Naik Suroboyo Bus Bayar Pakai Sampah Plastik. Hal Baik atau Sekadar Gimmick?

Naik Suroboyo Bus Bayar Pakai Sampah Plastik. Hal Baik atau Sekadar Gimmick?
info gambar utama

Kalau teman-teman adalah orang Surabaya atau pernah berkunjung ke Surabaya, pasti mengerti guyonan kalau jarak Surabaya dengan matahari hanya sejengkal.

Atau candaan bahwa Surabaya adem'e cuma di dalam minimarket saja, alias panas'e ora umum atau panasnya nggak wajar.

Kini ada satu tempat lagi yang bisa mengurangi rasa gerah di Surabaya, yaitu di dalam Suroboyo Bus. Transportasi umum primadona ini sempat menghebohkan masyarakat Indonesia hingga dunia, lho.

Bus dengan berbagai inovasi serta kemudahan akses yang ditawarkan ini membawa Surabaya mendapatkan penghargaan Guangzhou Award di tahun 2018 sebagai kota terbaik di dunia.

Surabaya dinilai memiliki inovasi dan program pembangunan kota yang baik. Mulai dari perawatan situs pariwisata, membuat taman, hingga si jago merah, Suroboyo Bus.

Fitur Suroboyo Bus yang fenomenal | Sumber: Instagram
info gambar

Beberapa fasilitas yang bisa dinikmati yaitu pembagian kursi khusus untuk wanita dan lansia. Selain itu juga ada tombol darurat ketika penumpang mendapatkan pelecehan atau ancaman dari penumpang lain.

Bus ini juga terintegrasi oleh aplikasi yang bernama Gobis (Golek Bis). Aplikasi ini memudahkan penumpang untuk mengetahui lokasi bus dan mendapat estimasi waktu kedatangan.

Beberapa minggu kemarin pun Suroboyo Bus juga menambahkan fitur baru yaitu alat untuk meletakkan sepeda angin.

Mungkin kalau dilihat-lihat fasilitas bus seperti ini sudah diterapkan terlebih dahulu oleh negara-negara maju, namun satu fasilitas yang dipelopori oleh Pemerintah Kota Surabaya adalah sistem pembayaran bus yang menggunakan sampah plastik.

Tampilan aplikasi Gobis | Sumber: apkpure
info gambar

Ya, sampah plastik!

Cukup membawa antara tiga botol plastik bekas berukuran besar, atau lima botol plastik bekas berukuran sedang, atau sepuluh gelas plastik bekas, teman-teman sudah bisa jalan-jalan keliling Surabaya selama dua jam.

Sampah plastik yang sudah terkumpul ini kemudian dibawa ke pusat daur ulang di daerah Rungkut, Surabaya.

Inovasi ini dianggap dapat mengurangi sampah plastik di Surabaya yang mencapai hingga 400 ton per hari.

Namun saya berpikir, bukankah petugas tidak ada yang tahu bahwa botol plastik yang dibawa ini hasil daur ulang atau bukan?

Penukaran sampah plastik menjadi tiket | SUmber: Primaradio
info gambar

Misalkan kalau saya kepepet mau pergi naik bus, tapi saya tidak punya sampah plastik saat itu, daripada saya harus susah-susah mengorek tong sampah, mending saya beli saja minuman kemasan lalu saya habiskan.

Kalau misal tidak hanya saya yang berpikir seperti itu, bukankah jumlah sampah plastik di Surabaya sama saja atau mungkin bertambah?

Lalu saya menyadari bahwa Pemerintah Kota Surabaya bukan sekadar membuat Suroboyo Bus sebagai langkah untuk mengurangi sampah plastik saja.

Justru lebih dari itu, bus ini dibuat sistem pembayaran seperti ini agar mampu mengubah kebiasaan masyarakat Surabaya untuk "berlatih" menghargai sampah plastik.

Menyadari bahwa sampah plastik masih bisa berguna dan tidak untuk dibuang begitu saja, sehingga masyarakat Surabaya dapat bertanggung jawab atas sampah yang mereka hasilkan.

Petugas Suroboyo Bus mungkin tidak mengetahui botol plastik yang kita bawa sampah atau bukan, namun mengubah kebiasaan merupakan komitmen diri sendiri, bukan tentang ketahuan petugas atau tidak.

Siap mencoba?


Catatan kaki: BBC Indonesia | Jawapos

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

NG
AI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini