Tiga Model Pembiayaan Jitu bagi Agroindustri Indonesia

Tiga Model Pembiayaan Jitu bagi Agroindustri Indonesia
info gambar utama

Atika Ayuning Tyas, Putri Anisa, dan Deri Siswara, mahasiswa dari Departemen Ilmu Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (FEM IPB), menggagas model Lembaga Keuangan Syariah (LKS) berbasis sustainable financing bagi pembangunan agroindustri di Indonesia.

Gagasan tersebut berhasil menyabet juara 1 Call for Paper National Student Conference on Islamic Economics di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Senin (25/3).

Latar belakang munculnya gagasan ini berawal dari besarnya peluang Indonesia dalam perdagangan agroindustri. Indonesia sebagai negara yang subur akan hasil pertanian memiliki peluang untuk menguasai perdagangan global produk agroindustri.

Namun keunggulan tersebut tidak berbanding lurus dengan daya saing Indonesia di kancah internasional khususnya Asia Pasifik.

Menurut Atika, produk agroindustri Indonesia masih lemah, bahkan sampai di bawah negara kecil seperti Thailand, Vietnam dan Singapura. Pembuatan produk agroindustri yang berkelanjutan (sustainable product) merupakan jawaban bagi permasalahan tersebut.

“Hal itu dikarenakan permintaan global produk berkelanjutan semakin meningkat setiap tahunnya, yang dapat menjadi pasar bagi produk agroindustri Indonesia. Cara membangun produk agroindustri berkelanjutan di Indonesia adalah dengan dorongan pembiayaan yang berkelanjutan atau sustainable financing,” papar Atika.

Ada relevansi prinsip sustainable dalam Lembaga Keuangan Syariah (LKS) yaitu triple bottom P (Profit, People, Planet), sehingga Atika dan tim merumuskan model pembiayaan yang dapat dilakukan oleh LKS untuk sektor agroindustri.

Inovasi tiga model pembiayaan berkelanjutan yang digagas yaitu pembiayaan proyek pengolahan limbah, Pembiayaan Pengembangan Energi Nabati, dan Revitalisasi Perkebunan (PPEN-RP), dan pembiayan wakaf produktif agroindustri.

Manfaat dari gagasan tersebut adalah dapat meningkatkan inklusi dan market share keuangan syariah, serta pengadaan sustainable product dan halal product sebagai ciri khas pembiayaan syariah.

“Alhamdulillah senang, bersyukur bisa mencapai prestasi ini. Sebenarnya proses itu yang membentuk, hasil dan penghargaan bukan satu-satunya yang diharapkan, itu merupakan bonus dari sebuah proses. Yang terpenting adalah proses mendapat pengalaman dan pembelajaran,” imbuh Atika.

Atika juga berharap gagasannya dan tim dapat benar-benar diaplikasikan dan dapat memajukan agroindustri Indonesia. (MRT/Zul)


Sumber: https://ipb.ac.id

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini