Mandi Lumpur di Bali Untuk Mensucikan Diri, Bagaimana Bisa?

Mandi Lumpur di Bali Untuk Mensucikan Diri, Bagaimana Bisa?
info gambar utama

Sehari setelah pulau wisata Indonesia, Bali menjadi sunyi untuk perayaan tahunan Hari Raya Nyepi, ratusan orang bergabung dengan ritual pemurnian dengan mandi lumpur yang baru-baru ini dihidupkan kembali setelah enam puluh tahun absen.

Bak lumpur, yang dikenal secara lokal sebagai Mebuug-buugan, dipercaya dapat memurnikan dan menghilangkan nasib buruk dan energi negatif.

Laki-laki, perempuan dan anak-anak, mengenakan sarung dan penutup kepala tradisional udeng, mengumpulkan gumpalan lumpur dari hutan bakau di desa Kedonganan, tepat di luar kota Denpasar pada hari Jumat, dan mengoleskan diri mereka dengan lumpur sebagai bagian dari ritual pemurnian.

Mebuug-buugan dilaksanakan sehari setelah Nyepi, sebuah adat khas Bali di mana umat Hindu - dan non-Hindu serta wisatawan yang sedang berada di pulau itu - diharapkan untuk tinggal di rumah dan merefleksikan diri, sementara penerbangan, lampu dan internet semuanya dihentikan.

Di masa lampau, para peserta diharuskan bertelanjang selama ritual Mebuug-buugan, tetapi pada pertengahan abad ke-dua puluh penduduk setempat tumbuh lebih tidak nyaman dengan ketelanjangan publik. Perayaan dihentikan selama enam dekade, sampai dihidupkan kembali tiga tahun yang lalu - dengan pemahaman bahwa konsep ritual akan berubah sehingga para peserta diizinkan untuk mengenakan pakaian.

Para penduduk dari segala usia mengolesi lumpur pada siapa pun di sekitarnya, setelah berdoa untuk keamanan dan nasib baik.

Orang-orang Bali berjalan di antara manggrove untuk membubuhkan lumpur di tubuh mereka selama mandi lumpur tradisional yang dikenal sebagai Mebuug-buugan, di desa Kedonganan, dekat Denpasar di pulau resor Indonesia di Bali pada 8 Maret 2019. Mebuug-buugan diadakan sehari setelah Nyepi bertujuan menetralkan sifat-sifat buruk | Foto: Sonny Tumbelaka / AFP
info gambar

Setelah ritual mandi lumpur, mereka menuju ke pantai terdekat bersama-sama untuk membasuh kotoran dan mengusir roh-roh jahat.

Ritual ini sudah populer sejak kepulangannya, dan lusinan turis menonton di sela-sela dan mengambil foto untuk mengabadikan momen-momen yang dulu hilang untuk puluhan dekade.

Pada hari Rabu, sehari sebelum Nyepi, pulau tersebut mengadakan ritual tahunan untuk mengusir setan dan roh jahat.

Dalam parade, patung berwarna-warni yang dikenal sebagai Ogoh-Ogoh diarak di jalan-jalan sebelum dibakar, mewakili pembaruan dan pemurnian.


Sumber: Jakarta Post

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini