terakhir ini. Satu kain dihargai Rp300 ribu, sementara yang berbentuk baju senilai Rp450 ribu. “Saya menawarkan melalui online, peminatnya masih masyarakat dalam negeri,” terangnya.

Taman Nasional Way Kambas yang merupakan habitat badak sumatera dan mamalia besar lainnya seperti gajah, harimau, beruang, dan tapir | Foto: Rhett Butler/Mongabay.com
info gambar

Sebatas pesanan

“Pengrajin baru membuat sebatas pesanan, atau sebagai contoh,” terang Elly Lestari Rustiati, pemerhati badak sumatera dari Jurusan FMIPA Biologi Universitas Lampung yang mengawali edukasi konservasi masyarakat melalui budaya.

Pengrajin Andanan Batik Lampung memiliki keinginan mengembangkan industri rumahan ini sebagai penunjang ekonomi. “Mereka mau belajar, penuh semangat, saya ajak saja,” tuturnya.

Awalnya, Elly yang melakukan pendampingan di Desa Pesawaran “membiarkan” pengrajin berkreasi melukis badak sumatera. “Ternyata, lukisannya tidak terlihat sebagaimana karakter satwa tersebut, masih jauh dari harapan,” paparnya.

Kreasi badak sumatera yang dituangkan dalam batik. Foto: Hidayatullah/Andanan Batik Lampung
info gambar

Sejak itu, Elly terpanggil untuk “meluruskan” lukisan atau gambar di masyarakat yang tidak menunjukkan ciri khas badak sumatera. Kreasi batik, merupakan seni budaya yang bisa diakses semua lapisan masyarakat. Sekali jalan, memperkenalkan batik sekaligus menyelamatkan badak sumatera.

“Harapan mendatang, untuk para pengrajin batik di Lampung, ada pembauran nilai budaya dengan ilmu pengetahuan. Dengan begitu, karya batik masyarakat memiliki nilai tambah dan keunikan tersendiri,” terangnya.

Batik motif badak juga dikembangkan pengrajin berkebutuhan khusus, tuna rungu dan tuna wicara, di Lampung Timur dengan pendampingan Diah Susilo Ratma. Setiap bulan, mereka bisa memproduksi 500 lembar motif tersebut dan motif lainnya, yang tentu saja menonjolkan keunikan Lampung Timur. Karya-karya itu dipakai sebagai seragam Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Timur.

Gambar badak sumatera diperkenalkan pengrajin batik di Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung, kepada masyarakat luas sebagai wujud kepedulian lingkungan | Foto: Hidayatullah/Andanan Batik Lampung
info gambar

Badak sumatera memiliki sensitivitas penciuman dan pendengaran tinggi. Keberadaannya tersebar di Taman Nasional Gunung Leuser, Bukit Barisan Selatan, Way Kambas, hingga Kutai Barat, Kalimantan Timur. Di Taman Nasional Kerinci Seblat, yang dulunya disebut gudangnya badak, diperkirakan tidak ada lagi.

Badak sumatera diperkirakan telah hidup sejak 20 juta tahun silam. Ia merupakan jenis terkecil dibandingkan dengan badak jawa [Rhinoceros sondaicus], badak india [Rhinoceros unicornis], badak hitam [Diceros bicornis]dan badak putih [Ceratotherium simum] di Afrika. Tingginya sekitar 120 cm-135 cm dengan panjang tubuh 240-270 cm. Berat rata-rata sekitar 900-an kilogram.


Sumber: Diposting ulang dari Mongabay Indonesia ditulis oleh Eni Muslihah atas kerjasama dengan GNFI

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini