Di tahun keempat perjalanannya, Rubah di Selatan akhirnya menelurkan album penuh perdananya. Pada Sabtu (2/2) lalu, band yang membawakan lagu tentang kearifan lokal, petuah zaman dulu, nilai-nilai tradisi, dan budaya masa kini ini merilis album ANTHERA yang berisi 10 lagu.
ANTHERA dirilis di Digital Platform Music. Album ini menjadi saksi perjalanan empat personil Rubah di Selatan, yakni Mallinda (vokal), Gilang (gitar), Adnan (keyboard), dan Ronie (etnik perkusi), yang terbentuk sejak 20 Agustus 2015 sampai kini melahirkan satu buah album.
“Seneng banget, lega, nggaknyangka juga dulu soalnya Gilang awalnya cuma ngajak aku jamming biasa gitu ternyata bisa sampai sejauh ini. Lega yang pasti. Semoga ini jadi awalan yang menyenangkan untuk ke depannya atau album-album berikutnya.” ujar Mallinda, vokalis yang juga penulis lirik Rubah di Selatan, dikutip dari siaran pers yang diterima GNFI.
“Sempat ada perasaan panik pas mau rilis. Karena basic kami juga belum pernah merilis album sebelumnya, jadi ini adalah album perdana Rubah di Selatan, sekaligus album perdana dari masing-masing kami. Piye cah piye cah itu jadi obrolan yang belakangan ini sering terungkap, pada panik semua. Hahaha,” imbuh Gilang sang gitaris.
Nama ANTHERA diambil dari bahasa modern latin yang berarti kepala sari. Di lagu terakhir pada album ini yang berjudul Leaving Anthera, berisi pesan untuk melanjutkan perjalanan hidup dan membuat kembang-kembang selanjutnya. Juga sebagai pengingat bahwa hidup akan terus berputar.
Album ANTHERA juga akan diperkenalkan melalui tur album pertama Rubah di Selatan, yakni Anthera Tour: Part 1 di beberapa daerah di Sumatra, Kalimantan, dan Jawa. Konser ini menganut konsep Special Show yang sebelumnya belum pernah ditampilkan. Ada pula rencana untuk merilis album ini dalam bentuk fisik dan boxset.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
