Menyambut Kembali Maskot Ibu Kota yang Sempat Hilang

Menyambut Kembali Maskot Ibu Kota yang Sempat Hilang
info gambar utama

Jakarta ibu kota Indonesia, tempat para pendatang dari penjuru Nusantara yang mengadu nasib. Akulturasi budaya dari para pelancong telah melebur di daerah ini. Namun, kota ini serasa kehilangan jati dirinya di zaman modern.

Tak banyak orang tahu tentang simbol atau maskot DKI jakarta. Salak condet, merupakan maskot ibu kota yang bersanding dengan burung Elang Bondol.

Salak condet sendiri sudah tak banyak ditemukan karena sempitnya lahan di Jakarta, dan kurangnya ruang hijau terbuka untuk penanamannya. Namun, ternyata saat ini ada perkebunan buah salak condet yang terletak di tengah-tengah padatnya ibu kota.

Sejak Jalan Raya Condet menjadi jalan utama yang beraspal, menjadikan wilayah ini sebagai kawasan ramai penduduk yang memicu aktivitas jual beli tanah perkebunan, sehingga harga tanah di kawasan tersebut melambung tinggi.

Warga asli Condet mulai menjual tanah-tanah mereka karena harga jual yang tinggi guna memenuhi kebutuhan. Bagi pembeli lahan, tanah perkebunan dialihfungsikan menjadi bangunan tempat tinggal untuk dijual atau dihuni.

Lokasinya berada di pemukiman penduduk yanng terletak di kawasan Condet, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur. Memang tak nampak, namun Cagar buah condet yangg seluas 3,7 hektare ini merupakan sisa dari perkebunan milik warga setempat yang diserahkan ke Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta.

Kebun buah Condet ini berada di bantaran Sungai Ciliwung, tepatnya di jalan Kayu Manis RT 07 RW 05, Kelurahan Balekambang, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur.

Kebun buah condet | Sumber: indonesia.go.id
info gambar

Bukan tanpa tujuan, warga ingin menjadikan kawasan ini sebagai tempat pelestarian tanaman khas Betawi dan menjadi kawasan hijau di tengah sesaknya ibu kota. Tak hanya salak condet yang ditanam di sini, namun duku condet juga ikut ditanam.

Kawasan Condet pernah ditetapkan sebagai cagar buah-buahan dan cagar budaya Betawi pada tahun 1974, oleh gubernur DKI Jakarta saat itu. Namun, setelah pergantian gubernur dan peraturan, kawasan Condet mulai terlupakan.

Tahun 2004, pemindahan kawasan cagar budaya Betawi dialihkan ke Setu Babakan dan warga Condet mulai menjual kebun-kebunnya. Melihat itu, pemerintah menawarkan pada warga Condet untuk membeli sisa tanah mereka seharga jumlah jual obyek pajak kala itu.

Keputusan tersebut diambil guna menjaga identitas asli suku Betawi yang semakin berkurang dan terancam hilang dikawasan Condet. Diharapkan, generasi selanjutnya bisa tetap mengenal budaya Betawi ini.

Tahun 2016, kawasan cagar buah condet mulai terlihat perkembangan dari sarana dan prasarana penunjang wilayah ini. Pemerintah sedang berupaya menarik perhatian masyarakat DKI Jakarta untuk datang ke salah satu warisan budaya asli Betawi ini.

Maka dari itu kawasan cagar buah condet dilengkapi dengan fasilitas seperti rumah bibit, area pedestrian, kantor pegelolaan, lampu-lampu, dan bangku bagi para pengunjung.

Di kawasan ini, warga juga bisa membeli bibit tanaman salak condet dan duku condet. Cagar buah condet memang membudidayakan buah-buah asli Condet ini dan menjualnya sekitar Rp 35.000 untuk salak condet, dan Rp 60.000 untuk duku condet.

Di sini, pohon-pohon salak dan duku yang sudah berusia 100 tahun masih tetap tumbuh subur dan tetap prduktif panen tiap tahunnya.

Sumber: DhanyInfo
info gambar

Hasil panen dari kawasan ini memang tidak untuk dijual lagi, namun dikerahkan kepada Pemprov DKI Jakarta dan warga sekitar yang turut membantu dalam pengelolaan kebun.

Di area kebun Condet terdapat 2.000 pohon salak condet dan dan 250 pohon duku condet yang tumbuh di kawasan ini. Kekayaan khas betawi ini diharapkan menjadi cagar sejarah yang tetap lestari.

Tak hanya salak dan duku, kawasan cagar buah condet juga ditanami berbagai tanaman, seperti pohon gandaria, kopi, kokosan, buni, kapuk, menteng, lowa, aren, buni, cimpedak, rambutan, manga, belimbing, kelengkeng, durian, mahkota dewa, markisa, bacang, sawo, dan lain-lain.


Catatan kaki: indonesia.go.id

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

KN
AI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini