Ferdinandus "Nando" Watu merupakan pria kelahiran Nusa Tenggara Timur tepatnya di Kecamatan Detusoko, Ende, Nusa Tenggara Timur, tetapi ia pindah ke Amerika Serikat, lulus dari Miami Dade College di Florida setelah belajar manajemen perhotelan dan pariwisata. Pada tahun 2015, ia memilih untuk kembali ke Detusoko untuk mengembangkan ekowisata di kota asalnya tersebut.
Pria berusia 32 tahun ini mengatakan bahwa Detusoko secara strategis terletak dekat dengan Gunung Kelimutu, yang menarik 80.000 wisatawan untuk berkunjung pada tahun 2017. Dengan jarak yang sangat dekat, ia merasakan bahwa para wisatawan bisa "diundang" untuk menjelajahi desa kelahirannya tersebut setelah mengunjungi Kelimutu.
Dengan tujuan melestarikan alam, ekowisata juga menekankan pada pemberdayaan ekonomi dan budaya lokalnya.
Nando, bersama dengan teman-temannya di Komunitas Remaja Mandiri mendirikan Ekowisata Detusoko, alias Decotourism.
"Kami mengajak wisatawan untuk menikmati objek wisata Detusoko. Dengan begitu, mereka dapat mengalami sesuatu yang unik dan berinteraksi langsung dengan penduduk setempat,” kata Nando seperti dikutip dari The Jakarta Post.
Nando bekerja sama dengan beberapa kelompok tani di kecamatan itu untuk menggabungkan pertanian dan pariwisata, serta dengan penduduk yang menyediakan rumah mereka sebagai penginapan. Dia juga memfasilitasi kaum muda untuk mendapatkan beasiswa untuk belajar pariwisata.
Sebagai hal yang dapat mengingatkan kepada Detusoko, wisatawan dapat membeli produk lokal sebagai oleh-oleh, seperti kopi, selai kacang, selai jeruk, dan cabai.
Untuk upaya komunitasnya, Nando sering diundang untuk berbicara dan berpartisipasi di forum nasional dan internasional, termasuk Kewirausahaan Aktif Warga Inggris dari British Council di Kota Ho Chi Minh, Vietnam, pada Agustus tahun 2018 dan Seoul International Handmade Fair di Seoul, Korea Selatan, pada Mei tahun 2018 lalu.
“Impian saya adalah menginspirasi lebih banyak pemuda untuk kembali ke kampung halaman mereka. Ada begitu banyak potensi yang menunggu untuk ditemukan di desa kami," kata Nando.
"Idealnya, setiap desa dapat memiliki produk yang luar biasa untuk dikelola oleh generasi muda. Saya pikir gerakan ini sangat penting untuk 10 atau 15 tahun ke depan di Nusa Tenggara Timur, sehingga para pemuda tidak akan merasa asing di tanah mereka sendiri," tambahnya.
Kornel Montero, salah satu warga, mengekspresikan kebanggaannya terhadap Nando: "Kami sangat bangga padanya."
Sumber: Jakarta Post
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News