Mahakam Ulu Tawarkan Pengembangan Potensi Energi Terbarukan

Mahakam Ulu Tawarkan Pengembangan Potensi Energi Terbarukan
info gambar utama

Bupati Mahakam Ulu, Bonifisius Belawan Geh, didampingi Ketua DPRD Mahakam Ulu, Novita Bulan dan jajaran Pemerintah Kabupatan Mahakam Ulu mempresentasikan kondisi infrastruktur Kabupaten Mahakam Ulu, terutama infratstruktur energi kepada jajaran pejabat tinggi di lingkungan Badan Litbang ESDM (25/6).

Kepala Badan Litbang ESDM dan Bupati Mahakam Ulu. (ER)

Belawan Geh menjelaskan kondisi infrastruktur Kabupaten Mahakam Ulu sangat tertinggal dibandingkan kota lainnya di Kalimantan Timur. Kondisi geografisnya didominasi pegunungan, bahkan sebagian besar wilayahnya sulit dijangkau.

Sebaran permukiman relatif jauh dari sumber energi, sehingga pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) menjadi sumber energi listrik utama. Subsidi energi masih menjadi beban akibat kemampuan daya beli masyarakat yang rendah.

Potensi energinya cukup besar, baik energi fosil maupun terbarukan. Namun ini masih dianggap sebagai kebutuhan infrastruktur dan belum dijadikan sebagai komoditi.

Investasi bidang kelistrikan juga belum ada dan kepastian hukum untuk investasi juga belum diatur. Di sisi lain manajemen pengelolaan kelistrikan desa masih belum maksimal.

Kepala Badan Litbang ESDM, Dadan Kusdiana, menyampaikan Badan Litbang ESDM akan membantu memfasilitasi Pemerintah Kabupaten Mahakam Ulu dalam menyusun perencanaan energi secara komprehensif, yang berbasis energi bersih dan hijau.

“Badan Litbang ESDM juga akan memberikan pendampingan dalam penyusunan usulan permohonan kepada Kementerian ESDM agar masyarakat Mahakam Ulu bisa mendapatkan program pemberian lampu tenaga surya hemat energi (LTSHE), sumur bor dan pembangunan infrastruktur sektor energi lainnya," tutur Dadan.

Dengan perencanaan yang baik dan komprehensif, Dadan berharap sumber energi yang ada di Mahakam Ulu tidak hanya dimanfaatkan untuk mencukupi kebutuhan energi setempat, tetapi juga dapat menjadi komoditi andalan bagi pendapatan asli daerah (PAD).

Belawan Geh melanjutkan, sebagian besar wilayah Mahakam Wilayah Ulu berada sepanjang aliran sungai, sehingga sering mengalami bencana banjir saat musim hujan. Menurut Belawan, beberapa pembangkit mengalami kerusakan akibat banjir pada 14 Juni 2019, sehingga tidak dapat berfungsi optimal.

“Sudah dua minggu diberlakukan pemadaman bergilir setiap 8 jam setiap harinya,” sambung Belawan Geh.

Sekretaris Kabupaten Mahakam Ulu, Yohanes Avun, menjelaskan rasio elektrifikasi Kabupaten Mahakam Ulu baru 65 persen atau nomor dua terendah di Provinsi Kalimantan Timur.

Masyarakat yang telah menikmati listriknya sebanyak 6.000 KK dan masih ada sekitar 2.260 KK yang belum terlistriki. Dari 50 kampung yang ada, baru 16 kampung terlayani listrik dan 34 kampung lainnya menggunakan sumber-sumber listrik lainnya seperti genset, PLTS dan PLTS komunal.

Beberapa PLTS yang dibangun sudah tidak berfungsi optimal, karena minimnya kemampuan operator dalam merawat PLTS. Praktis pasokan listrik di wilayah 18.515 kilometer persegi ini sangat mengandalkan empat PLTD.

PLTD yang ada saat inipun sudah tua dan biaya operasionalnya pun cukup besar, terutama pengadaan BBM.

“Akibat kondisi geografis yang sulit, terkadang mobilisasi BBM untuk bahan bakar PLTD pun sulit diangkut ke lokasi," sambung Avun.
Sekretaris Daerah Kabupaten Mahakam Ulu. (ER)

Yohanes Avun menjelaskan sungai-sungai di Mahakam Ulu bisa dikembangkan menjadi Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH), bahkan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).

Pemkab Mahakam Ulu sudah melakukan studi kelayakan pembangunan PLT Biomassa, karena potensinya melimpah dan tersebar di lima kecamatan. Sumber utama biomassa adalah limbah sawit dan kayu limbah dari Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Dalam Hutan Alam (IUPHHK-HA) dan Izin Pemanfaatan Kayu (IPK) perkebunan.

Yohanes berharap Badan Litbang ESDM dapat membantu mengkaji dan meneliti beragam sumber energi di kabupaten pemekaran dari Kabupaten Kutai Barat ini

Menanggap defisit kelistrikan yang dialami Kabupaten Mahakam Ulu sebesar 3,75 MW, Dadan menyarankan agar Kabupaten Mahakam Ulu memanfaatkan limbah kelapa sawit sebagai bahan baku PLT Biomassa.

“Kalau di sana ada pabrik kelapa sawit dengan hasil tandan 30 ton, limbah cairnya sudah bisa dipakai”, lanjut Dadan.

Dadan mencontohkan salah satu pemerintah daerah di Riau telah mengoperasikan PLT Biomassa kapasitas 1 MW sejak tahun 2011 dan masih terus beroperasi.

Untuk membangun PLT ini, pemerintah setempat menyediakan tanah seluas 1,3 hektare kepada perusahaan swasta untuk memanfaatkan limbah cair kelapa sawit sebagai bahan baku PLT Biomassa.

Dadan berpendapat rasio elektrifikasi Mahakam Ulu jauh bawah rasio elektrifikasi nasional (98.30 persen), bahkan lebih rendah dari Provinsi Papua (90,47 persen).

Dadan menyarankan agar Pemerintah Kabupaten Mahakam Ulu mengajukan surat permohonan agar Kementerian ESDM dapat mengalokasikan daerahnya sebagai penerima LTSHE, karena program ini diprioritaskan bagi masyarakat yang belum tersambung dengan jaringan tenaga listrik di kawasan perbatasan, daerah tertinggal, daerah terisolir dan pulau terluar.

“Dalam penyediaan LTSHE Kementerian ESDM baru dapat menyusun perencanaan wilayah pendistribusian dan pemasangan LTSHE, setelah berkoordinasi dengan pemerintah daerah”, lanjut Dadan.

Pada kesempatan ini Kepala P3TKEBTKE, Sujatmiko menyampaikan unit yang dipimpinnya dapat membuatkan kajian untuk pembangunan pembangkit listrik tenaga air (PLTA), pembangkit listruk tenaga mikro hidro (PLTMH) maupun PLT Biomassa dari kelapa sawit.

P3TKEBTKE juga dapat membantu menyiapkan kajian untuk pembangunan infrastruktur energi, di antaranya gedung perkantoran yang hemat energi dan smart system hingga pembangunan lampu jalan tenaga surya.

Kepala PPPTMGB “LEMIGAS”, Setyorini Tri Hutami, menyampaikan Pemerintah Kabupaten Mahakam Hulu mungkin dapat mengadopsi penelitian tentang pemanfaatan Aren untuk bioethanol.

PPPTMGB “LEMIGAS” telah membangun reaktor pengolahan bioethanol berkapasitas 100 liter/hari di Kabupaten Boalemo, Provinsi Gorontalo dan menyerahkan bantuan kompor bioethanol kepada 204 Kepala Keluarga (KK) yang tergabung dalam Kelompok Tani Hutan Dusun Mbongo, Boalemo melalui program Pusat Unggulan Iptek DME.

Selain menjadi komoditi gula semut, aren juga dapat diproses menjadi bioethanol sebagai bahan bakar alternatif pengganti LPG skala rumah tangga.

Program ini diharapkan dapat menjawab kelangkaan elpiji sekaligus pemanfaatan energi terbarukan setempat sebagai alternatif bahan bakar gas.(ER)

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

BE
AI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini