Bersama Parongpong, Bikin Bumi Jadi 'Plong'

Bersama Parongpong, Bikin Bumi Jadi 'Plong'
info gambar utama

Parongpong merupakan nama kecamatan yang berada di Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Wilayah ini terkenal dengan wisata bunga, sejalan dengan mata pencaharian penduduknya yakni petani bunga. Luasnya 45,15 kilometer persegi, hingga 2017 tercatat sekitar 113. 211 jiwa/km².

Berkat gagasan dari orang-orang kreatif, membuat Parongpong lebih dari sekadar wilayah dengan banyak taman bunga. Rendy Aditya Wachid (founder) dan Gadis Zahra (co founder), latar belakang Rendy sebagai arsitek ingin membangun habitat atau tempat tinggal yang ideal dan berkelanjutan berbasis lingkungan pada 2020, melalui Parongpong Recycle Center yang didirikan pada 2017.

Logo Parongpong | Sumber: parongpong.com
info gambar

Ia ingin Parongpong memiliki panel surya, perkebunan sendiri, dan sistem pembuangan sampah yang baik. Terinspirasi dari Kamikatsu, satu-satunya desa zero waste yang berlokasi di Jepang. Berawal dari memilah sampah yang dianggap sebagai kebutuhan, penduduk Kamikatsu merasakan manfaatnya.

Rendy ingin Parongpong yang akan menjadi tempat tinggalnya nanti, memiliki habitat yang ramah lingkungan layaknya Kamikatsu. Lalu seiring berjalannya waktu Parongpong bekerja sama dengan Dr. Eng. Pandji Prawisudha ST, M. Beliau adalah Dosen ITB yang merupakan lulusan program doktoral jurusan environmental enginering, dari tangan dan pemikirannya terciptalah mesin hidrotermal.

Dilansir dari situsweb ITB, Pandji menjelaskan bahwa hidrotermal merupakan mesin pengolahan sampah yang konsepnya seperti panci presto. Sampah-sampah yang akan diolah menjadi bahan bakar padat, dicampur dengan air, dan dimasukkan ke dalam reaktor.

Tujuan utama Parongpong ingin menciptakan habitat, selain itu Parongpong memiliki cita-cita supaya teknologi pengolahan sampah mudah diakses oleh publik dan memilah sampah menjadi kebiasaan. Saat ini Parongpong Recycle Center membantu pengelolaan sampah untuk beberapa perusahaan.

Salah satu program yang pernah dilakukan sempat viral, yakni mengumpulkan Alat Peraga Kampanye (APK) yang sudah tak terpakai untuk dijadikan trash bag atau kantong sampah. Rendy merasa jengah dengan banyaknya spanduk kampanye yang dipasang di pinggir jalan dan merasa khawatir akan jadi apa nanti setelah pemilu. Uniknya, ia tidak melihatnya sebagai sampah melainkan bahan baku utama untuk membuat trash bag.

Kantung sampah produksi Parongpong Recycle and Waste Management | Foto: takaitu.id
info gambar

Menurut Gadis saat diwawancarai GNFI, kesuksesan program tersebut karena andil banyak orang. Setelah diunggah pada sosial media banyak yang antusias dengan me-repost kampanye tersebut.

APK yang sudah dikumpulkan, didistribusikan kepada Precious One dijahit. Menariknya para penjahit di sini merupakan kaum disabilitas yang diberdayakan untuk menjahit, sehingga dapat memproduksi karya berkualitas bernilai seni dan ekonomi tinggi.

Trashbag tersebut akan dipakai pada gelaran acara Happiness Festival yang diadakan oleh salah satu produsen popok dan pembalut. Tingginya animo masyarakat membuktikan bahwa masyarakat sebenarnya sangat peduli dengan isu sampah. Bahkan Gadis menuturkan spanduk dari wilayah Cimahi saja terkumpul hingga tiga truk dan ada yang mengirim dari luar pulau Jawa.

Saat ini Parongpong masih fokus membangun habitat melalui infrastruktur dan kegiatan manusia di dalamnya. Parongpong sedang membangun microhouse berukuran 3 x 3 meter yang terbuat dari sampah styrofoam dan recycle center agar semua orang bisa mengakses dan belajar pengolahan sampah.

Sumber: precious-one.com | itb.ac.id | parongpong.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

NC
AI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini