Meski dalam kondisi kekurangan penglihatan, A Zaelani (27), salah satu peserta pelatihan barista, terlihat semangat mengikuti pelatihan tersebut.
Alumni Wyata Guna tahun 2010 ini mengaku tertarik dengan pelatihan barista bagi penyandang disabilitas netra itu. Bagaimana tidak, pelatihan itu bisa meningkatkan keterampilan hidupnya.
"Tertarik karena lulusan Wyata Guna hanya bisa pijat, sekarang dikasih tahu pembimbing kita ada kelas barista, ya saya tertarik," serunya.
Pelatihan barista gratis bagi disabiitas netra ini digelar di Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabiitas Sensorik Netra (BRSPDN) Wyata Guna, Jalan Pajajaran, Kota Bandung, Jawa Barat, atas kerjasama dengan Siloam Center for The Blind Korea.
BRSPDN Wyata Guna sendiri menjadi pilot project pertama di Indonesia dalam pelatihan barista bagi disabilitas netra.
Usai pembukaan pelatihan barista itu, Kepala BRSPDN Wyata Guna Sudarsono mengatakan, momen kerja sama proyek pelatihan barista bagi disabilitas netra ini guna meningkatkan kapabilitas penyandang disabilitas netra dalam mendapatkan keterampilan hidup.
"Berkaitan kerja sama ini, kami dapat pelatihan dari instruktur Korea yang sudah punya pengalaman melakukan pelatihan barista di Korea dan bahkan dia mengembangkan di Mongolia dan berhasil. Dalam konteks itu, Siloam ingin mengembangkan upaya ini di indonesia," jelas Sudarsono, di Wyata Guna, Rabu (13/3/2019) pada Kompas.com.
Meski begitu, nantinya instruktur barista yang didatangkan langsung dari Korea ini akan melatih instruktur yang ada di Wyata Guna.
Dengan demikian, pengetahuan yang didapatkan bisa disampaikan kepada peserta lainnya.
"Nanti dari transfer of knowledge itu akan disampaikan instruktur kita untuk melatih anak-anak disabilitas di kita (Wyata Guna)," katanya.
Selama 4 bulan pelatihan, para peserta akan dilatih bagaimana menjalankan bisnis peracikan kopi ini.
"Pihak Korea akan membantu kita untuk membuat kafe untuk bekerja mereka (penyandang disabilitas netra). Ini peluang baik mengembangkan rehabilitasi sosial tingkat lanjut, dengan waktu singkat, kita rencana akan terus berjalan selama tiga tahun ke depan," katanya.
Sementara itu Secretary General Siloam Center for the Blind Korea, Dongic Choi, menuturkan di negara Indonesia, pusat pelatihan bagi disabilitas tuna netra dimulai di Kota Bandung. Ke depan tak menutup kemungkinan pelatihan serupa di wilayah lainnya.
"Pelatihan coffee shop tidak hanya di Bandung, mungkin akan dibuka di tempat lain di Jakarta atau Bali. Di mana pun itu tak ada masalah," ujarnya pada Tribun Jabar.
Dengan adanya pelatihan ini, diraharap para penyandang disabilitas netra ini bisa meningkatkan kapabilitas kemampuan hidupnya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News