Beragam "Kesaktian" Kue Apem

Beragam "Kesaktian" Kue Apem
info gambar utama

Indonesia kaya akan tradisi-tradisi kepercayaan agama yang masih dilestarikan hingga saat ini, terutama masyarakat pada Jawa. Tradisi masyarakat Jawa khususnya kaum muslim yang masih ada hingga saat ini yaitu kegiatan syukuran atau kenduri, tahlilan, dan megengan.

Tradisi Megengan di Dusun Gambyak l Sumber: keraskulon.ngawikab.id
info gambar

Kegiatan syukuran atau yang biasa disebut kenduri di Pulau Jawa sangat beragam, antara lain syukuran setelah melahirkan, syukuran hari lahir dalam perhitungan kalender Jawa, dan syukuran hasil panen atau yang biasa disebut sedekah bumi. Kegiatan syukuran dilakukan sebagai bentuk rasa terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia yang telah diberikan.

Tahlilan, merupakan kegiatan mengirimkan doa bagi orang yang sudah meninggal. Kegiatan ini biasanya dilakukan selama 7 hari mulai dari dikuburkannya orang tersebut. Tahlilan juga dilakukan pada hari ke 40, hari ke 100, dan hari ke 1000.

Megengan, tradisi masyarakat Jawa yang dilakukan dalam rangka menyambut bulan Ramadan. Megengan dalam bahasa Jawa memiliki arti “Menahan”. Ini merupakan peringatan bahwa sebentar lagi akan memasuki bulan Ramadan, yaitu bulan dimana umat islam diwajibkan berpuasa. Kegiatan megengan ini sendiri dapat berupa mengadakan syukuran di masjid dan berziarah ke makam kerabat yang sudah meninggal.

Beberapa kegiatan keagamaan di atas selalu menyertakan aneka jenis makanan sebagai syarat dilaksanakannya tradisi tersebut.

Kue Apem l Sumber: pinterest.com
info gambar

Kue Apem yang terbuat dari tepung beras ini merupakan kue tradisional yang telah banyak dikenal masyarakat khususnya di Pulau Jawa. Kue Apem biasanya dapat ditemui di berbagai acara keagamaan.

Kue ini memiliki bahan dasar tepung beras yang didiamkan semalaman, dicampurkan telur, santan, gula, tape, serta sedikit garam. Kue Apem memiliki bentuk lingkaran yang tebal.

Dilansir dari fimela.com, terdapat juga sejarah yang mengatakan bahwa kue ini bermula dari Ki Ageng Gribig keturunan Prabu Brawijaya yang kembali dari perjalanan ke tanah suci dengan membawa kue Apem. Kue ini kemudian dibagikan ke masyarakat dan akhirnya menjadi budaya dan kebiasaan di saat syukuran.

Istilah apem sendiri berasal dari bahasa Arab, Afuan/Afuwwun, yang memiliki arti “Ampun”. Namun, masyarakat jawa menyederhanakan nama tersebut menjadi “Apem”.

Tradisi Gerebek Apem l Sumber: detiknews.com
info gambar

Kue Apem merupakan makanan yang selalu dan wajib ada dalam kegiatan tradisi keagamaan. Masyarakat mempercayai bahwa apem sebagai makanan yang memiliki fungsi sebagai tolak bala dan memohon ampun. Maka dari itu, tidak heran jika Kue Apem selalu dijumpai di setiap tradisi-tradisi tersebut.

Dalam tradisi sedekah bumi, apem digunakan sebagai makanan yang memiliki arti sebagai tolak bala., sedangkan dalam tradisi tahlilan Kue Apem memiliki arti sebagai permohonan maaf akan dosa yang dilakukan oleh kerabat yang sudah meninggal.

Tak hanya pada tradisi umat Islam di Jawa saja. Namun, Kue Apem juga digunakan sebagai salah satu makanan sesaji bagi umat Hindu. Memiliki arti yang sama dengan tradisi umat islam, kue apem juga memiliki arti sebagai tolak bala dan permohonan maaf.

Kue Apem juga dimaknai sebagai kue kebersamaan, karena kue ini tersedia hanya pada acara tradisi yang melibatkan banyak orang, sehingga kue ini disebut sebagai kue kebersamaan.

Kue apem sendiri biasanya dijual di pasar sekitar namun ada juga yang memilih untuk membuat sendiri kue tersebut. Kue ini juga hanya dapat dijumpai pada saat menjelang dilaksanakan tradisi tersebut.

Catatan kaki: kompasiana.com l fimela.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AP
AI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini