Inovasi Anak Bangsa Sabet Penghargaan Google Science Fair

Inovasi Anak Bangsa Sabet Penghargaan Google Science Fair
info gambar utama

Google Science Fair merupakan ajang untuk para pelajar menyalurkan rasa ingin tahu dan kecerdasan mereka dalam menemukan, menyusun, atau membangun solusi tentang hal yang mereka minati.

Permasalahan yang diatasi datang dari berbagai bidang keberlanjutan, kesehatan, keamanan, dan aksesibilitas.

Kabar baik sekaligus membanggakan datang dari seorang anak bangsa, Celestine Wenardy. Perempuan yang masih berumur 16 tahun dan berstatus pelajar ini berhasil menjadi salah satu dari lima penerima penghargaan di ajang Google Science Fair 2019.

Ia berhasil mengembangkan alat glukometer non-invasif yang mengantarkannya sebagai pemenang Virgin Galactic Pioneer Award.

Celestine Wenardy meraih Virgin Galactic Pioneer Award | Foto: Google Indonesia
info gambar

Tak hanya meraih penghargaan, Celestine juga berhak mendapatkan beasiswa pendidikan sebesar USD 15.000 (sekitar Rp 211,8 juta), mengunjungi kantor pusat Virgin Galactic, dan berkesempatan bertemu mentor teknik dari Virgin Galactic selama satu tahun.

Metode interferometri dan teknologi thermal diterapkan dalam alat glukometer yang digagasnya. Digunakannya metode dan teknologi tersebut membuat alat glukometer buatan Celestina mampu mengukur konsentrasi kadar gula dalam darah tanpa harus melalui pegambilan sampel darah.

Inovasi tersebut penting karena mengingat fakta bahwa tidak sedikit masyarakat Indonesia, khususnya di pedalaman, yang masih segan dengan jarum suntik.

Glukometer ini bisa dibilang akurat karena mencapai koefisien determinasi 0,843 dengan harga sekitar USD 63 (setara Rp 890 ribu). Harga tersebut jauh lebih murah jika dibandingkan dengan glukometer invasif yang tersedia di pasar dengan harga mencapai USD 1.000 (sekitar Rp 14,1 juta).

Celestine Wenardy menjelaskan proyek alat glukometer non-invasif | Foto: Google Indonesia
info gambar

Celestine berharap alat glukometer buatannya dapat menjadi alternatif bagi masyarakat luas dalam mencegah atau mengobati penyakit yang dapat dideteksi melalui darah, dan dapat menjawab beberapa kendala isu diabetes yang ada di Indoenesia, karena harganya yang lebih murah dan lebih mudah penggunaannya.

Jika dikembangkan dengan baik, alat glukometer ini diharapkan dapat menurunkan angka kasus diabetes (berdasarkan data Internasional Diabetes Federation tahun 2017 mencapai 10 juta kasus), serta dapat memangkas kerugian akibat diabetes (Data Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) meningkat menjadi 322.820 kasus dengan pembiayaan Rp 1, 877 Triliun pada 2017).

Berikut adalah kelima pelajar penerima penghargaan:

  • Hadiah Utama: Fionn Ferreira - Pelajar dari West Cork, Irlandia yang ingin membantu menyelamatkan laut dengan metode penyaringan pada satu waktu.
  • Virgin Galactic Pioneer Award: Celestine Wenardy - Seorang siswa dari Indonesia yang mencari cara non-invasif untuk menguji kadar gula darah.
  • Scientific American Innovator Award: Tuan Dolmen - Pelajar yang menggemari sains asal Turki menemukan cara untuk memanfaatkan energi dari getaran pohon.
  • National Geographic Explorer Award: Aman KA dan AU Nachiketh - Dua ilmuwan muda dari India yang menemukan cara ramah lingkungan untuk menggumpalkan karet.
  • Lego Education Builder Award: Daniel Kazanstev - Seorang siswa dari Rusia yang ingin menemukan cara untuk membantu penderita gangguan pendengaran agar dapat berkomunikasi dengan lingkungan sekitar.**

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

NC
AI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini