Perempuan Penulis di Indonesia, Siapa Dia?

Perempuan Penulis di Indonesia, Siapa Dia?
info gambar utama

Saya baru mengenal R.A. Kartini sebagai perempuan yang sudah mau menuliskan ‘gundah gulananya’. Ada beberapa perempuan yang mendedikasikan hidupnya untuk menulis. Seberapa menarik dunia menulis bagi perempuan?

Sesuai kodratnya, peran perempuan merupakan sumber informasi bagaimana mendidik, mengasuh, serta mengasihi anak keturunannya. Kalau pun perempuan tidak diberi kesempatan mempunyai keturunan, tetap telah menitis perilaku dan sikap bagaimana menjadi seorang perempuan

Bahwa perempuan menjadi sumber informasi bekal kehidupan bagi anak-anaknya, adalah fakta

Bahkan perempuan mendapat "tugas mulia" sebagai sosok yang mengandung, melahirkan, menyusui, mengasihi, mendidik, dan melindungi buah hatinya, serta menjadi wahana belajar kehidupan sepanjang masa.

Begitu mulianya peran seorang perempuan yang bisa dipanggil sayang dengan sebutan ibu, mama, simbok, ummi, atau mami.

Lalu bagaimana sosok perempuan yang mau menulis, sempat menulis, bahkan menjadi penulis? Siapakah mereka, adakah sosok perempuan penulis di Indonesia?

Perempuan yang penulis, apakah hanya berkutat dengan aktivitas menulisnya, sehingga abai akan kodratnya?

Mereka, perempuan penulis

Tak kenal maka tak sayang, begitulah biasanya kita mengawali perkenalan. Berkenalan dengan para perempuan penulis sungguh mengasyikkan. Walau hanya lewat dunia maya.

Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin, lebih dikenal sebagai Nh. Dini. Mengenal nama beliau semasa perkuliahan di jurusan sastra sebuah universitas. Waktu itu salah seorang dosen menceritakan perihal jati diri dan karyanya. Novel Nh. Dini yang melejit yaitu Pada Sebuah Kapal.

Mira Widjaja, lebih akrab dengan nama pena Mira W. Beliau berprofesi sebagai dokter. Novelnya yang berhasil memopulerkan namanya yakni Di Sini Cinta Pertama Kali Bersemi yang terbit pada tahun 1980, bahkan diadaptasi menjadi sebuah film pada tahun yang sama.

Asma Nadia, sosok perempuan berhijab yang karyanya telah diangkat menjadi karya sinematografi, seperti: Assalamualaikum, Beijing!; Surga yang Tak Dirindukan; Emak Ingin Naik Haji: Cinta Hingga Tanah Suci; Jendela Rara; dan Catatan Hati Seorang Istri.

Justina Ayu Utami, perempuan aktivis jurnalis dan sastrawan berkebangsaan Indonesia ini menamatkan pendidikan di Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Novel Ayu yang pertama berjudul Saman. Ayu memiliki latar belakang yang sama dengan N.H. Dini yaitu mendukung penuh gerakan-gerakan feminisme.

Dewi Lestari Simangunsong, perempuan yang pada awalnya dikenal dalam olah vokal ternyata memiliki kemampuan terpendam sebagai penulis lewat karya-karyanya yang layak untuk dinikmati lintas generasi.

Dee Lestari, dikenal oleh masyarakat sebagai anggota trio vokal Rida Sita Dewi. Dee sudah giat menulis selama ia berprofesi sebagai penyanyi, tetapi baru dikenal sebagai penulis sejak berhasil menerbitkan novel pertamanya yang berjudul Supernova: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh.

Perempuan penulis dan Indonesia

Berdasarkan kutipan di atas, dapat diambil beberapa hikmah bahwa kodrat seorang perempuan juga mempunyai potensi yang apabila dikembangkan serta dilatih akan menjadi potensi luar biasa. Contohnya sebagaimana kutipan tersebut.

Lalu bagaimana sosok perempuan yang mau menulis, sempat menulis, bahkan menjadi penulis? Hal ini sangat bergantung kepada usaha dan niat kuat yang ada pada diri tiap perempuan. Apalagi jikalau potensi yang ada dikembangkan menjadi hal yang manfaat, dan dibagikan.

Misalnya, potensi menulis. Kemampuan menulis yang dimiliki layak ditindaklanjuti dengan aktivitas yang kreatif dan manfaat bagi banyak orang. Sosok yang saya kenal seperti Indari Mastuti dengan berbagai aktivitasnya yang kreatif mampu menjadikan dirinya perempuan penulis sekaligus pebisnis di bidang penulisan.

Model bisnis nulis yang kreatif dan masih sedikit yang menekuni. Tanpa mengurangi peran sebagai sosok ibu rumah tangga, perempuan penulis ini menjalankan bisnis penulisan dari rumah, dan terus menghasilkan karya-karyanya dari rumah.

Rumah sebagai tempat tinggal sekaligus kantor menjadi pusat kegiatannya dalam nulis dan bisnis.

Inilah sosok perempuan penulis di negeri tercinta Indonesia yang layak dijadikan contoh, bahwa seorang perempuan bisa mengembangkan potensi dirinya dengan niat dan usaha keras tanpa kenal lelah dan terus belajar memperbaiki diri.

Wahai perempuan Indonesia, mari bergandeng tangan berjejaring dan berbagi untuk manfaat semua umat. Tiada kata terlambat jika kita mau berusaha dan terus belajar menggali potensi diri.

Perempuan penulis akan terus lahir sesuai potensi diri yang dimiliki dan dikembangkan. Belajar, dan terus belajar. Belajar bisa dilakukan mana saja, kapan saja (bukan ngiklan). Sarana belajar bisa melalui buku bacaan, perpustakaan, mentor, ikut training, atau belajar di sekolah formal.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

TH
AI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini