Ahsan/Hendra, Menuju Puncak Gemilang Cahaya

Ahsan/Hendra, Menuju Puncak Gemilang Cahaya
info gambar utama
  • Rangkuman perjalanan Ahsan/Hendra menjuarai All England 2019 sektor ganda putra.
  • Walau Hendra dibekap cedera, tapi mereka saling membantu dan pantang menyerah.
  • Perjuangan yang akhirnya berbuah manis. Trofi juara setelah terakhir kali digenggam di All England 2014.

Satu lagi trofi juara kembali dihadirkan oleh pasangan ganda putra Indonesia di turnamen All England. Melalui aksi Muhammad Ahsan dan Hendra Setiawan, Indonesia sukses menjadi yang terbaik di sektor ganda putra pada gelaran tahun ini.

Munculnya Ahsan/Hendra sebagai juara awalnya sama sekali tak diprediksi. Publik lebih tertarik menantikan apakah Kevin Sanjaya/Marcus Gideon alias The Minions dapat mencetak hat-trick atau gelar ketiga beruntun tahun. Namun, siapa sangka justru The Minions takluk di babak awal.

Alam semesta seakan sudah memberi restunya pada pasangan Ahsan/Hendra. Walau bukan sorotan utama, tidak menempati unggulan pertama di turnamen, dan dibumbui cerita menahan rasa nyeri di kaki, tapi akhirnya sukses mengakhiri kompetisi di podium tertinggi.

Cedera didapat Hendra saat melakoni babak semi-final, Minggu (10/3) kemarin. Ia mendapat cedera di betis kiri, akibat salah mendarat di akhir gim pertama. Kondisi ini membuat gerak kakinya melambat, tapi Ahsan dengan sigap selalu melapis pergerakan rekannya.

Kerja sama dan saling membantu inilah yang menjadi kunci sukses The Daddies, julukan Ahsan/Hendra, menaklukkan unggulan ketiga dunia asal Jepang, Takeshi Kamura dan Keigo Sonoda, di semi-final. Cukup dengan dua set saja, lewat skor 21-19 dan 21-16.

Menuju puncak

Selang beberapa jam usai memastikan diri tampil di final, The Daddies pun memasuki arena pertandingan di partai puncak. Mereka ditantang oleh pasangan muda dari Malaysia, Aaron Chia dan Soh Wooi Yik, yang mengandaskan impian terjadinya All Indonesian Final. Sebab, di semi-final Chia/Yik menaklukkan Fajar/Rian dengan skor 12-21, 22-20, dan 21-19.

Awal laga dijalani Ahsan/Hendra dengan cukup berat. Sangat terlihat cedera betis yang membekap Hendra membuat pergerakannya melambat, sehingga Ahsan harus berjuang ekstra keras untuk membantu rekannya. Ini yang disinyalir membuat The Daddies kehilangan gim pertama dengan angka cukup telak, 21-11.

Namun di gim kedua, pengalaman yang berbicara. The Daddies sukses mengambil alih dominasi permainan, dan melancarkan serangan bertubi-tubi ke area lawannya. Gim kedua pun dimenangkan dengan skor 21-14, dan berlanjut ke penentuan di gim ketiga.

Jelang gim ketiga, Herry Iman Pierngadi atau yang biasa dipanggil Herry IP memberi arahan khusus pada Ahsan/Hendra. Pelatih ganda putra Pelatnas PBSI itu meminta The Daddies untuk menguasai permainan bola-bola depan, dan lebih tenang saat menghadapi bola-bola atas.

“Saat mau gim ketiga, saya minta agar mereka lebih sabar bola atasnya, sektor depan harus dipegang dulu,” ujar Herry, dikutip dari detikSport.

Hasilnya sungguh mujarab. Herry yang awalnya memprediksi peluang Ahsan/Hendra menjuarai All England 2019 hanya 50% karena terkendala kondisi fisik, membalikkan segala prediksi dan menyabet gelar juara, di hadapan pasangan sang rival abadi, Malaysia.

“Saya memprediksi peluang juara 50-50, karena kondisi Hendra. Saya tidak tahu apakah dia bisa main atau tidak. Sebelumnya dia bilang jalan saja pincang,” imbuh Herry, pelatih yang memiliki julukan Naga Api.

Mental juara yang ditunjukkan Ahsan/Hendra tak hanya berbuah podium puncak di All England 2019, tapi juga semakin membuka kesempatan mereka tampil di Olimpiade 2020 Tokyo.

Mengutip kalimat Herry IP seusai laga: Ahsan/Hendra belum habis, mereka tidak pernah menyerah. Sebelum poin 21, masih memungkinkan memenangkan pertandingan.

Selamat, Ahsan dan Hendra!


Sumber: detikSport

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini