Nasi Boran, Si Kaki Besar Khas Lamongan

Nasi Boran, Si Kaki Besar Khas Lamongan
info gambar utama

Cerita dari seorang luar Lamongan. Saat itu kunjungan pertamanya di Lamongan. Toko oleh-oleh wingko Babad, restoran soto Lamongan menghiasi perjalanan. Katanya bikin perut keroncongan. Namun dia kemudian menemukan sekitar dua sampai tiga ibu-ibu berjajar di depan Plaza Lamongan.

Lebih tepatnya jalan Panglima sudirman atau biasa dikenal orang-orang “Ndapur”. Menjual nasi dengan berbagai lauk. “itu nasi boran,” kataku, “ha?” tanggapnya.

“Nasi boran itu makanan khas Lamongan, baru tahu kan?”

Nasi Boran merupakan makanan yang sangat mudah dijumpai di Lamongan. Ketika memasuki Lamongan seperti di depan Plaza Lamongan, bersanding dengan bapak-bapak becak, ibu-ibu tersebut berjualan.

Boran merupakan nama lain dari tempat nasi yang terbuat dari bambu. Boran sendiri memiliki makna yakni ran (kaki) dan bo (besar). Penjual akan menggendong boran dengan selendang. Kadang berkeliling dan lebih banyak berjualan di pinggir jalan.

Bumbu khas Nasi Boran | Sumber: Hamzah/Kompas.com
info gambar

Bumbu yang khas dengan warna oranye kemerah-merahan dan pedas, dilengkapi dengan lauk-pauk yang bisa dipilih sesuai selera. Ada ikan sili, bandeng, khutuk (gabus), pilih ayam juga bisa, telur dadar, telur asin, tahu dan tempe. Ditambah empuk (gorengan tepung), rempeyek kacang atau udang, krawu (urap-urap sayur), srundeng dan tentunya bumbu.

Kemudian dipincuk dengan menggunakan kertas minyak dan daun pisang, nasi boran siap dihidangkan. Lebih nikmat jika sambil lesehan.

Satu porsi nasi boran | Sumber: Travelingyuk.com
info gambar

Kisaran harga mulai dari Rp. 10.000 - Rp. 20.000 bergantung ikan atau lauk yang dipilih, tetapi komponen seperti empuk, rempeyek, dan krawu serta bumbu adalah komponen wajib. Terkadang pedagang juga menambahkan plethuk, terbuat dari nasi kering yang dihaluskan kemudian digoreng dan diberi bumbu agar gurih. Nama plethuk diambil dari suaranya ketika dikunyah “pletuk pletuk”.

Walaupun mudah dijumpai di Lamongan, ternyata nasi boran masih belum begitu dikenal di luar Lamongan. Tidak seperti soto lamongan dan wingko Babad.

Pada tahun 1944 hanya ada satu penjual nasi boran yang berjualan di perempatan kampung Rangge Royo. Barulah pada tahun 1945 mulai ada perkembangan dua sampai tiga penjual nasi boran di tempat yang sama. Penjual-penjual nasi boran di awal kemunculannya tersebut berasal dari Dusun Kaotan, Desa Sumberejo, Kecamatan Lamongan, Kabupaten Lamongan.

Berasal dari keluarga Yuk Ponah yang juga berasal dari dusun Kaotan. Menurut Zamzam (2014) salah satu penyebab nasi boran belum dikenal oleh masyarakat luar Lamongan karena dusun Kaotan tidak memiliki karakter perantau seperti penjual Soto dan Tahu Campur yang banyak dijumpai di luar kota, karena itulah nasi boran belum banyak dikenal.

Para penjual nasi boran di generasi kedua pada tahun 1945 masih memiliki hubungan saudara seperti Yuk Sri, Yuk Tun, dan Yuk Asli. Mereka adalah saudara Yuk Ponah, penjual nasi boran generasi pertama, Dari dusun Kaotan kemudian nasi boran juga berkembang ke desa Sawo. Masuk pada generasi ketiga, nasi boran dikembangkan oleh Mak Jiah, Mak Nah, dan Mak Tri.

Dusun Kaotan juga mempertahankan tata cara masak mereka dengan menggunakan kayu bakar. Ikan sili yang menjadi salah satu ciri khas nasi boran juga berusaha dipertahankan. Ikan sili sendiri termasuk dalam ikan yang sudah susah dijumpai di Lamongan dan harganya juga lebih mahal dari daging ayam.

Pada tahun 2018, Bupati Lamongan, yaitu H. Fadeli sempat mengungkapkan akan mematenkan nasi boran agar tidak diakui oleh kabupaten lain. Pengenalan nasi boran ke luar Lamongan juga sudah dilakukan sejak dahulu. Pada tahun 1993, nasi boran disajjikan dalam acara halal bihalal PUALAM (Putra Asli Lamongan) di Jakarta dengan 5.600 anggota yang datang.

Oh ya, nasi boran juga memiliki tarian lho. Namanya tari boran. Menggambarkan suasana bagaimanakah pedagang nasi boran berjualan. Melalui gerak tari dan ekspresi wajah mereka mengeskpresikan.

Tentunya tidak lupa dengan properti boran dan selendangnya. Tari boran yang diciptakan pada tahun 2006 tersebut meraih banyak sekali penghargaan.

Nasi boran menjadi sesuatu yang dirindukan jika sedang merantau ke luar kota. Jika sebelum merantau sudah bosan menyantap boranan maka ketika merantau akan terasa rindu untuk menyantap. Apalagi kalau bersama keluarga dan teman-teman.

Bagaimana, sudah tergambar mengenai apa itu nasi boran?

Mari kunjungi Lamongan dan dicoba.

Saya sedang rindu nasi boran sekarang.

Catatn Kaki:

sindonews.com | unesa.ac.id | uinsby.ac.id

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

KM
AI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini