Tembang Macapat merupakan bagian dari sastra Jawa klasik dan memiliki peran penting dalam tradisi kebudayaan Jawa, terutama dalam seni vokal dan pementasan gamelan.
Kepopuleran Tembang Macapat ini juga sudah diakui oleh dunia. Tahun 2009 lalu, UNESCO mencatat Tembang Macapat sebagai Warisan Budaya Lisan dan Tak benda Dunia. Prestasi yang sangat luar biasa bagi Indonesia.
Ciri utama dari Tembang Macapat adalah penggunaan pola metrik yang khas, di mana setiap baris puisi memiliki jumlah suku kata tertentu. Tembang Macapat memiliki ritme dan irama yang unik, karena memiliki jumlah suku kata yang berbeda-beda.
Sejarah Tembang Macapat
Berdasarkan catatan sejarah yang dikutip dari buku Macapat Tembang Jawa Indah dan Kaya Makna terbitan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Tembang Macapat berkembang pada sekitar abad ke-9 hingga ke-15.
Ada pendapat yang mengatakan bahwa Macapat diciptakan oleh Prabu Banjaransari atau Prabu Dewa Wisesa di Sigaluh pada 1279 Masehi. Penciptaannya ditujukan sebagai salah satu cara untuk menyebarkan ajaran-ajaran Hindu - Budha kepada masyarakat, terutama melalui bentuk puisi yang mudah diingat dan diwariskan secara lisan.
Tapi dalam versi lainnya, Tembang Macapat juga diyakini disebarkan dan dipopulerkan oleh para Wali Songo, para ulama dan sufi yang menyebarkan agama Islam di wilayah Jawa. Meskipun Tembang Macapat telah ada sebelum kedatangan Islam di Jawa, para Wali Songo memberikan kontribusi penting dalam melestarikan, mengembangkan, dan mengaitkannya dengan ajaran Islam.
Dalam konteks Tembang Macapat, para Wali Songo menggubah tembang-tembang dengan pola metrik dan ritmis yang sudah ada, tetapi kontennya disesuaikan dengan pesan-pesan Islam. Proses ini menjadikan Tembang Macapat sebagai alat dakwah yang kuat dan efektif dalam menyebarkan Islam di kalangan masyarakat Jawa.
Urutan 11 Jenis Tembang Macapat
Keunikan Tembang Macapat sebagai kesenian Jawa memiliki banyak jenis. Dalam tradisi sastra Jawa terdapat sebelas jenis Tembang Macapat yang diakui. Setiap jenis Tembang Macapat memiliki ciri khas dan tujuan penggunaan yang berbeda, tetapi semuanya memiliki struktur yang indah dan irama yang khas yang dibagi berdasarkan Guru Gatra.
Sedangkan syair di dalamnya merupakan makna filosofis yang menceritakan tentang kehidupan manusia. Sesuai dengan tujuan penciptaannya yang digunakan untuk mengajarkan nilai moral, etika, dan spiritualitas
Berikut penjelasan singkat dari 11 jenis Tembang Macapat berdasarkan urutan, watak dam makna filosofinya tiap-tiap tembangnya :
Maskumambang
Maskumambang memiliki guru gatra dengan pola 7 suku kata per baris yang dipecah menjadi 2-3-2. Watak tembang ini adalah nelangsa.
Filosofi tembang ini menggambarkan kehidupan manusia ketika ada di dalam kandungan. “Mas” berarti belum mengetahui jenis kelamin jabang bayi tersebut, sedangkan Kumambang berarti hidup yang mengambang dalam rahim ibunya.
Mijil
Tembang Mijil memiliki 8 gatra yang dipecah menjadi 2 - 3 - 3 . Watak tembang ini adalah prihatin. Menceritakan tentang cerita manusia ketika mereka baru dilahirkan atau masih bayi.
Sinom
Guru gatra tembang ini berpola 4 suku kata per baris yang dipecah menjadi 2-2, wataknya bersahaja. Dalam tembang ini banyak nasihat yang disampaikan, karena memiliki makna pembelajaran ketika manusia sedang bertumbuh menuju dewasa.
Kinanthi
Kinanti berpola 9 suku kata per baris yang dipecah menjadi 3-3-3. Ini menciptakan irama yang ritmis dan seimbang. Seperti wataknya yang menggambarkan keseimbangan.
Tembang Kinanthi memiliki makna “Kanthi” yang artinya dituntun untuk menjalani hidup di dunia. Dalam tembang ini diajarkan mengenai sopan santun, ketaatan dan ibadah kepada Tuhan YME.
Asmaradana
Memiliki pola 12 suku kata per baris yang dipecah menjadi 4-4-4. Melambangkan keindahan cinta. Sesuai dengan wataknya kasih sayang / welas asih. Digunakan untuk menggambarkan perasaan cinta dan asmara, serta menciptakan suasana romantis.
Gambuh
Tembang Macapat Gambuh memiliki guru gatra dengan pola 6 suku kata per baris yang dipecah menjadi 2-2-2 dan wataknya terang. Biasanya digunakan untuk menggambarkan cerita ketika 2 pasang manusia sudah saling mencintai dan mengikat suci hubungan mereka dalam pernikahan
Dhandhanggula
Tembang Dhandhanggula memiliki guru gatra dengan pola 8 suku kata per baris yang dipecah menjadi 3-3-2. Pola ini memberikan kesan irama yang beragam. Tembang ini berwatak sejahtera. Biasanya digunakan untuk mengungkapkan nasihat, dan ajaran kehidupan dalam berumah tangga.
Durma
Durma memiliki guru gatra dengan pola 7 suku kata per baris yang dipecah menjadi 2-2-3. wataknya muring / dendam. Berasal dari kata Dharma yang artinya bakti. Dalam tembang ini, manusia diajarkan untuk senantiasa hidup beriringan, saling berbagi dan menghindari permusuhan.
Pangkur
Pangkur memiliki pola 10 suku kata per baris yang dipecah menjadi 4-3-3. Sedangkan wataknya tegang. Mengajarkan bahwa manusia hidup harus bisa menahan hawa nafsu. Agar terhindar dari malapetaka.
Megatruh
Pola 11 suku kata per baris yang dipecah menjadi 3-3-3-2. Pola ini menciptakan irama yang panjang dan berbobot. wataknya sendiri ialah bersahaja. Berasal dari kalimat “Megat” dan “Roh” yang artinya meninggal. Saat dimana manusia kembali pada sang pencipta dan meninggalkan Rohnya yang ada di dunia.
Pocung
Tembang Macapat Pocung memiliki guru gatra dengan pola 4 suku kata per baris yang dipecah menjadi 2-2. Pola ini menciptakan irama yang sederhana dan lugas.
Ini adalah tembang Macapat yang terakhir, wataknya bahagia, penuh suka cita. Dimana mencerminkan puncak dari keseluruhan hidup manusia. Bahwa ketika meninggal, hanya doa dan amalan lah yang dibawa. Bukan harta benda.
Meskipun tidak termasuk pada muatan lokal yang diajarkan di sekolah, tembang Macapat tetap hidup melalui berbagai upacara adat, upacara keagamaan, pertunjukan seni, dan pengajaran informal.
Beberapa universitas yang menerima pertukaran mahasiswa asing di Jawa masih menggunakan tembang Macapat sebagai salah satu mata ujian. Bahkan menjadi objek studi akademis di bidang sastra, etnomusikologi, dan antropologi.
Beberapa penyair dan seniman Jawa modern berusaha untuk mengembangkan Tembang Macapat dengan cara yang inovatif. Mereka menciptakan puisi yang menggunakan prinsip-prinsip Tembang Macapat, tetapi dengan tema dan pesan yang lebih kontemporer.
Referensi :
https://id.wikipedia.org/wiki/Macapat
https://beritadiy.pikiran-rakyat.com/pendidikan/pr-702038347/11-nama-nama-tembang-macapat-lengkap-dengan-pengertian-dan-maknanya
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2019/08/08/tembang-macapat-penuh-filosofi-kehidupan
https://www.bola.com/ragam/read/5221749/contoh-contoh-tembang-macapat-berdasarkan-jenisnya-lengkap-beserta-makna
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News